Rabu, Desember 30, 2009

Jembatan Suramadu





Tak terasa besuk sudah tanggal 1 Januari 2010. Berarti tanggal merah dan libur lagi. Mau kemana nih untuk mengisi waktu libur? Terus terang aku belum punya planing kemana-mana. Tergantung, kalau besuk diajak kakak-kakakku jalan-jalan ya ikut pergi, kalau tidak berarti istirahat seharian saja di rumah sambil baca buku dan nonton TV. Kalaupun pergi, paling juga hanya putar-putar dalam kota Surabaya saja. Seperti yang kami lakukan dua minggu lalu saat libur seperti ini. Awalnya kami juga cuma berniat sarapan pagi rame2 di warung Mejoyo di kawasan Rungkut dan mengirim paket ke jasa ekspedisi di jalan Arjuna. Tapi kemudian kami putar-putar dalam kota bahkan hingga coba melewati Jembatan Suramadu. Meski aku tinggal di Surabaya tetapi terus terang aku belum pernah menengok jembatan Suramadu yang sudah diresmikan sejak bulan Juni 2009 lalu. Maklum faktor kesibukanku yang lebih banyak berada di luar kotalah yang menyebabkan hal ini belum terealisasi. Selain itu saat aku sedang berada di Surabaya, bolak balik janjian dengan teman-teman kantor untuk jalan-jalan kesana selalu batal karena hujan. Makanya begitu kakakku mengajak kesana, aku senang banget. Waktu itu aku belum ada bayangan lokasi jembatan suramadu itu persisnya di sebelahmana. Seingatku sekitar kenjeran sebab dulu waktu aku dan teman-teman berwisata ke pantai kenjeran lama sempat melihat dari kejauhan proyek pembangunan jembatan suramadu ini. Ternyata kita mesti melintasi jalan raya kedungcowek sebelum memasuki gerbang tol jembatan Suramadu ini. Jembatan Suramadu ini menghubungkan pulau Jawa/kota Surabaya dan pulau Madura sejauh 5,438 km. Ada empat jalur yang digunakan dimana dua jalur ke arah Madura dan dua jalur ke arah sebaliknya. Dimana ada jalur untuk kendaraan roda dua dan jalur yang lebih besar untuk kendaraan roda empat. Untuk jalur pengendara roda dua, lebih sempit dan berdekatan dengan laut sedangkan untuk jalur roda empat kelihatan lebih lapang. Cukup banyak kendaraan baik roda dua maupun roda empat yang melintasi jembatan suramadu pagi itu. Saat melewati jembatan Suramadu kami sengaja melambatkan laju kendaraan mengikuti kendaraan-kendaraan didepannya. Semua menikmati pemandangan yang ada di kiri kanan jalan. Tampak lautan lepas yang indah untuk dilihat. Bila menengok ke kiri tampak di kejauhan kapal-kapal besar yang sepertinya berlabuh di pelabuhan Ujung. Di sepanjang jembatan kita bisa melihat beberapa pilar penyangga jembatan yang berdiri dengan kokoh sehingga mempercantik jembatan yang fenomenal ini. Menurut informasi beberapa teman, akan lebih mengasyikkan melewati jembatan Suramadu ini di kala malam karena akan tampak gemerlapnya lampu yang dipasang di sepanjang jalan ini. Tetapi pada dasarnya sama saja sebab baik siang maupun malam kami tak bakal bisa seenaknya berhenti di tengah jembatan untuk berfoto hingga hanya bisa memotret dari dalam mobil saja.  Serasa baru sebentar sudah kelihatan pulau Madura atau tepatnya pinggiran kabupaten Bangkalan. Begitu keluar jembatan sudah tampak banyak pedagang makanan/minuman dan oleh-oleh yang ramai dikerubuti para wisatawan yang berhenti sejenak sebelum berputar arah untuk kembali ke Surabaya. Kami memutuskan tak berhenti tapi terus berputar arah kembali melewati jembatan Suramadu ini dan pulang ke rumah. Pengalaman yang mengesankan dan rasanya ingin melewatinya lagi tapi di malam hari. Siapa mau menemani? 

Sugar Solo


Menjelang akhir tahun 2009 ini, rasanya tiada hari tanpa hujan. Tidak peduli siang ataupun malam hujan serasa datang tanpa diundang atau diramalkan. Jadi mesti siap jaket dan jas hujan bila tak ingin basah kusup jika pulang kantor atau bepergian. Kalau musim hujan begini tentu inginnya minum yang hangat-hangat. Seandainya saja saat ini aku sedang berada di Solo pasti langsung menuju ke warung sugar terdekat. Sugar atau susu segar memang merupakan salah satu minuman yang cukup disukai banyak orang dan aku termasuk penggemarnya. Hampir di setiap jalan di kota Solo ada penjual sugar ini seperti di kawasan jl. Ir. Sutami/dekat kampus UNS, jl. Slamet Riyadi/depan SGM, dan lain-lain. Salah satu penjual Sugar yang paling terkenal di Solo adalah Shi Jack. Warung susu segar Shi Jack merupakan pioner berdirinya warung-warung sugar yang berada di kota Solo. Seingatku sekitar tahun 90-an saat aku masih berdomisili di Solo, warung susu segar Shi Jack sudah ada. Bahkan kini mereka sudah membuka cabang di beberapa tempat seperti di daerah pasar Kliwon/jl. Kapten Mulyadi, depan lapangan kota Barat, jl. Adi Sucipto, jl. Honggowongso/pasar kembang, dan masih banyak lagi. Keistimewaannya adalah menggunakan susu segar hasil perahan dari peternakan sapi perah di Boyolali. Selain dijual dalam bentuk susu murni (Sumur), juga bisa disajikan dalam berbagai jenis minuman yang lain dalam bentuk panas maupun dingin/plus es. Namanya juga lucu-lucu, Superman/Susu perah manis, Sukamandi/susu coklat manis dingin, Suteja/Susu telur jahe, Tante Susy/Susu sirup tanpa telur, es susu coklat, es susu jahe, STM/Susu telur madu, STMJ, STMC dan sebagainya. Harga segelasnya sekitar 5000-10000 perak. Tentu masih bisa dijangkau bahkan untuk yang berkantong cekak. Rasanya uenak. Dijamin puas dan suegar. Selain minum susu, kita bisa menikmati beragam roti bakar (selai, keju), dan pisang owol. Tak hanya itu saja kita juga dapat menyantap nasi kucing yang menjadi ciri khas kota Solo. Nasi kucing ini adalah nasi yang dibungkus dengan porsi kecil dengan lauk secuil bandeng dan sambal. Biasanya selain nasi kucing ini juga ada nasi goreng, nasi oseng, capcay, bihun yang juga dibungkus dengan porsi kecil. Bila masih kurang kenyang, bisa ambil berbagai lauk pauk yang juga dijual untuk teman makan nasi kucing ini seperti beberapa macam sate (sate kul, sate kulit ayam, sate paru, sate ati ampela dll), dan berbagai jenis gorengan (sosis solo, tahu isi, mendoan dll). Yang jelas semuanya itu tak terlalu mahal harganya. Jadi kita bisa makan minum sepuasnya.  Ngomongin Sugar Shi Jack jadi bikin tak sabar pingin ke Solo. Ayo siapa mau ikut ke Solo dan minum susu di warung Shi Jack.

Selasa, Desember 29, 2009

Mi Kluntung


Jauh-jauh hari aku dan teman-teman sudah berencana mengisi libur natal kemarin untuk jalan-jalan ke Malang. Kami sudah membayangkan bakal wisata kuliner hingga ke Batu dan Wlingi. Tapi sayangnya secara mendadak karena satu hal acara tersebut terpaksa batal. Kecewa? pasti. Makanya kami pun berpikir mau pergi kemana sebagai gantinya. Akhirnya untuk mengobati sakit hati, kami pun memilih nyanyi-nyanyi bareng saja. Tak peduli suara fals tetap pede abis berlomba nyanyi. Akibat terlalu semangat nyanyi jadi lupa makan. Makanya begitu abis nyanyi perut langsung terasa lapar. Kami pun meluncur ke salah satu foodcourt di Giant Diponegoro dan langsung menuju ke resto Piring Surabaya yang menjual aneka ragam makanan khas Surabaya seperti tahu campur, nasi bebek, soto madura dan lain-lain. Begitu daftar menu diberikan, mataku langsung tertuju pada satu jenis makanan yaitu mi kluntung. Mi kluntung memang termasuk salah satu makanan favoritku kalau aku jajan di Surabaya. Biasanya di hampir semua foodcourt yang ada di Surabaya selalu ada yang menjual mi kluntung ini. Entah sejak kapan nama mi kluntung ini mulai populer. Aku juga baru mengetahui namanya semenjak aku tinggal di Surabaya. Sebenarnya secara penampilan mi kluntung ini hampir mirip mi goreng jawa tapi agak berbeda rasa. Begitu mi kluntung pesenanku mulai disajikan aku pun menikmatinya dengan pelan-pelan. Mi yang dipergunakan untuk mi kluntung ini berukuran agak besar dan tebal. Digoreng dengan bumbu bawang merah, bawang putih, cabe merah dan udang yang dihaluskan sehingga membuat citarasanya berbeda dengan mi goreng pada umumnya yang biasanya menggunakan kaldu ayam. Mi kluntung ini menggunakan sayur kubis, sawi dan taoge sama seperti mi goreng jawa. Dalam penyajiannya mi kluntung ini ditaburi irisan telur rebus, suwiran ayam dan bawang goreng sehingga menarik untuk dilihat. Yang boleh tak terlupa mesti disajikan dengan acar mentimun. Rasa mi kluntung asin, gurih dan suedap banget. Mungkin karena menggunakan udang sebagai salah satu bumbunya jadi rasanya jadi mirip mi goreng seafood. Pokoke uenak deh dan layak dicoba. Beberapa tempat alternatif  yang juga menjual mi kluntung maknyus di Surabaya antara lain di jalan Walikota Mustajab (dpn warung Mi Kocok Bandung), mi kluntung pak Mitro di jalan Tanah Merah dan sudah buka cabang di beberapa foodcourt seperti di Sinar Jemur Handayani/Sukomanunggal, mi kluntung pak Atmo yang dijual di resto piring Surabaya di Royal Plaza/Cito/Giant Diponegoro dan masih banyak lagi. Silakan berburu mi kluntung deh.

Senin, Desember 28, 2009

Sop Ayam


Semula tak ada dalam rencanaku untuk mudik. Tetapi karena teman-teman tiba-tiba mengajak menjenguk salah satu teman kantor yang kecelakaan dan dirawat di rumah sakit Bayangkara Nganjuk maka kemarin aku pun sempatkan pulang ke Kediri sepulang dari Nganjuk. Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam saat bis yang kutumpangi memasuki kota Kediri. Perut sudah terasa keroncongan minta diisi maka aku pun memilih mampir ke warung nasi/mi goreng dulu sebelum pulang ke rumah. Soalnya mama sedang berada di Surabaya jadi tak bakal ada makanan di rumah. Sebenarnya di Kediri ada beberapa penjual nasi/mi goreng yang terkenal tetapi kali ini aku memutuskan mampir di salah satu warung mi/nasi goreng yang biasa jadi langganan di kawasan Dandangan. Sejak aku masih sekolah, aku bersama teman-teman sudah biasa makan di tempat ini. Dulu penjualnya familiar dipanggil mbah Riman. Seorang perempuan tua yang berjualan di warung tenda di pinggir jalan KKO Usman itu. Kini mbah Riman sudah tak ada. Usahanya diteruskan oleh pak Yasin yang sebelumnya merupakan tangan kanan dari mbah Riman. Tempatnya pun sudah bukan di emperan jalan lagi tapi sudah menempati sebuah rumah yang ditata sedemikian rupa supaya enak untuk tempat makan. Pak Yasin duduk dan memasak pesenan makanan di atas tungku arang dengan bahan-bahan disiapkan dikiri kanannya sehingga memudahkannya jika mengambil bumbu-bumbunya. Beberapa pembeli lebih suka duduk di bangku yang berada didepan, kiri dan kanannya supaya bisa melihat ia memasak secara langsung. Dalam melayani pembelinya pak Yasin hanya dibantu oleh istrinya. "Kok suwe mbonten mriki mbak," sapa bu Yasin saat melihatku memasuki warung mi-nya. Ia memang sudah lama mengenalku sebab aku biasa datang ke warung ini bersama keluarga atau teman-teman. Yang sering sih nongkrong dan ngobrol berlama-lama di sini bersama sahabat-sahabatku kalau kami sama-sama janji mudik di Kediri makanya mereka sudah sangat familiar denganku. Menu yang dijual pak Yasin sebenarnya sama dengan yang lain, nasi goreng/mawut, migoreng/godog, krengsengan dan sop. Tapi menu favoritku bila makan di warung ini adalah sop ayam. Sop ayam buatan pak Yasin menggunakan sayur sawi/kobis, kentang, dan tomat. Selain itu juga diberi potongan ayam dan telur. Yang membuat beda dengan tempat lain, sop ini juga diberi suun. Jadi hampir mirip suun rebus komplit. Aku lebih suka memesan sop pedas atau menggunakan sambal yang banyak. Jadi rasa kuahnya asin, manis, dan pedas. Dimakan panas-panas lebih maknyus. Apalagi jika ditambah acar mentimun bakal lebih nikmat lagi. Sop ini biasa dimakan dengan nasi tetapi menurutku tanpa nasi pun tak masalah dan sudah mengenyangkan sebab porsinya sepiring penuh. Harganya juga murah sekitar 6000-7000 perak. Bila sedang flu kusarankan makan sop ini panas-panas supaya mengurangi siksaan pilek. Sebab sop ini menggunakan bawang putih banyak yang bisa membantu meredakan flu. Kalau merasa kurang puas, pesan jahe panas juga. Jahe panas bu Yasin langsung dibuat dari jahe asli dan gula merah yang diseduh dengan air panas. Diminum setelah makan sop panas wow pasti bisa menghangatkan badan. Paduan sop dan jahe panas ini juga cocok disantap saat musim penghujan deh biar badan tak kedinginan. Tak percaya? Silakan coba.    

Rabu, Desember 23, 2009

Chinesse Food Model Kediri


Pernahkah Anda punya pengalaman buruk saat antri makanan di warung kali lima/depot ataupun resto? kalau jawabannya pernah berarti sama denganku. Aku sudah beberapa kali dibuat dongkol penjual makanan. Salahsatunya di warung Chinesse Food spesial ayam di Kediri. Meski kejadiannya sebenarnya sudah terjadi beberapa tahun yang lalu tapi tetap teringat sebab ngeselin. Bayangin aku dan saudaraku sudah capek-capek antri tapi penjualnya curang. Dia bolakbalik duluin pelanggannya yang datang belakangan daripada pembeli lain yang udah antri lama. Hingga akhirnya habis kesabaranku, begitu selesai giliran makanan pesenanku dijual langsung kusemprot penjualnya. "Pak, lainkali kalau jualan yang benar dong. Mestinya harus nurut antrian," semprotku sembari ngeloyor pergi. Mungkin pedagangnya ga ngira ada juga pembeli yang berani memarahinya. Tapi itu mesti dilakukan supaya dia tak seenakperut mentang-mentang laris. Bahkan karena kejadian itu aku sudah berjanji tak bakal mau datang ke warung itu lagi. Ga apa-apa makan masakannya asal bukan aku sendiri yang berangkat ke warung itu daripada bete. Lama sudah berlalu tiba-tiba omku memberi kami sebungkus mi goreng capcay yang uenak. Saat ditanya beli dimana ia bilang di tempat pak Yen. Aku jadi ingat itulah nama penjual chinese food yang bikin aku sewot dulu. Tiba-tiba beberapa hari berikutnya kakakku menawarkan diri untuk berangkat membeli makanan di warung mi pak yen. Aku bilang terserah asal bukan aku yang berangkat. Ternyata sekarang warungnya sudah tidak berada di tempat yang lama/depan bank Danamon HOS Cokroaminoto. Kini pak Yen membuka depot Chinesse Food di jalan Halim Perdana Kusuma atau utara Pasar pahing Kediri. Depotnya sudah permanen tak seperti dulu yang hanya merupakan warung kecil. tapi soal antri tetap panjang dan lama. Waktu pertama beli makanan di tempat tersebut, kakakku sempat marah sepulang dari sana. Sebab ia mengalami kejadian sama denganku yaitu bolakbalik diduluin pelanggannya. Tapi beberapa hari berikutnya ia menawarkan diri kembali membelikan makanan di depot tersebut. Akhirnya kami tahu rahasianya supaya bisa dapat giliran cepat alias tak perlu capek-capek antri demi sebungkus bakmi/capcay. " Ternyata semua sms dulu makanya begitu datang langsung dimasakkan."   Kakakku pun jadi menirunya, selalu SMS dulu menu makanan yang dipesan ke no hp  pemilik depot Chinesse food itu sebelum berangkat kesana. Jadi begitu datang udah tinggal ambil. Enak kan. Depot Chinesse Food milik Pak Yen ini menyajikan berbagai menu seperti bakmi goreng, nasi goreng, capcai, koloke, puyunghai. Semuanya lezat alias enak. Jangan khawatir Halal kok. Selain lezat, harganya murah, porsinya besar. Satu porsi mi/nasi goreng hanya 7000 perak dan bisa dimakan 2-4 orang.  Kolokenya juga maknyus. Seporsi cuma 10000 rupiah. Buanyak banget bola-bola daging ayam dan kuahnya. Rasa manis, asin dan asamnya pas menggoyang lidah. Dimakan dengan nasi dan acar tambah uenak.  Makanya buat penghobi Chinese Food bisa coba makan koloke di depot ini jika lewat di kediri. Tapi mesti sabar antri ya.hehehe

Selasa, Desember 22, 2009

Tahu Campur Kalasan


Salah satu temanku semasa sekolah yang kini berdomisili di Makasar sering menulis di statusnya di FB jika kangen Tahu Campur. Entah karena apa ia begitu gandrung ama yang namanya Tahu Campur. Menurutnya di Makasar belum ada penjual Tahu Campur seperti yang ia mau. Sebenarnya dulunya aku tak begitu mengenal dan suka makanan bernama Tahu Campur itu. Sebab di kota asalku, Kediri hanya sedikit warung yang menjual Tahu Campur . Kalaupun ada juga pedagang tahu campur keliling yang lewat di perumahan/kampung-kampung. Tetapi saat mulai pindah dan berdomisili di Surabaya mau tak mau aku jadi biasa makan Tahu Campur. Apalagi sekitar awal tahun 2000 an aku pernah  4 tahun kos di jl. Kalasan dimana di bagian depan rumah kos tersebut disewa untuk warung Tahu Campur yaitu Tahu Campur Kalasan. Untuk penggemar Tahu Campur di Surabaya pasti sudah pernah mencobanya sebab Tahu Campur Kalasan milik pak H. Abdul Machfud sangat terkenal. Pelanggannya sangat banyak. Dulu teman-teman dan saudara-saudaraku pun sangat senang jika aku membelikannya Tahu Campur ini jika mereka main ke tempat kosku. Biasanya semakin malam semakin banyak pembelinya. Dan tak peduli meski hujan pun tetap ramai. Mereka rela duduk berdempet-dempetan di bangku yang disediakan demi menunggu giliran makan tahu campur tersebut.  Tahu Campur buatan pak Dul memang lezat. Perpaduan antara tahu kuning, lento, mi, kikil, daun selada dan kuahnya pas sehingga menggoda selera. Daging dan kikilnya dimasak lama jadi lunak dan mudah dikunyah. Kuahnya yang dibuat dari kaldu daging dengan petis menggunakan bumbu-bumbu yang tepat hingga terasa enak.  Apalagi bila dimakan panas-panas dengan  sambal dan krupuk makin tambah nikmat. Harga seporsinya juga murah hanya 8 ribu perak. Semenjak ada aturan tak boleh ada pedagang kaki lima di pinggir jalan Kalasan sekarang mereka berjualan di halaman rumah bekas pegawai PJKA tersebut. Sehingga jam bukanya pun bisa lebih lama, kini makanan khas Lamongan ini bisa dinikmati mulai jam 12 siang hingga malam. Pokoknya jangan ngaku penggemar Tahu Campur jika belum mencoba Tahu Campur pak Dul deh.

Senin, Desember 21, 2009

Warung Wader


Entah merupakan acara tahunan ataun tidak, pada hari Minggu lalu ada Festival Gemar Makan Ikan yang digelar di ITC Surabaya. Ratusan anak SD dari berbagai sekolah di Surabaya dikumpulkan disana dan diberi pengarahan agar mulai suka makan ikan sebab ikan itu menyehatkan. Selain itu ibu-ibu PKK seluruh kelurahan di Surabaya juga berlomba memasak berbagai macam menu dengan bahan dasar ikan. Aku lihat ada yang masak pepes ikan, ikan rica-rica, ikan balado dan sebagainya. Pokoknya senang banget aku melihatnya. Padahal sebenarnya aku ga sengaja mampir ke ITC untuk sekedar jalan-jalan dan makan siang di hari libur. Tidak tahunya malah bisa melihat even besar ini. Bicara mengenai ikan, bisa dibilang aku juga menggemarinya. berbagai menu olahan dengan bahan dasar ikan suka kulahap. Salah satu jenis ikan yang lumayan kusuka adalah wader. Tentunya semua sudah tahu seperti apa wader itu, yaitu ikan berukuran kecil mirip teri. Sayangnya keberadaan wader ini hanya musiman saja di Pasar alias agak sulit berburu ikan wader mentah jika kita ingin memasaknya sendiri. Untungnya di Surabaya sudah mulai ada beberapa warung yang selalu menyajikan menu andalan wader goreng. Salah satunya adalah warung wader yang berada di kawasan Ketintang Selatan Surabaya. Warung bernama Kedai Kincir-Kincir yang biasa buka dari jam 10 pagi hingga 5 sore ini menyajikan menu utama wader goreng. Wader goreng yang dijualnya digoreng kering dan disajikan dengan sambal, lalap ketimun, kemangi dan kenikir rebus. Sambalnya tidak terlalu pedas jadi cocok untuk orang yang tidak terlalu suka makanan yang pedas. Wader goreng plus lalapan itu ditata dalam sebuah cobek sehingga menarik untuk dilihat. Sebagai pelengkapnya kita bisa memilih nasi putih, nasi uduk atau nasi jagung sesuai selera. Rasanya maknyus deh. Selain wader goreng di warung itu juga menyediakan menu-menu lain seperti berbagai jenis botok (botok patin, udang, tahu tempe dan telur asing) yang rasanya tak kalah enaknya. Juga ada patin bakar dan ayam bakar yang juga lezat. Sembari makan di warung ini kita kadang bisa melihat kereta api yang melintas sebab lokasinya tepat di samping rel kereta api ketintang barat. karena pelanggannya cukup banyak sekarang mereka sudah membuka cabang di jalan Ketintang barat tepat di samping sungai/rolak Gunungsari. Yang di Ketintang barat ini malah buka sampai malam hari. Jadi tak hanya untuk makan siang, untuk makan 
malam pun wader goreng tetap cocok untuk disantap.

Sate Ayam Patimura


Minggu lalu ada undangan reuni teman-teman alumni SMAku di Surabaya lagi. Nggak enak bolak-balik aku selalu bilang, "Sorry aku absen, lagi di Jakarta." Maka kali ini kusempatkan diri untuk hadir karena kebetulan tiap menjelang natal dan tahun baru pekerjaanku agak longgar dan aku lebih banyak berada di kantor Surabaya  daripada di luarkota. Karena waktu itu Surabaya abis diguyur hujan deras aku mesti hati-hati sebab mesti menerobos kemacetan jalanan dan sisa-sisa banjir yang masih menggenang dimana-mana. Sesampainya di Tenggilis, basecamp teman-temanku di Surabaya aku sudah disambut teman-teman yang sudah berkumpul disana. Rencana semula kami akan menengok teman yang istrinya baru melahirkan di Sidoarjo tetapi karena jalanan banjir dan macet maka kami memutuskan untuk konkow-konkow saja di Tenggilis. Kebetulan salah seorang teman yang hadir dari Jakarta bertindak sebagai bos kali ini dan mentraktir kami makan sate ayam. Kami dipersilakan menyantap sate ayam dan lontong/nasi. Rasanya enak rek, gratis pisan.hehehe. Bicara mengenai sate ayam, aku jadi ingat kalo itu merupakan salah satu makanan kegemaran ibuku. Jika aku pulang ke Kediri dan bertanya pada beliau "Ingin dibelikan makanan apa,Ma?" Lebih sering jawabnya "Sate ayam Patimura ae." Sate Ayam Patimura itu maksudnya sate ayam yang dijual di jalan Patimura Kediri yaitu sate ayam khas Ponorogo. Sebenarnya di Kediri cukup banyak pedagang sate ayam Ponorogo. Yang paling terkenal  adalah Sate Ayam Pak Siboen di jalan Panglima Sudirman  Kediri. Sate Ayam Pak Siboen sudah ada sejak dahulu kala. Kini buka 24 jam dan sudah buka cabang di beberapa kota besar seperti di Jakarta, Malang dan Tuluang Agung. Bahkan dengar-dengar baru buka cabang lagi di Royal Plaza Surabaya. Selain sate ayam Siboen, di Kediri juga ada sate ayam cak Man dan sate ayam cak Ran di jalan Panglima Polim, sate ayam pak Rizal di Patimura dan dibeberapa tempat lainnya. Sekarang ini keluargaku lebih suka membeli sate ayam ponorogo di tempat pak Rizal. Lokasinya di jalan Patimura Kediri tepatnya di barat deretan toko oleh-oleh tahutakwa dan getuk pisang khas Kediri yang cukup terkenal itu. Sate ayam Patimura ini dijual di sebuah gerobak dorong. Gerobak dorongnya di letakkan di tepi jalan. Jadi pak Rizal memanggang satenya di tepi jalan. Bila pembeli ingin makan di tempat, sudah disediakan tikar lesehan di emperan toko. Pembelinya bisa makan sembari melihat mobil dan motor yang lewat di depannya. Sate ayam buatan pak Rizal maknyus. Kita bisa memilih daging, kulit atau rempeloati. Semuanya dipanggang dengan api sedang jadi tetap matang dan lunak meski tidak sampai gosong. Bumbunya bumbu kacang sama seperti bumbu khas sate Ponorogo. Rasanya pas, manis dan asinnya. Bila tak suka terlalu manis jangan minta tambah kecap di bumbunya. Irisan brambang dan sambal cabenya membuat sate yang kita makan tambah terasa lezat. Harga seporsinya hanya 9 ribu perak. Jika ingin menu lain, pak Rizal juga menjual ayam bakar yang mantap pula. Sembari menunggu sate siap dihidangkan kita bisa membeli dan minum es degan yang dijual pedagang es disebelahnya. Sip to. Kalau pingin sate ayam Ponorogo di Kediri bisa langsung menuju sate ayam patimura deh.

Pecel Hj. Sarkiyah



Liburan Tahun Baru Islam kemarin aku memilih mudik ke Kediri. Daripada terjebak uyel-uyelan dengan penumpang di Bungurasih bila naik bis antar kota Surabaya Kediri maka aku putuskan bareng kakakku dan kakak iparku saja yang balik dengan mobil pribadinya. Biasanya kalau berangkat pagi dari Surabaya, kami memilih tidak makan pagi dulu dan mampir sarapan di Mojokerto. Kemarin pun juga begitu. Jam masih menunjukkan pukul setengah delapan pagi saat mobil berhenti tepat di warung nasi pecel langganan kami. Dari tempat parkir sudah kelihatan bila warung nasi pecel dan sambal tumpang Hj. Sarkiyah sudah  dipenuhi pembeli dari berbagai kota (bisa dilihat dari plat mobil-mobil yang ada di tempat parkir). Kami pun memilih menu nasi pecel dan sambal tumpang yang merupakan menu khas dari warung yang berada di jalan Pahlawan Mojokerto ini. Penjualnya langsung bertanya menu apa yang kami pilih. "Nasi pecel campur tumpang tak usah pakai lalap," kata kami. Selanjutnya kami dipersilakan memilih sendiri lauk yang tersedia disisi kanan penjualnya. Ada beragam lauk yang tersedia mulai dari ayam goreng, tahu, tempe goreng, telur dadar, telur asin, ayam panggang, rempeloati panggang dan masih banyak lagi. Aku lebih suka nasi pecel dengan rempeyek saja tanpa lauk lainnya. Sayurnya sudah cukup, yaitu bayam, taoge dan kenikir Aku menikmati nasi pecel tumpangnya. Rasanya sambal pecele uenak dan puedes. Kalau sambal tumpangnya sebenarnya lumayan juga meski belum selezat sambal tumpang kediri. Yang penting peyek kacangnya tidak keras alias kriuk kriuk. maknyus pokoke. Sebenarnya selain nasi pecel kita bisa memilih menu lainnya karena di warung nasi pecel H. Sarkiyah ini juga menjual nasi rawon yang juga tak kalah lezatnya. (harganya cuma 10 ribu perak lebih murah dibandingkan satu porsi nasi rawon di salah satu depot yang sangat terkenal di Mojokerto yang kini harganya sudah 25 ribu rupiah). Juga ada sayur bening/kunci, lodeh, botok dan pepes. Jadi bila tak suka nasi pecel, bisa memilih menu lainnya yang disuka. Minumannya pun juga beragam dari es teh, es jeruk hingga esberas kencur dan es saridele. Kalau kepedesan sambal pecel langsung sueger bila langsung minum es tersebut. Tak percaya, silakan mampir saja kalau lewat di Mojokerto.  

 

Selasa, Desember 15, 2009

Solo Mania






Setiap kali aku mampir ke kota Solo entah untuk urusan pekerjaan atau sekedar menghadiri undangan hajatan teman, aku merasa seperti pulang ke kampung halamanku sendiri. Mungkin karena aku pernah tinggal selama kurang lebih 5,5 tahun di kota ini jadi bikin aku cinta banget. Andaikan bisa, ingin rasanya memilih menetap di Solo. Tapi itu cuma sekedar angan-angan. Untungnya pekerjaanku membuatku bisa sering bisa mengunjungi Solo. Sekitar 3-5 kali setahun aku selalu punya alasan ke sini. Dan aku selalu menikmati itu semua. Rasanya menyenangkan berjalan-jalan di sepanjang jalan Slamet Riyadi, dari ujung Gendengan hingga Gladag. Sekarang sisi kanan jalan Selamet Riyadi dipaving dan hanya khusus untuk pejalan kaki (citywalk).  Kita bisa melihat penjual serabi solo yang berjejer di sisi kiri jalan/depan toko atau perkantoran. Becak-becak yang berseliweran. Atau kalau sedang beruntung akan bisa melihat kereta api dari Wonogiri yang melintas ke arah setasiun Purwosari. Bahkan dengar-dengar bakal dioperasikan kereta api wisata dari setasiun Sangkrah hingga Purwosari yang pasti juga akan melintasi sepanjang jalan Slamet Riyadi. Jika mau piknik, sebenarnya cukup banyak tempat-tempat wisata yang bisa dikunjungi di dalam kota Solo, ada keraton Kasunanan Solo yang dekat alun-alun dan pasar Klewer, lalu ada pula, keraton Mangkunegaran, taman Sriwedari, Taman Balekambang, Kebun Binatang Jurug dan sebagainya. Yang terbaru adanya Ngarsopuro dimana sepanjang jalan menuju Mangkunegaran dari arah Slamet riyadi/pasarpon, dipasang cukup banyak patung etnik dan tempat-tempat duduk sehingga enak buat santai sembari berfoto-foto disana. Pingin belanja batik yang merupakan salah satu produk kebanggaan Solo, kita bisa berkunjung ke pasar Kelewer atau Beteng/Pusat Grosir Beteng Solo. Yang penting mesti pintar-pintar menawar supaya dapat harga murah. Pengin jalan-jalan ke mall, sudah ada SGM, Solo Square selain Singosaren Plaza yang sudah berdiri sejak dulu kala. Mau beli oleh-oleh khas Solo, selain bisa mampir ke Pasar Gede, kita juga bisa datang ke Toko Roti Orion di jl. Urip Sumoharjo yang terkenal dengan mandarinnya atau ke Kedai Pangan Varia di jl. Coyudan yang ngetop dengan serundeng dan abonnya. Sedangkan bila mau wisata kuliner, tak perlu khawatir sebab Solo punya cukup banyak tempat makan yang murah meriah. Beberapa tempat makan yang bisa Anda coba adalah.
1. Timlo : Timlo Sastro Balong (belakang pasar Gede), menyajikan nasi timlo, timlo komplit, telur sosis, sosis rempeloati, dsb. Minuman, es kuas, es coklat, es karamel, es teh, es jeruk dlll.
2. Sugar/STMJ : Susu Segar Shi Jack, depan lapangan Kota Barat, menyajikan, es susu coklat, es susu sirup, STMJ dll, roti bakar, pisang bakar, nasi bungkus (bandeng, oseng, capcai, nasi goreng dll), sate kulit, kul, dll.
3. Steak : Kusumasari , jl Yos Sudarso/Nongnongan, menyajikan steak lidah, steak galantine, sirloin steak, dll, bermacam sup, sup galantine, sup matahari, dan bermacam minuman, cola float, lemontea, dll.
4. Selad Solo, Mekarsari, jl. Dr. Rajiman, barat Singosaren Plasa, menjual selad Solo, gado-gado, gudeg, opor. Selad Solo Mbak Lies Serengan
5. Gudeg, Gudeg ceker Bu Kasno/depan SMA1 jl. Monginsidi, Gudeg Bu Mari jl. Gatot Subroto, Gudeg Ayu depan lapangan kota barat.
6. Soto Kwali, depan stasiun Balapan/jl.Widuran.
7. Nasi Liwet, Yu Sani Solo Baru/Keprabon
8. Mi toprak, Yu Nani, Kartopuran.
9. Kupat Tahu, Jl. Gajah Mada.
10.Ayam bakar, Ojo Gelo Jl. Slamet Riyadi/Purwosari.
Tentunya masih banyak lagi. Kapan-kapan dibakas lagi tempat-tempat makan yang wajib dikunjungi bila main ke kota Solo.


Minggu, Desember 13, 2009

Sabang


Dengar nama Sabang tentu presepsi orang macam-macam. Mungkin teringat lagu kebangsaan, Dari Sabang sampai Merauke yang biasa kita nyanyikan saat upacara bendera masa sekolah SD dulu. Atau menghubungkannya dengan Aceh sebab Sabang memang nama salah satu kota di Propinsi Aceh. Tetapi jika orang Jakarta yang mendengar pasti yang diingat cuma satu makanan. Sebab jalan Sabang di Jakarta memang salah satu tempat makan yang banyak digemari penghobi kuliner baik dari Jakarta maupun luar kota. Sepertinya jalan Sabang sudah sangat terkenal sejak dahulu kala. Aku masih ingat beberapa tahun yang lalu pernah makan di Sabang ramai-ramai dengan teman-teman dari Surabaya. Kami mencoba makan sate ayam yang jadi andalan di sepanjang jalan Sabang sembari melihat lalulalang kendaraan yang melintas di jalan tersebut. Lama tak jajan disana, hari Kamis yang lalu aku janjian dengan dua orang temanku di Jakarta untuk ketemuan sembari makan di Sabang. Ternyata semua sudah berubah. Taklagi tampak deretan penjual sate ayam/kambing, soto ayam dll  yang biasa mangkal dan berderet di depan toko-toko di sana. Kami sempat bingung, mesti cari di sebelahmana. Sebab kini mereka terbagi di beberapa tempat meski masih di sekitar daerah itu. Sampai-sampai kami bertanya pada tukang parkir. "Pak, penjual soto ceker pindah dimana ya?" tanya temanku. "Cari aja di depan toko yang adakelap kelipnya," jawab tukang parkir sembari menunjuk ke arah utara. Ternyata maksudnya di depan cafe American Grill. Di tempat yang sepertinya dulu tanah kosong sudah berubah fungsi jadi tempat makan. Deretan penjual sate ayam/kambing/padang, soto ceker, seafood, es campur dan sebagainya berpindah kesini. Entah karena sama-sama gak punya ide, kami memesan menu sama yaitu soto ceker di warung soto Surabaya. Soto ceker yang dihidangkan disini mirip soto lamongan dengan kuah encer. Cekernya ada beberapa biji dan empuk. Jadi kita tak kesulitan mengunyahnya. Rasanya, lumayan, tidak bisa dikategorikan istimewa. "Sebenarnya enak soto ranjau, mbak sayang ya habis," kata temanku. Soto ranjau itu ternyata soto tulang muda ayam. Aku belum pernah mencoba memakan soto ranjau ini. Tak apalah sekarang makan soto ceker dulu. Kami makan sembari sesekali mendengarkan suara pengamen jalanan yang mengais rejeki disini. Sesudah makan kami pun minum es campur yang kami pesan. Seseorang ibu-ibu datang sambil membawa sepiring sate. "Tadi pesan sate," tanyanya. Secara serempak kami bilang "tidak". Saat itu aku baru tersadar. "Kenapa tadi tidak pesan sate saja ya, jadi bisa saling mencicipi makanan beda," kataku. Kami pun tertawa, sudah terlanjur. Karena mesti buru-buru ke setasiun dan naik KA balik ke Jawa, maka aku pun pamit pulang dulu. Di kereta aku dapat sms dari temanku, "Mbak sorry ternyata tempat penjual soto ceker yang enak di Sabang bukan yang tadi. Lainkali saja ya kita makan di tempat yang benar," katanya. Hahaha, tak apa, lainwaktu coba datangi yang benar.

Sabtu, Desember 12, 2009

Gado-Gado


Rencanaku ke ITC Manggadua Jakarta beberapa hari yang lalu  sebenarnya membelikan kaset film DVD titipan teman-temanku. Tetapi karena perutku sudah keroncongan, sesudah berbelanja kusempatkan diri untuk mencari kantin yang menjual aneka makanan. Seingatku di belakang gedung ITC Manggadua/belakang mushola ada tempat penjual makanan murah. Foodcourt kaki lima. Kususuri deretan penjual makanan disana, Nasi padang, soto betawi, nasi goreng, mi ayam, sate ayam. Wah aku kok tidak tertarik. Aku inginnya sesuatu yang tidak terlalu mengenyangkan tapi enak. Akhirnya kuputuskan berhenti di depan penjual Gado-gado yang berada di tengah. Gado-Gado Katineungrasa. Tertulis di gerobaknya menjual gado-gado dengan nasi, lontong serta karedok. Aku memesan gado-gado pedas tanpa lontong/nasi. Sempat aku liat penjualnya sudah menyiapkan bumbu gado-gado dalam cobek besar banget. Lalu aku duduk sembari menunggu gado-gadonya diracik. Begitu makanan disajikan, aku coba menikmatinya pelan-pelan. Isi gado-gado ini ada serutan jagung manis, kangkung, taoge, kubis, timun yang sudah direbus, tahu dan tempe goreng goreng serta krupuk plus siraman bumbu gado-gado. Benar-benar sederhana dan menyehatkan. Harganya juga cuma 5000 perak. Cocok untuk bagi orang yang diet dan berhemat. hehehe. Tapi yang penting rasanya segar dan sedap juga. Gado-gado Jakarta ini beda dengan gado-gado versi Jawatimuran yang bumbunya direbus dulu dengan santan. Tapi tak apa wong ya sama-sama enak. Silakan mencoba jika datang ke Jakarta. Cukup banyak penjual gado-gado di Jakarta mulai kelas kaki lima hingga bintang lima.

Nasi Godog




Istilah Nasi Godog bikin aku penasaran saat pertama kali mendengarnya. Seperti apa sih nasi godog itu? Bukankah semua nasi mesti digodog atau direbus? Aku mengetahui nama Nasi Godog ini saat aku jajan di warung mi jawa pak Doel Numeni Semarang. Warung Mi Jawa pak Doel ini terletak di jalan Pemuda depan Hotel Novotel Semarang. Entah mengapa sejak makan di warung ini beberapa bulan yang lalu, aku jadi ketagihan untuk datang lagi setiap kali aku tugas ke Semarang. Makanan favoritku jika makan disini jelas mi goreng. Mi goreng Jawa bikinan warung ini memang enak. Sebenarnya menu yang ditawarkan di sini beragam, mi goreng, mi rebus, mi nyemek, nasi goreng, nasi ruwet dan nasi godog. Walaupun sebenarnya sudah sejak lama penasaran tetapi baru kemarin aku berani mencoba memesan menu Nasi Godog saat kembali bertugas di Semarang. "Nasi Godog satu mas, tapi nasinya sedikit saja dan pedas "begitu pesanku pada pelayan warung yang berseragam orange. "Pakai telur atau tidak," tanyanya balik padaku. "Jelas pakai dong," sahutku sembari tersenyum. Lalu aku pun menunggu mereka menyajikan nasi godog pesenanku sembari minum teh botol. Tak berapa lama pesenanku disajikan. Yang muncul ternyata, seperti nasi sop, berisi nasi, sawi, kubis, telur, irisan ayam dan kekian serta kuah yang kecoklatan. Saat aku mulai memakannya, kesan pertama tidak salah.Benar-benar maknyus. Sueger, tidak terlalu asin atau manis. Apalagi jika dipanas-panas tambah nikmat. Aku jadi bertanya-tanya seperti apa sih membuatnya, apa nasinya digoreng dulu dengan telur baru diguyur kuah? atau bikin kuahnya dulu baru dimasukkan nasi? wah kenapa tidak kuikuti ya cara membuatnya.Lain kali saja deh diulang makan disini lagi. Pokoke rasanya bikin aku ketagihan. Apalagi jika memakannya sembari menyantap sate ati ampela yang sudah dibakar tambah lezat lagi. Tidak percaya? Coba saja sendiri kalo datang ke Semarang. Warung Mi Jawa Pak Doel Numeni ini sudah buka dari jam 10 pagi sampai 12 malam. Pemiliknya sudah buka di beberapa tempat yaitu di depan kantor Balaikota Semarang jl. Pemuda dan jalan Thamrin. Tetapi kalau di kedua tempat tersebut jam bukanya dari jam 3 sore hingga jam 12 malam.  Selain itu juga menerima pesanan via telepon. Enak to?



Selasa, Desember 08, 2009

Rujak Cingur



Pepatah I Hate Monday mesti diganti I Like Monday. Meski weekend kemarin aku tidak libur dan mesti tugas liputan sampai malam tapi pagi ini aku coba menikmatinya. Kebetulan hari Senin ini aku tidak punya janji ke tempat relasiku. Makanya kuhabiskan waktu di warnet sambil membereskan pekerjaan kantor yang harus selesai hari ini. Maklum deadline sudah mepet nih. Sembari mengirim email ke kantor kusempatkan buka facebook dan kulihat status salah seorang teman sedang tugas di Surabaya. Kuingatkan dia untuk tidak melewatkan wisata kuliner di Surabaya. Ia pun memintaku memberinya referensi beberapa tempat makan enak di Surabaya. Salah satu yang kusebutkan adalah Rujak. Rujak Cingur bisa dibilang memang salah satu makanan khas di Surabaya. Makanan berbahan petis ini gampang dicari di berbagai pelosok kota Surabaya. Aku masih ingat saat pertama pindah ke kawasan perumahan Pondok Candra Indah, ada penjual rujak cingur keliling yang biasa lewat. Perempuan paro baya itu biasa menyunggi barang dagangannya di atas kepalanya. Jika ada yang membeli ia langsung menurunkannya dan duduk di dingklik (kursi kecil) yang juga dibawanya. Ia akan mengulek rujak cingur dengan cabe berdasar pesanan. Rasanya uenak. Umumnya pedagang rujak cingur keliling ini orang madura. Setahun lalu kulihat ia sudah ganti mendorong barang dagangan dalam gerobak dorong. Tapi belakangan aku sudah jarang melihatnya. Mungkin karena aku jarang berada di rumah siang hari sebab ia biasanya lewat antara jam 3-4 sore. Tetapi kadang sedang pingin, aku suka hunting rujak cingur yang enak. Bila Anda sedang berada di Surabaya, bisa tinggal memilih warung rujak cingur yang menurut Anda paling enak. Mau rujak cingur termahal, ada di jl. Ahmad Jais. Terus terang meski dulu semasa aku masih tinggal di Kalasan kerap lewat jalan Ahmad Jais kalo berangkat ke kantorku yang lama, tetapi aku belum pernah mencobanya. Dengar-dengar sekarang harganya sekitar 50 ribu. Rujak Cingur Ahmad Jais porsinya besar dan bisa dimakan lebih dari 1 orang seporsinya. Rasanya katanya uenak banget dan jadi langganan pejabat hingga artis. Mau yang lain, Rujak Cingung Embong Sawo. Dulu aku pernah makan rujak itu saat warungnya masi berlokasi di dekat lapangan Tenis jl. Embong Sawo. Tapi sepertinya sekarang sudah pindah ke depan Grahadi/dekat patung joko dolog. Lalu ada lagi Rujak Cingur Bok Mariyati, jalan Jolotundo. Keduanya sama maknyusnya, tergantung selera. Kalau aku sendiri paling suka makan rujak Delta. Warung rujak Delta yang berada di Surabaya Plasa/dulunya Delta Plaza sangat terkenal. Ia menjual berbagai menu makanan khas Sbym seperti gado-gado, lontong cap gomek, tahu campur dan-lain. Tapi Rujak cingurnya yang paling banyak digemari. Rujak Cingur Delta, disajikan dengan bumbu petis yang banyak dan kental. Boleh milih matengan, buah saja  atau campur. Biasanya jika suka ditambahi mi kuning. Tapi karena tak suka, aku selalu bilang tanpa mi. Bila kita ngomong pedas maka siap-siap kepedesan karena standar pedas di sini sama dengan pedas banget. Dulu seporsinya sekitar 15 ribu rupiah. Entah sekarang sudah naik harganya atau belum. Tapi yang penting Anda bakal puas. Oya, jika Anda ambil kerupuk yang disajikan di depan Anda , itu ada harga sendiri lho. hehehe. Jika kepedesan Anda bisa minum berbagai macam minuman yang dijual di warung ini, ada es jeruk, es dawet, es sirup, es belewah dan sebagainya. Ditanggung langsung sueger. Sebenarnya Anda bisa mencoba membuat rujak cingur sendiri. Berikut ini aku tulis resep rujak cingur. Silakan mencoba deh.

Rujak Cingur

Bahan dasar :
- kangkung
- taoge
- ketimun
- tahu
- tempe
- cingur
- mangga muda
- bengkuang
- belimbing
- lontong
- krupuk

Bumbu
- petis udang
- kacang tanah goreng
- bawang putih goreng
- garam
- gula merah
- pisang batu/klutuk
- terasi bakar
- air asam
- cabe rawit

Cara Membuat
- potong lontong jadi beberapa bagian
- goreng tahu dan tempe lalu iris jadi beberapa bagian.
- goreng juga cingur hingga matang dan potong kecil-kecil.
- rebus kangkung dan taoge hingga matang
- Iris, mangga muda, bengkoang, belimbing sesuai selera
- siapkan cobek, masukkan cabe rawit, bawang putih goreng, terasi, serutan pisang klutuk, garam dan gula merah secukupnya. Uleg hingga halus. Tambahkan petis dan air asam.
- Cara penyajian : tata dalam piring, lontong, tahu, tempe dan cingur goreng serta irisan buah-buahan. Lalu diatasnya taruh kangkung dan taoge rebus. Guyur dengan bumbu rujak cingur. Selanjutnya beri kerupuk diatasnya. Siap disajikan.

Kamis, Desember 03, 2009

Camilan




Sekarang aku lagi ngebut kerjaan kantor karena besuk udah harus berangkat tugas ke Jakarta lagi. Di saat sibuk seperti ini, kok perutku terasa keroncongan. Padahal tadi udah makan siang. Sekarang juga masih jam 3 sore, kalau nunggu waktu jam makan malam mana tahan.hehehe. Tiba-tiba aku bayangin andaikan sekarang ini ada yang berbaikhati ngirimin makanan ke kantor pasti seneng bangeet. Martabak telur panas,omelet mie, risoles, atau onion ring tak bakal ditolak dan langsung dimakan. Maunya tuh. Aku jadi ingat semasa kecil dulu, biasanya aku nunggu penjual jajanan kalau sore-sore begini. Di Kediri biasa ada penjual jajanan keliling. Ada yang jual lupis, cenil, gatot dan berbagai jajanan pasar yang uenak. Sepertinya sekarang penjual jajan gendong seperti itu sudah tak ada. Kita mesti pergi ke pasar pahing dulu bila pingin jajan. Di sepanjang jalan pasar pahing/HOS Cokroaminoto Kediri memang ada beberapa penjual jajanan ndeso itu. Kalau malam, selain jajanan itu juga ada penjual puthu, dan gethuk. Keduanya dimakan dengan parutan kelapa. Berhubung rasane muanis aku jarang mau makan banyak-banyak. Ada juga penjual terang bulan/martabak manis. Yang lucu isi dari terangbulan itu kita boleh pilih. Mau isi parutan kelapa, kacang ijo, kacanghitam, selai, kacang, coklat atau keju, terserah. Harganya juga tidak mahal cukup 5000 perak dan bisa disantap sekeluarga. Pingin berbeda, bisa pilih roti bakar dengan berbagai rasa atau jagung bakar. Atau beli berbagai macam gorengan seperti tahu isi, ote-ote dan telo keju yang asin dan gurih. Pokoke semuanya enak dimakan panas-panas. Waduh ngomongin jajanan aku jadi tambah lapar nih. hehehe

Selasa, Juni 02, 2009

Tahu Telor, Tahu Thek atau Tahu Lontong


Masakan khas Jawa Timuran sangat beragam. Salah satunya adalah tahu telor atau tahu tek. Entah sebenarnya yang uasli tahu tek itu dari mana aku tidak tahu. Hampir setiap kota di Jawa Timur punya tahu telor khas masing-masing. Contohnya saja di Surabaya, sebagai ibukota Jawa Timur, pedagang tahu tek atau tahu telornya saja memiliki resep dan rasa masakan yang berbeda-beda. Hal ini bisa dimaklumi karena pedagangnya ada yang berasal dari Lamongan, Jombang, Malang yang biasa masak tahu telor dengan cara sendiri-sendiri.
Di Surabaya ada beberapa warung Tahu Thek yang cukup laris seperti Tahu Thek pak Ali di jalan Dinoyo (tapi maaf beribu maaf aku kurang cocok dengan tahu thek bikinan warung ini karena menurutku terlalu banyak petisnya), lalu ada Tahu Thek warung rujak Delta, depot Tunjungan. Tapi semua rata-rata sama, lebih banyak terasa petisnya, persis seperti yang biasa disajikan pedagang tahu thek keliling yang biasa lewat di perumahan rumahku.
Terus terang aku lebih suka tahu thek atau tahu telur model kediri. Di Kediri orang biasa menyebutnya Tahu Lontong karena biasa disajikan dengan lontong. Tahu lontong di kediri lebih sedikit petisnya. Rasanya jelas lebih nikmat menurutku. Di kediri cukup banyak penjual tahu thek yang luaris dan uenak rasanya. Salahsatunya adalah Tahu lontong di jalan Monginsidi. Warung tahu lontong Monginsidi sangat laris, enak dan lebih banyak kecap dan kacangnya dibanding petisnya. Tapi buat yang lebih suka memakan tahu telor tanpa lontong tidak kusarankan makan di warung ini karena penjualnya agak judes dan selalu menolak menjual tahu telor tanpa nasi/lontong.
Salah seorang teman menyarankan membeli tahu lontong yang uenak di barat dealer Aries Motor jl. Untung Suropati Kediri. Katanya uenak tapi sorry aku belum pernah coba. Di sepanjang jalan Hos Cokroaminoto jugabanyak penjual tahu lontong ini seperti di depan ponpes LDII dan di sebrang Candra Motor (lemah duwur). Rasanya tentu lumayanlah. Pembeli bisa meminta cabe yang diuleg sebanyak yang ia mau. Mau pedas ya minta aja cabe yang banyak. Lebih nikmat lagi dimakan dengan kerupuk.
Sebenarnya soal tahu telur aku lebih suka tahu telur buatan mamaku sendiri. Sebab tahunya jelas pilihan sebab membeli tahu putih yang uenak di Sari Lezat Poo atau LTT2. Dengan bumbu yang pas rasanya, dan taburan bawang goreng serta kacang goreng yang banyak tentu lebih lezat. Kadang-kadang bila sedang tidak malas aku mau juga masak tahu telur sendiri sebab tidak sulit. Andapun bisa mencobanya.

Tahu Telor

Bahan : - Tahu putih
- Telur ayam
- garam dan merica
- Taoge
- Seledri
- Bawang merah goreng
- kerupuk

Bumbu : - cabe rawit (sebaiknya direbus dulu)
- garam gula
- petis udang,
- kecap manis
- bawang putih
- kacang tanah yang sudah digoreng

Cara memasaknya :
- Tahu putih dipotong dadu dan dimasukan kedalam kocokan telur yang sudah dibmbui garam dan merica bubuk secukupnya. Aduk secara hati-hati dan goreng dengan minyak goreng hingga matang atau setengah matang (sesuai selera)
- Rebus taoge hingga masak
- Haluskan bumbu, tambahkan petis dan kecap secukupnya saja
- Penyajian siapkan piring, atur tahu, pasang taoge rebus, guyur dengan bumbu. Tambahkan rajangan seledri, daun bawang, kacang goreng dan bawang goreng. Terakhir tambahkan kerupuk.
-Bisa dimakan dengan nasi atau lontong sesuai selera

Selamat memasak

Bothok


Aku tidak tahu sejak kapan aku menyukai makanan yang namanya Bothok. Semenjak aku kecil makanan tersebut sudah biasa dihidangkan di rumah dan entah mengapa aku begitu menyukainya. Dulu saat masih duduk di taman-kanak-kanak, aku ingat punya pembantu rumah tangga yang namanya mbok Yem. Ia sangat mahir masak apapun. Ia pintar pula masak botok dan aku sangat menggemari masakannya itu. Tetapi sayangnya ia hanya sebentar ikut pada keluarga kami. Karena ia ingin kembali kerja di asrama dimana ia bisa mengekspresikan memasak dalam jumlah banyak. Kalau keluargaku setiap hari disuruh memasak dalam jumlah besar bisa tekor dong hehehe.
Untungnya mamaku bisa pula memasak botok yang enak. Hanya saja seiring semakin tua usianya, mama sudah jarang memasak botok. Bisa dimaklumi karena perlu waktu lama dan agak ribet dalam memasak botok itu. Tapi tak perlu khawatir bila pulang ke kediri aku gampang bisa berburu makanan yang berbahan kelapa ini. Hampir setiap penjual masakan rumahan menyediakan menu botok sebagai salah satu andalannya. Tetapi terus terang tidak semua bisa menjual botok sesuai seleraku.
Dari berbagai penjual botok di Kediri aku hanya punya beberapa orang saja yang bisa memasak botok seenak yang kumaksud. Yang pertama tentu Depot Bu Rahmat. Depot Bu Rahmat yang berada di daerah Pocanan Kediri sebenarnya menjual berbagai menu masakan rumah seperti urap, ayam bakar, sayur bening, lele bumbu dan sebagainya. Tetapi ia juga menjual aneka botok seperti botok kemangi, botok tahu/tempe, sembukan dan sebagainya. Rasanya pedas asin, dan uenak. Hanya saja setelah kutelusuri botok yang dijual di depot itu bukan dimasak sendiri mereka tapi merupakan titipan tetangganya. Kapan hari aku membeli botok di warung nasi di kawasan jl.Ronggowarsito kediri. Bentuk dan rasanya persis seperti yang dijual di depot bu Rahmat. Jadi bisa disimpulkan botok itu bikinan warga pocanan yang entah siapa namanya. Pokoke mantap. Harganya kalau dulu masih dibawah 1000 perak. Entah sekarang. Aku suka pula dengan bothok yang dijual pedangan sayur kakilima di depan toko jamu dua putri dewi/jl. Hos Cokroamintoto Kediri. Harganya hanya 750 rupiah tapi rasanya uenak, pedes asinnya pas. Pokoke bikin ketagihan deh. Walaupun begitu sebenarnya pada dasarnya bothok bikinan orang Kediri masih tetap lebih enak dibanding daerah lain (couvinisme banget)hehehe. Mungkin karena menggunakan kelapa muda yang menambah lezat rasa botok ini.
Di Surabaya aku agak kesulitan berburu botok yang enak. Aku sudak mencoba berbagai botok yang dijual di warung-warung nasi di Surabaya tapi rasanya mesti kurang nikmat. Selain kelapa parutnya sedikit, juga selalu tua (biasa disebut kerasah). Ga enak banget. Tapi beberapa waktu yang lalu aku tak sengaja menemukan botok enak di Surabaya. Di warung Mejoyo tempat sarapan favoritku sebenarnya sudah lama menjual botok tapi botok tahu tempe buatannya menurutku kurang makyus.
Tiba-tiba baru-baru ini mereka menjual botok daun sembukan yang merupakan titipan salah satu rekannya. Rasanya uenak banget. Dengan harga 1000 perak saja itu botok sudah bikin kita puas. Asin, pedasnya pas. Jan uenak pol. Baru-baru ini aku menemukan lagi botok enak di penjual gorengan yang biasa mangkal di depan depot Rejeki jl. Karah Agung. Botok onthong buatan penjual ini haujek. Bikin aku ketagihan deh. Aduh jadi pingin buru-buru makan botok lagi deh. Botok biasa dimakan dengan nasi putih saja sudah enak. Tapi lebih lengkap bila ditambah sayur bening. Jadi tambah segar. Sebenarnya jika mau kita bisa memasak botok kemangi sendiri. Bahan dan cara membuatnya sebagai berikut :

Bothok Kemangi

Bahan : Parutan kelapa muda (dari 1 buah kelapa yang besar)
Daun kemangi, Daun pisang (untuk membungkus), bithing
Bumbu, 5 butir bawang putih, 1 iris terasi, 10 biji cabe rawit, 2 cm laos, gula dan garam putih secukupnya.
Cara membuat : - uleg semua bumbu hingga halus.
- campur bumbu dan parutan kelapa muda serta daun kemangi
- bungkus dalam daun pisang dan ditutup dengan biting (kira-kira jadi 10 bungkus)
- kukus dalam dandang hingga masak dan kemudian siap disajikan. (Lebih enak jika dimakan dalam keadaan panas).

Silakan mencoba

Senin, Juni 01, 2009

Kantin Mbak Wiwik



Kesibukan yang cukup menyita waktu beberapan waktu belakangan ini membuatku lama tak menulis di blog ini. Rasanya kangen juga tidak curhat tentang kesibukan-kesibukan dan acara makan-makan yang udah kulewati selama kurang lebih dua bulan ini. Terus terang selain urusan pekerjaan kantor yang menggunung, beberapa bulan ini aku sedikit direpotkan dengan berbagai undangan reuni.
Semenjak aku gabung dengan situs jaringan sosial yang namanya facebook itu setengah tahun yang lalu, aku bisa bertemu kembali dengan ratusan teman lamaku dari berbagai wilayah di tanah air bahkan manca negara meski hanya lewat dunia maya. Bahkan selanjutnya sebagian juga berlanjut dengan jumpa darat. Undangan reuni mulai reuni teman kuliah, reuni teman kost hingga reuni teman sekolah seolah datang silih berganti. Sampai-sampai saking seringnya aku mendapat undangan reuni, teman-teman sekantor sering meledek, "Reuni maneh?" Tapi asalkan segalanya masih dalam konteks positif ga masalah.
Belakangan ini aku mulai agak jenuh juga, makanya mulai aku kurangi aktifitasku di facebook. Sebab bisa dibilang aku udah dalam kategori kecanduan berat. Dan kupikir-pikir tidak sehat juga. Lagian kasian yang lain, jadi kalah ngetop nantinya.wakakak. Meski tidak mundur secara total, aku lebih suka jadi pengamat. Tampaknya mengasyikkan juga.
Hari ini aku sedang menikmati waktu liburku di rumah sebelum berangkat tugas maraton Jakarta, Jogya, Solo, Semarang lusa. Makanya sekarang bisa nyantai sambil nulis apa saja yang ingin aku tulis. Kebetulan beberapa minggu ini waktuku lebih banyak kuhabiskan untuk lembur di kantor. So makanan yang lebih sering kusantap adalah masakan dari kantin mbak Wiwik yang berada di depan kantorku di kawasan Karah Agung Surabaya. Semenjak kantorku pindah ke karah sekitar 1 tahun yang lalu, mau tak mau untuk makan siang kami sangat tergantung dari kantin mbak Wiwik.
Semula kantin mbak Wiwik hanya menjual menu mi pangsit, indomie dan berbagai minuman (juice, teh,kopi) saja. Tetapi atas permintaanku dan teman-teman akhirnya ibu dari dua orang putri ini mau melayani menu masakan rumahan untuk makan siang kami. Awalnya kami nurut ia masak apa untuk keluarganya maka kita ikut makan. Seperti jika ia masak sop dengan ayam goreng, maka kami pun akan makan siang dengan menu yang sama. Tapi lama kelamaan malah lebih sering kami yang mengatur menu makan siang tersebut. Kebetulan yang namanya mbak Wiwik itu usianya sebaya dengan kami semua. Jadi bisa mengikuti irama dan gaya kami. Kawan-kawanku cocok dengan sebagian besar masakan yang dibuat mbak Wiwik. Hal ini karena istri dari karyawan asuransi kendaraan bermotor ini adalah berasal dari Tulung Agung sehingga rasa masakan yang dibuatnya sesuai selera kami yang sebagian besar juga orang kulonan (Kediri, Nganjuk, Jombang).
Selain itu hal lain yang membuat kami makin suka, ia mau belajar dan mencoba memasak menu yang kami mau meski ia sendiri belum pernah memasaknya. Bayangin ia mau belajar bikin nasi tumpeng (menu lengkap, ayam bakar, sayur keluwih, urap dll) yang ribet hanya demi memenuhi pesanan salah satu temanku yang bikin bancakan kelahiran anaknya di kantor. Ia berani mencoba memenuhi keingin kami yang kangen masakan deso yang sulit ditemui di Surabaya macam sayur onthong pisang, oseng-oseng pepaya muda, hingga sambal miri.
Kemarin lebih heboh lagi ia mesti mempraktekkan menu masakan khas Bali semacam ayam betutu, plecing kangkung dan sambal brambang jahe dari resep yang diberikan salah satu kawanku yang keluarganya asli dari Bali. Rasanya pun tetap lezat dan menggoyang lidah. Tetapi menu favorit kami semua tetap sama, nasi, sayur rebusan, berbagai macam sambel dan rempeyek udang, atau sayap ayam kremes. Sepertinya semua tak pernah bosan.
Tak hanya untuk makan siang, kalo kami lembur hingga malam, ia siap jika sewaktu-waktu menelpon dan memesan makanan lagi yang baru macam, mi rebus, nasi goreng hingga suun goreng. "Halo, mbak Wiwik pesen makan dong. lapar nih" "Mbak Wiwik, pesen juice stroberi tanpa gula dan es teh tawar 2 ya,"begitu teriakan di telpon yang kerap diperdengarkan kami semua. Tapi dengan setia ia mau dan rela bolak balik dari rumahnya ke kantor kami demi bisa menyenangkan kami semua. Tak hanya itu saja ada buku yang sudah ia sediakan supaya teman-teman mencatat makanan dan minuman yang sudah dilahapnya. Alias lebih sering pada bayar belakangan.hehehe. Tapi kebaikan dan kepercayaan mbak mbak Wiwik membuat kami semua malah saling berusaha mengingatkan untuk jangan lupa mencatat dan membayar segala tanggungan masing-masing.
Bagaimanapun tak semua orang mau berlaku seperti mbak Wiwik. Yang lebih hebat lagi ia lakukan semua pekerjaan mulai buka warung mi dan minuman yang melayani anak SMP dan kami ini sendiri tanpa bantuan pembantu. Salut buat mbak Wiwik. Mbak Wiwik pancen oke. Moga tetap jadi bu kantin favorit kami.

Selasa, April 21, 2009

Jalan-jalan ke Purwokerto


Purwokerto merupakan salah satu kota yang sangat tidak asing lagi bagi sebagian besar orang. Biasanya orang menyebutnya sebagai kotanya Mayangsari, (salah satu artis yang cukup fenomenal) karena Mayangsari memang berasal dan punya rumah mewah di kota ini. Sampai saat ini mungkin baru sekitar 5 kali saja aku mengunjungi kota ini. Kalau hanya melewati setasiun Purwokerto sih sering jika kebetulan aku naik KA Gajayana dari Jakarta ke Kediri atau sekaliknya. Baru-baru ini salah seorang relasi mengundang datang ke kennelnya yang berada di Purwokerto. Tentunya kesempatan itu tidak aku sia-siakan. Sebab sembari bertugas aku bisa mengunjungi salah satu sahabatku semasa kuliah yang memang berdomisili di Purwokerto. Aku sengaja berangkat sabtu pagi kemarin dari Kediri. Setelah berganti bis hingga 3 kali akhirnya sampai pula aku di kota Purwokerto pada pukul 7 malam. Perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan sudah seperti naik KA dari Jakarta ke Surabaya saja lamanya. Tetapi letih langsung hilang begitu disambut sahabat yang lama tak bersua. Kami bisa bertemu sejenak melepas rindu. Hari Minggunya aku diajak sohibku berjalan-jalan mengelilingi kota Purwokerto. Menyenangkan sekali sebab sama sekali tak ada kesan semrawut. Kami bisa mengendarai sepeda motor dengan santai. Memang cocok bila juga dijuluki kota Pensiunan. Padahal bila dipikir-pikir Purwokerto termasuk salah satu kota besar di Jawa Tengah sesudah Solo dan Semarang. Di kota ini juga terdapat Kampus Universitas Jendral Sudirman (UNSOED) yang cukup diminati pelajar di Jawa tengah. Tetapi entah mengapa kesan tenang dan santai masih benar-benar kental terasa. Aku sempat melewati Masjid Agung Purwokerto yang megah. Lalu melihat Alun-alun yang besar, dengan rumput yang bersih dan rapi banget. Di Purwokerto juga ada Museum Bank. Di kota inilah ternyata cikal bakal sejarah perbankan Indonesia berasal. Aku juga diajak jalan-jalan ke Moro, swalayan terbesar di kawasan Banyumas ini. Selain itu kami menyempatkan diri jajan berbagai makanan khas Purwokerto. Diantaranya serabi Purwokerto. Serabi Purwokerto jelas berbeda dengan serabi Solo. Menurutku lebih mirip surabi bandung. Bahan dasarnya sepertinya tepung beras. Dibagian atasnya diberi campuran gula merah. Jadi rasanya manis dan gurih. Harganya murah sekitar Rp. 750,-. Serabi Purwokerto yang paling laris bisa di beli di jl Bank dan depan SMPN 5 Purwokerto. Sebenarnya aku hendak diajak makan siang ke Soto Sokaraja yang lebih ngetop tapi berhubung berada di pinggiran kota aku agak segan. panas.hehehe. Kami pun akhirnya makan soto ayam H.Laso atau yang lebih dikenal dengan soto jl.bank. Soto khas Purwokerto ini juga biasa disebut sroto. Penyajiannya agak berbeda dengan soto ayam lamongan atau daerah lainnya. Umumnya disajikan dengan potongan kupat, mihun, ayam suwir, dan krupuk. Yang paling membedakan sambalnya itu sambal kacang. Rasanya cukup enak. Cuma kalo aku boleh sedikit mengkritik penyajiane kurang menyenangkan. Pembeli tidak bisa memilih bagian ayam yang disukai (sayap, kepala, ati, ampela dll) seperti saat kita membeli soto ayam lamongan di Surabaya. Selain itu kuahnya kurang panas jadi mengurangi kenikmatan rasanya. Aku malah lebih suka dengan es campurnya. Es campur yang disajikan dalam gelas dengan isi kolang kaling , cao dengan santan dan sirup merah plus susu itu sangat enak dan segar sekali. Bikin ketagihan deh. Sore harinya aku sempat mencicipi pula mendoan khas Purwokerto yang enak itu. Mendoan ini paling enak dimakan panas-panas dengan sambal kecap. Cukup banyak penjual mendoan di kota ini tetapi yang banyak dikunjungi wisatawan luarkota yang di jalan Sawangan, pusatnya toko oleh2 khas Purwokerto. Disini kita juga beli mendoan mentah, tepung hingga sambal kecapnya. Hari Seninnya, sesudah makan di warung Intan Sari di jl. Angka yang menyajikan berbagai makanan rumahan yang enak dan cukup terkenal di Purwokerto, aku diajak relasi mengunjungi kennelnya di kawasan Baturaden. Villanya tepat berada di atas lokawisata Baturaden. Suasana benar-benar menyenangkan. Pemandangannya sangat bagus dan indah. Dari Vila yang bernama Edelweis itu kami bisa menyaksikan pemandangan beberapa kota dari jarak jauh seperti Nusakambangan, Purbalinga hingga Purwokerto kota. Udaranya cukup dingin. Tak mengherankan karena tepat berada di lereng gunung Selamet. Makanya sangat cocok untuk refreshing melepas lelah. Aku sudah ditawari boleh menginap di villa tersebut kapanpun bila perlu transit di Purwokerto. Tawaran yang menggiurkan dan bisa dipertimbangkan.hehehe. Sayang aku cuma 3 malam di Purwokerto dan mesti melanjutkan perjalanan ke Jakarta. Tapi sekeresek oleh-oleh ternyata sudah disiapkan untuk kubawa. Isinya kripik tempe, lanting, nopia yang merupakan oleh-oleh khas Purwokerto. Wah lumayan jadi tak perlu membeli oleh2 nih buat teman-teman di Jakarta.hahaha

Kamis, April 16, 2009

Tembuku




Bali merupakan tempat liburan yang paling diminati.Tak hanya oleh wisatawan domestik tapi juga oleh pelancong manca negara.Tak dipungkiri hal ini karena Bali memang memiliki tempat wisata yang sangat indah-indah. Sebut saja Pantai Kuta, Sanur,Tanah Lot, Kintamani dan sebagainya. Meski aku juga senang mengunjungi tempat-tempat wisata tersebut bila sedang piknik ke Bali tapi kali ini aku ingin bicara mengenai sisi lain dari Bali. Kebetulan salah satu sohibku keluarganya asal Bali. Meski ia lahir dan besar serta berdomisili di Surabaya tetapi karena nenek dan kerabatnya masih tinggal di Bali maka setahun sekali ia mesti pulang kampung ke Bali.Sekitar 5 tahun yang lalu aku bersama sohib-sohibku pernah ikut dia mudik ke Bali atau Bangli tepatnya,yaitu sebuah kota kecil yang perlu ditempuh sekitar1-2 jam dari Denpasar. Saat itu kami menempuh perjalanan darat dengan menggunakan kereta api dari Surabaya ke Ketapang dan langsung naik bis yangsudah disediakan PJKA hingga Ubung. Perjalanan dilanjutkan via Batu Bulan dengan menyewa kolt atau angkutan pedesaan.Karena waktu itu kami pergi beramai-ramai 6 orang kupikir supir angkot tak bakal menaikkan penumpang lainnya. Tetapi ternyata keliru di tengah jalan supir dan kernet menaikkan seorang ibu-ibu yang membawa barang bawaan buah nangka. Aku takbegitu memperhatikan tapi tahu-tahu saat si ibu itu turun di tengah jalan salah seorang teman yang ikut dalamrombongan kami membeli nangka itu. Kami sempat heran kok mau-maunya membeli nangka di jalan. Kenapa tidak nanti saja jika sudah diBangli tapi kami memilih membiarkan aja. Sesudah menempuh perjalanan yang cukup jauh melewati sawah, hutan, daerah naik turun maka kami pun sampai di tempat tujuan yaitu daerah bernama Tambunampun Tembuku Bangli. Kami disambut oleh keluarga sohibku yang lebih dulu berlibur di sana juga nenek dan para kerabatnya. Mereka menyambut kami dengan senang. Tapi saat melihat salah satu dari kami membawa buah nangka mereka langsung heran. "Kenapa beli buah nangka. Di sini buah Nangka banyak banget, sampai sampai biasa buat makan babi" kata bibi sohibku. Tak pelak hal itu mengundang tawa kami. Teman yang membeli buah nangka tersebut cuma bisa tersenyum kecut dan malu. Terus terang kami takjub saat sampai disana. Rumahnya lumayan bagus sama seperti rumah di kampung2 di Jawa. Bangunannya sudah lumayan modern dengan halaman yang cukup luas dengan berbagai jenis tanaman dan beberapa ekor babi sebagai binatang piaraan . Yang membedakan di halaman depan ada bangunan seperti gasebo. Bangunan tersebut biasa disebut sekenem dan biasa dipakai untuk tempat jenasah menunggu sebelum dibakar atau ngaben. Tak hanya itu pula di depan paviliun ada pura keluarga. Sepertinya hampir setiap rumah di Bali punya pura keluarga sendiri-sendiri. Sesudah senang-senang melepaslelah, sebagian dari kami memutuskan untuk tidur di paviliun depan. Tapi entah mengapa rasanya agak aneh saja aku melihat kamar di pavilun depan ini. Kami sempat ngakak-ngakak di depan kamar ini. Tapi begitu malam ternyata lampu di depan kamar tersebut padam sehingga kami berpikir ulang sebelum tidur di kamar itu. Apalagi belakangan kami diberi tahu bahwa kamar itu termasuk kamar khusus dan istimewa yang biasanya disediakan untuk pemuka yang biasanya memimpin upacara keagamaan.Wiuh kami jadi ngeper. Aku terang-terangan menolak tidur disana. Akhirnya semua pun tidur di rumah induk dan tak jadi mencoba tidur di paviliun itu. Sebagai gantinya nenek dan ibu sohibku yang tidur disana. Suasana malam di Tabunampuun cukup mencekam.Meski sudah adalampu tapi jalan di sekitarnya gelap. Yang bikin kami sempat stress adalah saat itu sinyal indosat belum sampai ke tempat tersebut.Jadilah sebagian besar dari kami gigit jari karena tidak bisa kontak dengan siapapun.
Tapi akhirnya kami pun bisa tidur meski awalnya ketakutan mendengar sura anjing melolong di malam hari. Besuknya kami mendapat cerita dari ibu sohibku kalo neneknya bermimpi dan menginggau ditemui penunggu paviliun itu semalam. "Dimanakah bujang bujang jegeg itu." Kami jadi makin takut dan pingin pulang.Meski begitu kami kuatkan hati untuk menginap semalam lagi di tempat tersebut. Salah satu yang terngiang di benakku dan paling berkesan selama di Tembuku adalah setiap aku sholat, kedua saudara sepupu sohibku yang masih berusia anak-anak selalu menunggui dan memandang dengan penuh takjub. "Memangnya kalian belum pernah lihat orang sholat?"tanyaku. Mereka langsung menggeleng-gelengkan kepala. " Pernah sih tapi cuma di TV." jawabnya jujur. Aku langsung mengerti mengingat Bangli bukan Denpasar yang penduduknya sudah heterogen. Bangli masih benar-benar asli Bali. Penduduknya mayoritas Hindu. Masjid pun dalam satu kabupatennya mungkin jumlahnya kurang dari 5. Suasananya benar-benar tradisional Bali.Tiap hari kami mesti lihat orang memasang bunga pemujaan dipura atau tempat-tempat yang mereka anggap sakral. Setiap kendaraan pribadi atau umum saja juga dipasang bunga dalam janur itu. Memilih makanan di sana juga mesti hati-hati karena mereka banyak memasak dengan bahan dasar babi. Saat kami ikut keluarga sohibku berjalan ke rumah kerabatnya di daerah Peninjauan. Kami sempat melewati kebun salak yang rimbun. Semua mesti hati hati saat berjalan karena kadang bisa bertemu ular.Kami juga melewati salah satu pura besar di tengah kebun yang terlihat seram karena di bawah pohon beringin.Aku takbisa bayangin jika melewati tempat itu di malam hari pasti lebih mengerikan lagi. Kami lihat pula kerumunan orang yang sedang adu ayam.Ternyata sabung ayam masih merupakan tradisi di daerah ini. Padahal semestinya dilarang sebab rawan dan sarat perjudian. Saat berkunjung ke rumah kerabat sohibku tersebut kami agak khawatir sebab sebagian besar memiliki anjing. Kalo anjing ras kami takbakal takut. Kalo anjing Bali tunggu dulu. Bali terkenal dengan rabiesnya. Makanya kami tak berani dekat dekat dengan anjinganjing liar tersebut. Tapi kami sangat berkesan selama di Bangli ini karena disambut penduduk dengan baik dan ramah. Pulangnya kami dibawakan oleh-oleh salak, dan kacang tanah yang merupakan khas tempat tersebut. Meski seram tapi kami takkapok datang kesana. Terbukti dua tahun lalu aku dan sohib2ku kembali datang ke tempat tersebut. Sudah cukup banyak kemajuan dibanding kedatangan kami sebelumnya. Sinyal telepon sudah tak bermasalah. Kami juga sudah tak setakut dulu. Bangli tetap asyik untuk dikunjungi sebab disinilah sebenar-benarnya masyarakat Bali.

Warung Mejoyo



Terus terang aku jarang masak di rumah. Lebih sering makan di luar. Kebetulan penghuni rumah memang pegawai kantoran semua yang biasa berangkat pagi dan pulang malam sehingga jajan di luar menjadi santapan sehari-hari. Kecuali saat sedang senggang aku mau pula memasak sebentar buat sarapan pagi. Tapi dengan catatan ga janji.hehehe. Biasanya aku membeli sarapan pagi sekalian berangkat ke kantor.Kalo dipagi hari cukup banyak penjual berbagai makanan yang bisa dilirik seperti soto ayam lamongan, nasi pecel madiun, nasi rawon dan sebagainya. Walaupun begitu aku punya satu warung makan favorit untuk sarapan pagi di Surabaya. Namanya warung Mejoyo. Warung Mejoyo ini lokasinya di jalan Kalirungkut Surabaya atau tepatnya depan pabrikKedawung. Aku sudah cukup lama mengenal warung ini. Masku yang memperkenalkannya pada keluarga besar kami. Sekali kami makan di warung ini langsung suka dan ketagihan. Tiapmengunjungi aku dan masku pasti mamaku minta diajak ke warung Mejoyo ini. Hal ini karena selain menu makanannya beragam, rasanya juga lezatt sekali.Harganya ditanggung murah. Pembeli bisa makan secara prasmanan. Beberapa menu yang disajikan seperti Kotokan ikan Pe, asem-asem bandeng, sayur lodeh terong, sayur sop, sayur asem. Tak hanya itu saja beragamlauk seperti botok sembukan, tahu pempe, pepes bandeng, pepess pindang hingga, ayam goreng, ceker goreng krispi, ceker bumbu coklat,sate cumi masak hitam, bandeng presto dan sebagainya. Jikasedang musimbisa pula makan pepes jangkang atau jangkang goreng yang sangat lezat itu.(Jangkang itu semacam kepiting kecil khas Surabaya). Jika bosan lauk macam macam ikan bisa pilih makan dengan tempe goreng tepung. tempe goreng tempe warung Mejoyo enak banget. Sambal trasinya juga maknyus. Bakal puas deh makan di warung Mejoyo. Bagi penggemar makanan rumahan kusaranin sekali-sekali mampir dan rasakan sensasinya.Tak perlu khawatir kehabisan warung Mejoyo ini buka dari jam 7 pagi hingga jam 4 sore.

Mi Kediri


Sabtu besuk aku sudah mesti berangkat tugas ke Jakarta lagi. Tapi aku sempatin pulang sebentar ke Kediri. Selain melepas kangen dengan mama, tentunya rindu pula akan makanan makanan khas kediri yg udah agak lama terlupakan selama aku di Surabaya. Salah satu menu yang kali ini ingin kusantap adalah mi tektek.Aku tak tahu mulai kapan menu mi goreng jadi terkenal di kota kediri. Mi goreng made ini kediri tuh emang lain daripada yang lain. Mi nya digoreng dengan menggunakan arang. Dimasak dengan menggunakan telur dan irisan ayam.Terkadang juga dengan irisan tomat. Yang bikin lezat adalah menggunakan kaldu daging ayam pula. Sebenarnya ada tiga versi mi yang tersedia yaitu mi goreng biasa, rebus dan nyemek (setengah goreng setengah rebus). Umumnya penjual mi goreng di Kediri tak hanya menjual menu mi goreng saja meski itu yang paling di gemari tapi juga menjual nasi goreng, nasi mawut (mi campur nasi), sop dan krengsengan ayam. Rasanya tentu sama enaknya dengan mi goreng. Takheran jadi makanan kebanggaan kota kediri. Sekarang ini cukup banyak penjual mi tektek di kediri. Di sepanjang jalan utama, seperti jalan doho, patimura, hayam wuruk hingga pasar pahing banyak berjejer penjual mi tektek ini. Tentunya setiap orang punya langganan sendiri-sendiri. Jika sedang musim,liburan hampir sebagian besar pedagang mi ini rame dikerumi pembeli. Berdasarkan survey beberapa penjual mi tektek yang paling laris di kediri diantaranya adalah Mi tektek pak Man jalan setasiun, mi pak No depan kantor telkom jl. Hayam Wuruk, mi Pendek jl Hasanudin, Mi pakTemon Gudang Garam Dandangan dan mi mbah Riman di Sersan KKO Usman. Harga mi/nasi goreng tersebut bervariasi mulai 5000 perak hingga 8000 perak. Terus terang aku tidak terlalu fanatik makan mi pada satu tempat sebab menurutku sebagian besar mi kediri enakrasanya. Aku sekarang paling suka nongkrong makan mi di depan hotel penataran jalan doho. sebab selain karena tempatnya asyik buat ngobrol ama teman2 juga bisa sekalian minum es degan yang dijual di sebelahnya. Atau jika pingin takut ga kehujanan nongkrong di warung mi mbah riman di sersan KKAO Usman. Kalo disini lebih nyantai lagi buat ngobrol lama2, sekalian ikut nonton TV sambil makan mi dan minum jahe panas. Nikmat. Saking terkenalnya mi kediri, sekarang sudah banyak pedagang mi kediri ini yang membuka gerai atau cabang dikota-kota besar seperti Malang, Surabaya dan Jakarta. Pokoke soal makanan kediri top abis.

Selasa, Maret 24, 2009

Angkringan Lek Man


Rasanya belum ke Jogya kalo belum mampir ke Angkringan Lek Man. Angkringan Lek Man termasuk salah satu tujuan wisata kuliner yang di minati bila orang berkunjung ke Jogya. Bahkan saking banyaknya penggemarnya sampai sudah ada grup angkringan lek Man di facebook. Aku termasuk salah satu penggemar Lek Man. Setiap kali ke Jogya aku mesti menyempatkan diri mampir ke tempat ini. Angkringan Lek Man merupakan salah satu warung angringan yang berada di samping (utara) setasiun Tugu Jogyakarta. Waktu pertama kali aku makan di tempat ini bersama teman-temanku beberapa tahun yang lalu, langsung berkomentar satu kata. Muraaaaaah.hehehe. Menunya beragam mulai nasi kucing (sambal), nasi teri, nasi bihun/buncis, bihun, capcai dan lain-lain. Lauknya mulai sate usus, kulit, daging, ceker, hingga kepala ayam. Gorengannya pun mulai mendoan, tahu hingga tempe goreng juga ada. Yang bikin aku tambah suka selain bisa minum es teh juga ada es tape yang uenak itu. Pokoke enak tur murah. Kopi joss sepertinya yang paling banyak penggemarnya. Berhubung aku tak suka kopi ya maaf belum mencoba. Meski ada tempat di depan tungku pot air yang paling diminati tapi aku lebih suka sembari lesehan di sebrang jalannya. Tapi siap-siap uang receh sebab cukup banyak pengamen yang ikut nimbrung meminta belas kasihan. Walaupun begitu tak mengapa sebab makan di Angkringan Lek Man tetap nikmat. Pengunjunge kebanyakan pelajar dan mahasiswa. Sejak buka sore hari sampai malam tak pernah sepi pengunjung. Hidup Angkringan Lek Man

Minggu, Maret 22, 2009

Mi Pele


Saat aku menulis status di fb jika habis makan mi pele, salah satu teman berkomentar apa sih Mi Pele. Sebenarnya Mi Pele itu adalah satu satu nama warung mi yang berada di kawasan alun-alun Jogyakarta. Warung ini sepertinya sudah berdiri sejak dahulu kala dan cukup ramai serta punya banyak pelanggan. Orang bisa memilih duduk di kursi atau makan di lesehan. Tapi aku menyarankan makan lesehan saja sebab lebih asyik. Sambil menunggu makan dan asyik makan kita bakal dihibur pengamen-pengamen bersuara merdu yang menyanyikan lagu-lagu yang sedang hit. Kadang kita bisa meminta atau request lagu yang kita ingin dengar. Menu yang ditawarkan di warung Mi Pele ini selain Bakmi goreng Bakmi Godog, juga ada Bakmi Nyemek. Bakmi yang ditawarkan ada bakmi kuning, dan bakmi putih (bihun). Jika tidak ngomong kadang dikasih campur dua2nya. Bakmi ini disajikan dengan kopyokan telur dan irisan ayam. Tapi terus terang sebenarnya rasanya standart, biasa saja. Karena aku penyuka mi, menurutku tetap jauh lebih enak Mi goreng kediri daripada ini. Selain mi ada pula nasi goreng magelangan. Magelangan ini kalo di Jawa Timur biasa disebut nasi mawut yaitu campuran nasi goreng dan bakmi goreng. Rasanya lumayan meski tetap kalah dibanding nasi mawut kediri. Sorry lah yaouw. Maklum tetap lebih mi kediri mania. hihihi. Lagipula menurutku harganya tidak bisa dibilang murah untuk ukuran warung kakilima di kota seperti Jogya. Dulu sih harganya 10 ribu perporsi tapi memang porsinya agak besar. Berapa harganya sekarang ini aku tak tahu sebab saat makan di warung mi pele baru-baru ini aku ditraktir teman. Sebenarnya yang paling kusuka di warung Mi Pele ini selain suasananya yang bikin kangen karena bisa makan lesehan sembari menyaksikan suasana Jogyakarta (khususnya di alun-alun di malam hari), adalah minumannya. Aku paling suka minum wedang tape atau es tape. Es tape memang menu andalan warung-warung di Jogya. Pokoke rasanya enak banget, campuran manis dan kecut. Makanya sembari makan nasi magelangan, es tape tak boleh dilewatkan. Buat penyuka Mi Jogya dan Magelangan, makan mi di tempat ini boleh dicoba dan rasakan sensasinya.

Sabtu, Maret 21, 2009

Steak Mun Mun

Hari Sabtu lalu aku reunian bareng sobat-sobatku di Solo. Meski udah makan berbagai camilan khas Solo macam Sosis Solo, risoles, lumpia dan lain-lain tapi saat jam makan siang kami tetap merasa kelaparan. Makanya kami memutuskan mencari makanan khas Solo yang lezat untuk disantap. Salah satu menu yang banyak kami incar adalah Steak. Dulu masa kuliah kami biasa makan steak di resto Kusumasari jika ada yang sedang berulangtahun. Tapi kali ini kami sengaja mencari yang baru. Salah satu sobatku yang asli Solo dan sekarang balik berdomisili di Solo mengusulkan kami mencoba makan di warung steak di kawasan Widuran Solo. Tentunya tawaran ini langsung kami terima. Kami pun meluncur bersama ke kawasan Widuran Solo. Ternyata tempat yang kami datangi bernama warung Steak Mun-Mun. Begitu masuk, kami duduk di kursi-kursi yang ditata rapi seperti warung steak lainya. Tapi saat kami disodori kertas menunya langsung terlonjak. Kaget banget. Masak sih menu paket suma seharga 11 ribu rupiah. Dengan harga sebesar itu kami sudah bisa makan Chicken/Tenderloin steak, teh botol dan dessert. Kami semua memilih makan paket tenderloinya. Piuh ternyata tak mengecewakan. Rasanya tak kalah dengan steak di warung lainnya yang harganya bisa dua hingga tiga kali lipatnya. Buat yang biasa tinggal di Jakarta dan Surabaya pasti satu komentarnya uenak tur muuraaah. Daging tenderloinnya berukuran sedang dibungkus tepung yang gurih. Potongan kentang, wortel dan buncisnya juga lumayan banyak. Saosnya juga nikmat. Dessert Pudingnya juga manis. Pokoke sipp lah. Selain itu juga masih ada menu-menu steak lainnya yang bisa dipilih. Yang jelas menu makanan di warung Steak Mun Mun layak diulang jika datang ke Solo. Soal makanan murah & maknyus memang Solo deh tempatnya.