Kalau jalan-jalan ke berbagai kota aku suka mencari tempat-tempat kuliner yang sudah direkomendasikan oleh pak Bondan Winarno (Jalan Sutra). Minggu lalu aku dan teman-temanku coba mampir ke warung yang terkenal dengan boso walikanne. Yaitu Warung Bu Haji Arema. Dulunya warungnya berada di jalan Ahmad Dahlan Malang tetapi sejak 2 tahun lalu berpindah tempat ke jalan Kauman (tak jauh dari Alun-Alun Malang).
Saat kami memasuki warung bu Haji Arema, suasananya sudah sepi. Mungkin karena waktu sudah menunjukkan jam 3 sore alias lewat makan siang sedangkan warung ini sudah buka sejak pagi hari. Meja kursinya dari kayu tertata rapi. Tampak tempak makanan dan pemanas di atas meja. Disisi lain tampak tumpukan berbagai jajanan oleh-oleh khas Malang yang bisa dibeli untuk oleh-oleh.
Saat kami asyik memperhatikan sekeliling, tiba-tiba perempuan yang bertubuh gemuk dan berjilbab keluar dari dalam rumahnya dan menyapa kami. "Mangga -mangga, mau pesan apa, Sapi menek pring, Penghijauan," katanya sembari membuka panci-panci berisi berbagai sayuran.
Aku dan teman-temanku langsung tersenyum, nama makanannya kok aneh. Kulihat disana ada sate daging sapi. Sate inilah ternyata disebutnya Sapi menek pring (sapi naik bambu). Hehehe ada-ada saja. Ia lalu menjelaskan menu yang disebutnya penghijauan maksudnya adalah botok yang berisi sayuran/kemangi,lamtoro dan tahu tempe. Walah kok bisa disebut penghijauan. wakakak.
Kami memesan nasi dengan sayur manisah. Lauknya sate daging sapi, opor kikil, dan ayam bakar. Tak lupa botok yang disebut penghijauan tadi. Plus sambal. Hm rasanya lumayan enak dan cocok di lidahku. Makanan disini umumnya lebih terasa cita rasa manisnya dibanding asin. Pedasnya juga tak terlalu menyengat alias cocok buat yang tak suka pedas. Tapi tak mengecewakan.
Sembari menemani kami makan, bu Haji bercerita kalau ia sudah membuka warung makan ini sejak tahun 1987. Dan sejak dua tahun ini pindah ke tempat baru di Kauman itu. Ia mengaku sengaja memberi nama menu makanannya dengan boso malangan yang suka membolak balikkan kata. Sego pecel jadi Oges Lecep, Ayam Bakar jadi Maya Rakab, Kikil jadi Likik, Lodeh jadi Hedol dan sebagainya. Kulihat ada aneka masakan yang dijualnya sayur asem, sayur bening, sayur sop, rawon dan aneka lauk. Ikan laut disebut Indosiar, Cumi-cumi disebut imut-imut, soto sapi dibilang otos ipas dan masih banyak lagi. Harganya juga tak terlalu mahal.
Gaya bu Haji dalam melayani pembelinya sangat menyenangkan. Ia sempat bertanya-tanya kami dari mana, ngantor dimana layaknya kenal lama saja. Ini mengingatkan pada Bu Rudi (pemilik rumah makan nasi udang Bu Rudi di Darmawangsa Surabaya) yang juga biasa melakukan hal serupa pada pembeli-pembelinya. Meski terkesan sederhana tapi sangat berkesan. Tak percaya datang saja kesana.
Minggu, Desember 25, 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar