Rabu, Desember 26, 2012

Spesialis Belut Surabaya H.Poer Surabaya

Saat ini kita tak akan kesulitan jika ingin makan penyet belut, karena hampir di setiap kota ada Francise Spesialis Belut Surabaya H. Poer. Tetapi bagaimanapun tentu lebih asyik jika kita datang langsung ke warung aslinya Spesialis Belut Surabaya milik H. Poer di kawasan jalan raya  Banyu Urip Surabaya. Warung itu tak pernah sepi pembeli. Mereka rela antri demi bisa duduk dan menikmati masakan belut olahan warung H.Poer ini.

Bangunan warung ini sebenarnya baru, sebelum seramai sekarang Keluarga H. Poer membuka warung spesialis belutnya di pasar Bok Abang Surabaya. Meski kala itu tempatnya bisa dibilang kurang strategis tapi ramai pembeli. Makanya begitu mereka sudah terkenal membuka warung besar di kawasan Raya Banyu Urip dan tak jauh dari tempat semula.

Berbagai masakan olahan dari belut adalah ciri khas warung ini. Belut goreng basah, sedang, kering, hingga masak asam manis tersedia disana. Untuk sambalnya bisa pilih biasa, sedang, pedas, super pedas. Saat kami masuk ke warung ini kuperhatikan kesibukan karyawan warung berbaju orange yang sibuk melayani pembeli. Ada 3 orang yang khusus menguleg sambalnya.

Sesudah menunggu agak lama, makanan siap diatas meja. Aku sengaja memilih penyet belut basah super pedas. Sedangkan temanku memilih yang penyet belut kering pedas. Wow aku langsung tak sabar menyantapnya. Belut diogoreng dan disajikan dalam cobek dengan sambal dan irisan bawang purih goreng.. Sedangkan lalapan timun, kubis dan kemangi ditaruh di piring lain.

Aku memang lebih suka belut digoreng basah. Menurutku lebih nikmat daripada digoreng kering yang mirip keripik. Rasanya tak kalah gurih. Tapi soal sambel memang yang super pedas bisa dibilang amat sangat pedas sekali. Aku sampai ga kuat kepedesan. Lebih pedas dari sambelnya bengkel kerut kalasan. Tapi enaaak. Ayo silakan coba kalau ke Surabaya. Harga seporsi penyet lele plus nasi dan es teh tak sampai 25 ribu rupiah. Tapi ditanggung puaaaaas.

Sate Ayam Madura di Gajah Mada Semarang

Sebenarnya tanggal 21 Desember '12 kemarin aku dapat undangan menghadiri sebuah even di Semarang. Tapi karena satu dua alasan maka aku tak bisa datang. Padahal sudah cukup lama aku tak ke Semarang. Jadi kangen dengan makanan makanan khas Semarang. Semarang memang buka kota belanja tapi salah satu kota yang punya tempat-tempat wisata kuliner yang enak. Kali ini aku pingin menulis mengenai sate semarang. Jika Anda pergi ke Semarang dan keliling kota di malam hari, maka saat Anda melewati jalan Gajah Mada akan melihat sederet warung kaki lima yang menjual sate ayam madura. Mulai lampu merah di dekat jalan Pemuda hingga hampir perempatan jalan Depok/Wahid Hasyim berjejer warung lesehan sate ayam madura ini.

Beberapa kali melewatinya, aku penasaran pingin tahu mana yang paling terkenal. Suatu ketika kebetulan aku menginap di hotel Quirin di jalan Gajah Mada Semarang yang notabene seberang jejeran pedagang sate ayam itu. Kutanyakan hal ini pada satpam hotel dan ia pun merujuk pada salah satu pedagang yang tepat di depan hotel Quirin. Ya namanya Sate Ayam Madura HM Hasan. Tertulis Pertama di Jalan Gajah Mada Semarang. Aku pun jadi ingin mencobanya.

Aku langsung duduk di tikar lesehan yang disediakan. Kulihat pedagangnya membakar satenya di kursi dingkling. sedangkan satenya ditaruh di tempat kaca supaya tak kena lalat. Aku sengaja memesan sate ayam dan jerohan ayam. Pedagang satenya mengipasi satenya agar cepat matang. Tak berselang lama sate pun siap dihidangkan.

Hm menggoda selera. Sate ayamnya lunak, jerohan dan kuning telurnya juga dibakar dengan matang. Diberi bumbu kacang dan kecap. Tak ada sambal. Jika ingin pedas, mereka menyediakan irisan abe hijau dan bawang merah mentah. Hm paduan rasa manis, gurih, pedas yang pas. Mirip sate madura yang biasa aku makan di Surabaya. Mantaplah. 
Untuk seporsi sate tanpa lontong dan teh botol aku tak sampai merogoh kocek hingga 25 ribu rupiah. Masih masuk akal dibandingkan sate di kota lainnya yang belum tentu enak tapi mahalnya minta ampun. Silakan coba kalau Anda ke Semarang.

Selasa, Desember 18, 2012

Resto YunSin

Bicara mengenai Bogor selalu identik dengan tahun Yunyi, tahu khas Bogor. Makanya begitu melihat salah satu resto di Botani Square Bogor bernama Resto Yunsin aku langsung berpikir ini pasti identik dengan tahun yunyi. Ternyata kayaknya beda.hehehe. Tempatnya luas dan nyaman. Pelayan berbaju batik langsung memberiku daftar menu saat aku duduk di salah satu kursi. Saat kutelusuri daftar menu aku tak menemukan berbagai macam makanan dengan bahan dasar tahu. wah salah. Tapi tak apa. Menunya mirip bakmi GM, berbagai macam mi. Mulai mi ayam, mi bakso, mi tahu bakso, mi pangsit, mi babat dan sebagainya. Tenang makanan halal. Kasirnya aja pakai jilbab.

Bakmi ayamnya lumayan enak. Bakminya kecil-kecil tipis. Rasanya guriih. DIberi taburan garam dan ayam kecil-kecil. Dimakan dengan kuah dan sambal lebih enak lagi. Anda mesti mecoba tahu baksonya. Tahunya kenyal dengan potongan daging bakso yang gurih. Nikmat.
Makan mi dengan tahu bakso jelas lebih maknyus. Tapi jika Anda tak suka tahu bakso, Anda bisa memesan mi pangsit kuah. Pangsitnya lembut dan enak. Takkalah dengan pangsit resto lainnya. Untuk kudapan juga bisa pesan pangsit tanpa kuah tapi dengan bumbu. Hm uenaaak.

Oya di resto Yun Sin ini Anda bisa memilih porsi makanan sesuai keinginan. Ada porsi kecil dan besar. Jadi bisa menyesuaikan kantong juga. hihihi. Untuk minumannya ada beranekaragam. Tapi kalau yang khas Bogor jelas es Pala. Rasanya perpaduan manis dan asem. Hm segar . Ayo dicoba kalau ke Bogor. Tapi minimal siapin uang sekitar 50 ribu/orang ya, daripada kurang.

Sate Hadori

Berkali-kali temanku selalu bercerita dengan bangga bahwa dia biasa mampir makan di sate Hadori jika ke Bandung. Katanya lokasinya di stasiun Bandung. Makanya waktu aku ke Bandung kemarin dan kebetulan lewat depan warung sate H.Hadori maka kusempatkan mampir. Lokasi persisnya di halaman terminal stasiun Bandung (jl. Stasiun Timur Bandung). Jika kita turun di stasiun Bandung mesti keluar lewat pintu setasiun lama (jangan lewat kebon kawung) dan masuk ke area terminal stasiun bandung. Itu merupakan jalan terobosan jika kita dari stasiun Bandung ke Pasar Baru Bandung.

Dari luar warung itu sudah tampak daging kambing tanpa kulit yang digantung. Hm bau sate yang dibakar oleh pelayan warung didepan warung menggoda selera. Iseng aku bertanya, "menunya sate kambing saja ya?" pada pelayan yang sedang bakar sate. Dia pun menjelaskan bahwa selain sate kambing, juga ada sate sapi dan ayam. Jadi aku bisa coba ini. Kalau sate kambing kan aku ga bisa memakannya. (rawan hipertensi, hehehe).

Aku pun masuk ke dalam warung sederhana itu. Di dalamnya sudah banyak pembeli. Mereka segerombolan2. Aku amati bangku, kursi. Di dekat pintu masuk, 2 orang pelayan juga sedang sibuk menusuk daging-daging kambing untuk sate. Aku memesan 5 sate sapi. Ternyata mereka tak sediakan lontong hanya nasi. Ya sudah ga mau. Pingin coba gule, mereka cuma punya gule kambing. Jadi aku cuma bisa pesan sate sapi saja.


Kulihat di meja ada krupuk emping belinjo. Aku pun langsung ambil satu dan mengunyahnya. Hm ternyata warung ini sudah berdiri sejak tahun 1952. Ada tulisannya. Sate H.Hadori sejak 1952. Luama ya dan awet. Satenya disajikan dalam 2 piring. Sate saja tanpa bumbu. Baru bumbunya. Jika suka bisa tambah acar. Daging satenya lumayan empuk. Tapi jika ingin rasa memang harus memasukkannya dalam bumbunya. Ada bumbu kacang dan bumbu kecap. Tentunya enak kalau dicampur pula dengan irisan bawang merah. Jangan cari sambel. Karena mereka hanya memberi potongan cabe saja yang ada di bumbunya.

Makan sate ini membuatku jadi ingat sate Tegal lagi. Sorry kurang suka. Tapi lumayan lah, masih lebih murah harganya dibanding sate serupa yang kumakan sebelumnya di Bandung. Aku tak sampai merogoh kocek 20 ribu untuk 5 tusuk sate dan belinjo. Mungkin kalau sate kambing dan gulenya yang lebih menantang. Sebab kulihat orang-orang tampak nikmat menyantapnya. Lagi-lagi kembali pada selera. Coba saja kalau ke Bandung.

Selasa, Desember 04, 2012

RM Ikan Bakar Ala Indonesia Timur

Setelah beberapa lama vakum, khirnya aku punya kesempatan nulis di blog kluyuranku lagi. Sebulan ini aku memang mulai kesibukan baru semenjak punya onlineshop, http://rachmira-onlineshop.blogspot.com. Tokoku ini lebih kufokuskan pada menyediakan aneka tas. Alhamdulillah pelanggan mulai berdatangan. Makanya aku berusaha memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya.Selain senang dapat kenalan baru (customer baru), teman-teman lamaku yang kini tersebar di berbagai kota di Indonesia banyak jadi customerku. Mulai dari Cilegon, Jakarta, Jogya, Kudus hingga Malang langsung percaya membeli tas-tas yang kujual. Alhamdulillah jadi jalin silaturahmi lagi dengan teman-teman.

Bicara tentang penghobi tas dan teman lama, jadi ingat 2 bulan lalu sempat ditraktir Heni, teman kuliahku yang kini berdomisili di Jogya dan biasa belanja tas di tokoku (Terimakasih Hen). Aku diajak makan di warung ikan bakar langganan bos dan teman-teman kantornya. Namanya warung makan ikan bakar Rasa Sayange atau biasa disebut warung bu Ning. Lokasinya di utara Tugu, dekat perempatan Jetis. Jalan Jetis Pasiraman Jogya. Warungnya ada dua berhadapan. Mengingatkanku pada warung selat mbak Lies di Solo. Meski warungnya kecil tapi bersih. Pelayannya juga ramah.


Aku sudah membayangkan ikan bakar manis seperti yang biasa kumakan. Tapi kulihat di etalase warung kok ikannya lain. seperti ikan bawal, nila,kerapu dan sebagainya. Lalu ada aneka umbi-umbian rebus. Hm jadi tertantang ingin menyobanya. Kami pesan 2 porsi ikan bakar, ternyata pas muncul di hadapanku bikin akui terheran-heran. Ini versi Ikan Bakar Indonesia Timur. jadi ikannya tak dibakar pakai kecap, rasanya hambar. Agar nikmat mesti memakannya pakai sambal colo-colo. teman makan ikan bakar ini adalah urap, tapi beda versi dengan urap jawa. Urapnya dari daun pepaya dan entahlah daun apa dan bumbunya pun ku taktahu. Sambalnya lebih terasa asam daripada pedas padahal sudah dikasih cabe dan bawang merah. Beda, benar-benar beda.
Bukan cuma ikan bakar dan urapnya yang bikin aku heran, ternyata biasanya ikan bakar ini tak dimakan dengan nasi tapi dengan sagu. Model sagunya mirip lem. Dimakan dengan kuah kuning. Yang pasti makanan ini rasanya asam. Sambalnya pun lebih terasa asam daripada pedasnya. Orang Jawa bilang kecut sekali. Sepertinya mereka tak pakai garam dalam semua masakan. Semuanya mengingatkanku makanan di Makassar. hehehe sesama Indonesia Timur. Tapi asyik juga mejajal makanan baru ini. jadi nantinya kalau ke Indonesia Timur tak kaget.Yang lebih bikin ku geleng-geleng lagi. 2 porsi ikan bakar komplit plus minum tak sampai habis 50 ribu. Wow murah. Cuma Jogya yang bisa begini. Thanks traktirannya, Henis. InsyaAllah kalaui ke Jogya lagi ganti aku yang traktir dan coba makanan Jogya yang lain lagi.


Selasa, Oktober 23, 2012

Mencicipi Sate Kardjan

Setelah membahas mengenai sate klopo khas Surabaya, aku jadi ingat belum menulis mengenai salah satu andalan kota Bandung. Namanya Sate kardjan. Warung Sate Kardjan ini berlokasi di jalan Pasir kaliki Bandung. dekat Paskal Hypersquare. Warung sate ini ternyata sudah berdiri sejak tahun 1925 tapi di kota Klaten. Baru mulai tahun 1970 membuka cabang di Bandung. Berkembang hingga sekarang. 

Semula mereka hanya menjual sate, gule dan tongseng saja. Tetapi seiring waktu menunya bertambah menjadi sop iga, nasi goreng kambing dan sebagainya. Bahan dasarnya tak hanya kambing tapi ada sapi dan ayam juga. Sate kambingnya jelas yang paling disukai. Jadi pembeli yang datang ke warung ini bisa membeli sesuai yang diinginkannya.

Beberapa waktu yang lalu aku pernah mencoba mampir ke warung sate Kardjan saat ke Bandung. Dari luar tempatnya tampak gelap. tapi aku nekat masuk ke dalam. ternyata sudah banyak pembeli yang sedang menikmati sate di ruangan warungnya. Kududuk dan langsung memilih menu apa yang harus kucicipi kali ini. Akhirnya kupilih sate dan tongseng. Plus segelas teh.

Tenyata saat disajikan aku baru baru tahu bahwa yang membedakan warung sate ini dengan tempat lain adalah menyajikan satenya dalam bentuk hotplate. Untuk bumbunya bisa memilih bumbu kecap atau bumbu kacang sesuai selera. Aku memilih sate ayam. Ayamnya tanpa lemak. Hm sebenarnya bagus itu untukku tapi aku sebenarnya lebih suka jika ada lemaknya sedikit. Karena disajikan dalam hotplate maka sate bia bertahan panas lebih lama. Meski ada bumbu kecap aku tetap memilih bumbu kacang. Soal rasa ya lumayanlah. Manisnya pas. Disajikan dengan kol, tomat. mentimun, bawang merah. Yang jelas  mengingatkanku pada sate Tegal. Tapi sorry varian sate-sate Jawa Tengah sepertinya kurang cocok untukku.

Untuk tongsengnya menarik. Porsinya besar. Daging sapinya lengkap. Diberi sayuran kol yang dipotong-potong dan diberi kuah gule yang kental. Andai tanpa kecap mungkin aku lebih suka. Maaf aku tak terlalu suka makanan yang banyak kecap. Secara keseluruhan lumayanlah. Warung ini buka dari jam 12 siang sampai 12 malam. Harganya tak bisa dibilang murah lho. Meski namanya warung tapi harganya sekelas resto.  Untuk seporsi tongseng, 5 tusuk sate dan teh aku mesti membayar sekitar 40 ribu.  

Sate Kelapa Ondomohen


Salah satu makanan khas Surabaya yang terlewatkan untuk kutulis adalah Sate klopo Ondomohen. Beberapa bulan yang lalu aku pernah menemani Arce, salah satu sohibku dari Jakarta untuk makan sate ini. Lokasi warungnya di jalan Walikota Mustajab Surabaya. Terus terang baru sekali itu aku masuk ke warung sate ini. Sebab dulu setahuku warungnya tak sebagus ini. Mungkin semakin terkenal jadi bisa bikin warung lebih hebat. Pemilik warung ini namanya Bu Asih.Pelayannya banyak. Mereka membakar satenya masihcara tradisional di bawah.
Yang membedakan sate klopo ini dengan sate lainnya dalam tusukan sapinya diberi serutan kelapa. jadi rasanya lebih mantap. Dalam penyajian nasinya juga diberi tambahan taburan srundeng. Bumbunya sate terbuat dari bahan dasar kacang. Manis dan enak. Dimakan dengan sambal tambah mantap. Untuk dagingnya kita bisa memilih yang pakai gajih/lemak atau tidak. Tapi jika Anda mau aman dari kolesterol memang lebih baik pilih yang tanpa gajih. Dagingnya empuk. Dimakan dengan bumbunya dan sambal jelas lebih mantap. Harganya sate klopo seporsi plus nasi dan minum teh sekitar 20 ribu rupiah. Tak heran bila warung ini tak pernah sepi pelanggan. Silakan coba jika Anda ke Surabaya.


Senin, Oktober 22, 2012

Ayo Belanja

Halo Teman-teman. Bagi kalian yang sedang berburu berbagai barang kebutuhan mulai, tas, baju, boneka dan lain-lain silakan kunjungi toko online saya http:// www.rachmira-onlineshop.blogspot.com. yang baru berdiri tanggal 20-10- 2012 yang lalu. Barang-barangnya kualitasnya bagus dan dapat dibeli dengan harga terjangkau. Ayo kunjungi dan lihat-lihat dulu ya. Siapa tahu ada yang menarik dan cocok untuk dibeli. Selamat Berbelanja di www.rachmira-onlineshop.blogspot.com. Terimakasih

Rabu, Oktober 17, 2012

Sehari di Kaliurang

Mendapat undangan reuni bersama 2 orang sahabatku di Jogya tentu tak kulewatkan. Sudah lama sekali kami tak berkumpul bersama semenjak lulus SMP dulu. Akhirnya kuputuskan datang menemui mereka di Jogya. Kebetulan minggu kemarin aku memang punya agenda pekerjaan di Jogya. Jadi sembari kerja bisa sembari reunian.

Karena mereka lebih dulu bisa ngumpul di Kaliurang maka mereka berdua (Yusi dan Kunti) langsung jalan-jalan ke kawasan wisata Kaliurang Jogyakarta. Dan satu tempat yang mereka sempat kunjungi adalah tempat almarhum mbah maridjan. Bahkan mereka nekat naik trail melewati kawasan berpasir di lereng merapi hingga bisa berpose bersama istri almarhum mbah Maridjan. Sayang sekali aku tak bisa ikut bersama mereka karena masih ada urusan di Jogyakarta.

Paginya saat teman-teman jadulku masih di Jogya aku terpaksa sarapan dulu bersama mbak Cay (sobatku semasa kuliah) di Jogya. Soto ayam pak Gareng jadi menu sarapan kami kala itu. Soto ayam pak Gareng yang berada di jl P Mangkubumi /depan stasiun Tugu Jogyakarta memang jadi salah satu makanan favoritku kalau ke Jogya. Apalagi isi kuahnya tak cuma potongan ayam, kubis, suun tapi juga  menggunakan lento yang terbuat dari ketela pohon. Hm uenak sekali.
Siangnya aku melaju menuju kawasan Kaliurang. Karena lapar aku mencari tempat makan di kawasan jalan Kaliurang km 6,5 Jogya. Entah mengapa aku jadi tertarik mampir di warung ayam bakar pedes Arto Moro. Wow ternyata tak salah pilihanku. Warung ini termasuk populer di sini. Banyak hiasan dinding yang berisi tanda tangan artis-artis ibukota yang pernah makan disini. Tempatnya lumayan luas dan artistik.
Pelayannya langsung mengangsurkan menu begitu aku duduk. Sebenarnya mereka menawarkan beberapa menu paket murah seperti nasi dan kepala ayam dan minum seharga 7000 rupiah, atau nasi dengan kepala ayam 2 seharga 9 ribu rupiah. Tetapi aku sengaja memilih menu lengkap. Sebenarnya ada 2 pilihan ayam bakar disini ayam bakar manis/biasa atau ayam bakar pedas. Kali ini aku pilih ayam bakar pedas. Ditambah sayur asam. Dan untuk minumannya kupilih juice apel. Ternyata selain juice, es teh dan es jeruk, minuman yang paling banyak dipesan disini adalah es timun keruk. Sayang aku tak membelinya.
Sayur asemnya lumayan. Perpaduan manis, asin dan asamnya pas. Isinya juga beragam mulai kacang panjang, labu siam hingga jagung manis. Mantablah. Ayam bakar pedasnya patut diacungi jempol. Bisa dibilang salah satu ayam bakar terenak yang pernah kusantap. Bumbunya mantap. Ayamnya lunak. Bakarnya tak terlalu gosong. Ukurannya besar tapi lunak dagingnya. Rasanya benar-benar beda. Puedes dan manis. Pokoke uenak dan bisa diulang. Sayangnya juice apelnya ga ada rasa, mungkin karena aku pesan tanpa gula sedangkan mereka mungkin sediakan apel hijau jadi tak ada manisnya. Coba aku pesan es timun keruk pasti enak. hiks.

Sorenya aku menikmati berkumpul bersama sahabat-sahabatku. Curhat dan ketawa- ketiwi. Kami sempat berbelanja batik di Malioboro. Juga membeli bakpia-pia Jogya di kawasan Dagen Jogyakarta. Rasanya macem2, bisa pilih campur-campur. Dari mulai rasa kacang hijau, keju, pisang keju, nanas, durian hingga cappucino.Harganya sekitar 25 ribu sekotak. Yang jaga baik hati,boleh mencoba sesuka hati.hehehe.

Malamnya kami kembali ke Kaliurang. Kebetulan kami memilih menginap di rumah Kunti yang berada di kawasan jl Kaliurang km 15 an, tak jauh dari kampus UII. Karena masih ingin membeli tambahan oleh-oleh, akhirnya aku menemani Yusi lagi berbelanja ke Mirota Batik yang berada di jl Kaliurang Km 16. Disana kita bisa memilih oleh-oleh sesuai selera. Mulai baju, celana, daster, sprei hingga sepatu dan tas dari batik juga ada.

Usai berbelanja kami berdua memutuskan makan di Warung Raminten yang berada persis di samping Mirota Batik. Wow eksotik, remang-remang. Yang melayani pakai baju jawa. Mengingatkanku pada warung Raminten yang ada di kawasan Kota Baru Jogyakarta. Tetapi ini tempatnya lebih luas. Sebenarnya disini menjual aneka menu. Mulai nasi kucing hingga mi goreng jawa juga ada. Karena berada di kawasan Kaliurang yang dingin kami pilih menu bakso campur/bakso koruptor dan mi goreng jawa (rebus). Wow porsinya guede. Soal rasa lumayanlah. Harganya juga masih terjangkau. Ditambah semangkuk es campur dan juice kami hanya membayar sekitar 50 ribu rupiah. Hm menarik kan.

Meski sudah lelah jalan-jalan, dan berbelanja tetapi kami masih tetap melanjutkan ngerumpi hingga larut malam. Maklum saja, rasanya ada saja yang jadi bahan cerita kami bertiga. Kalau tak ingat pagi kami mesti segera cabut tentu ga tidur-tidur. Malam itu udara Kaliurang tak terlalu dingin. Jadi kami bisa tidur dengan nyenyak. Paginya, kami siap diantar pulang ke Jogya. Sebelumnya kami mencari oleh-oleh khas Kaliurang. Apalagi kalau bukan jadah dan tahutempe mbah Carik. wow sangat enak disantap panas-panas. Jika suka, Anda juga bisa membeli wajik dan aneka kerupuk khas Kaliurang disana.
Sesudah membeli oleh-oleh kami langsung melaju ke Jogya. Kami ditraktir Kunti sekeluarga sarapan di gudeg Yu Narni yang berada jl Kaliurang Km 4,5 Karang Asem utara FKH UGM. Ini sama dengan yang ada di Kebondalem/jl. P. Mangkubumi Jogyakarta. Varian gudeg kering khas Jogya langsung tersaji. Manis pasti rasanya. hehehehe. Yusi pun juga membeli sebungkus gudeg komplit untuk oelh-oleh keluarganya di Cilegon. Dengan harga 50 ribu sudah dapat gudeg komplit. Mantablah.


Yang pasti meski sehari tapi semua itu jadi sesuatu yang mengesankan untuk kami bertiga. Jarang-jarang kan bisa reunian begini mengingat kami tinggal di 3 kota yang berjauhan. Terimakasih untuk Yusi dan Kunti. Moga lainwaktu kita bisa reunian lagi.




Selasa, Oktober 16, 2012

Nasi Tumpang Solo

Selama ini aku sudah sering menulis mengenai nasi tumpang Kediri. Kali ini aku coba menulis nasi tumpang versi kota Solo. Kebetulan baru-baru ini aku berkesempatan mencicipi nasi tumpang saat berkunjung ke Solo minggu lalu. Memang sudah sejak lama Ambar,sahabatku ingin mengajakku mencoba nasi tumpang Solo ini tapi baru minggu lalu bisa terwujud. Setelah menjemputku di stasiun Balapan Solo kami langsung melaju ke kawasan dalam kota Solo. Tempatnya masuk gang, ternyata setelah ditelusuri ada di belakang Hotel Dana Solo/Pengadilan Negeri Solo. Nama tempat makan ini adalah warung pecel Bu Kis.

Warung pecel Bu Kis ini sudah berdiri sejak dahulu kala. Meski berlokasi di gang kecil tapi selalu ramai dikunjungi pelanggannya. Umumnya memang pegawai kantor di sekitar jalan Slamet Riyadi Solo yang sering berkunjung disini makanya mereka buka warung setiap hari kecuali hari Minggu sengaja libur. Dari pagi hingga sore hari mereka melayani pembeli.

Menu andalan mereka awalnya memang nasi pecel. Pecel bu Kis ini model pecel khas Solo. Dimana bumbunya sambalnya lebih terasa manis. Dan kurang pedas. Jadi untuk orang Jawa Timuran yang biasa menyantap pecel pedas pasti agak kurang nendang rasanya. Tapi dibandingkan pecel lainnya di Solo ini sudah termasuk enak. Mereka menyajikan nai pecel ini juga komplit sayurannya mulai kacang panjang hingga taoge dan bayam bisa dipilih. Tapi jika Anda tak memesan rempeyek mereka bakal menyajikannya tanpa rempeyek ataupun kerupuk. Jadi cuma nasi pecel doang. Tapi Anda bisa memilih lauk sesuai selera, seperti mie/bihun goreng, telur, tahu, ayam dan sebagainya.
Kalau aku jelas lebih suka nasi tumpangnya. Mengingatkanku pada nasi tumpang bu Prapto langgananku semasa kuliah di Solo. Sambal tumpangnya beda dengan sambal tumpang Kediri. Dimasak dengan warna sedikit kemerahan (mungkin pakai cabe merah) dan menggunakan krecek. Rasanya juga tak seasin dan sepedas sambal tumpang Kediri. Tapi lumayan enak. Dimakan dengan menggunakan sayur taoge saja sudah enak. Aku memilih lauk rempeyek saja. Hm kriuuk kriuk. Sayangnya tak ada tempe goreng tepung. (hiks jadi kangen nasi tumpang Solo versi jadul).
Sebenarnya selain nasi pecel dan tumpang, di warung pecel bu kis ini juga menjual nasi gudangan, nasi trancam, gado-gado, selad dan tahu acar. Untuk minumannya selain es teh dan es jeruk, juga ada es buah, es beras kencur. Kemarin aku coba memesan es kolak. Hm es kolak pisang dimasak dengak santan dan gula merah amboi segarnya. Ayo dicoba-dicoba. Terimakasih untuk Ambar yang selalu jadi teman setiaku berwisata kuliner di kota Solo.