Tidak usah malu-malu mengakui, kita terkadang merindukan masa kanak-kanak dulu. Waktu dimana kita bisa menyantap panganan murah dan meriah bersama-sama teman-teman sekolah atau anak-anak tetangga sekitar kita. Sepertinya tanpa beban membeli penganan dari pedagang keliling yang lewat depan rumah dari sisa uang saku yang diberikan ayah dan ibu.
Semenjak aku bergabung di jejaring sosial facebook dan bertemuj teman-teman lama, kami sering berbagi cerita mengenai masa kecil kami. Kebetulan aku lahir dan dibesarkan di kota Kediri, salah satu kota kecil di Kediri yang punya banyak makanan khas tradisional. Sebut saja, lopis, cenil, putu, gethuk , gatot dan masih banyak lagi. Bila kami bicara mengenai makanan masa kecil selalu jadi topik yang menyenangkan.
Suatu hari aku sengaja memasang foto “Rangin” di facebook. Rangin ini bukan saja jajanan khas Kediri tapi juga di kota -kota lain di Jawa Timur. Makanan ini sebenarnya juga dijual di Surabaya. Hanya saja aku agak susah payah mendapatkannya karena tak ada warung atau toko kue yang menjualnya. Demi bisa makan rangin, aku mesti pesan pada cleaning service kantor untuk membelinya jika ia melihat penjual rangin lewat depan rumahnya. Karena biasanya dijual oleh pedagang keliling dengan cara dipikul.
Perlu diketahui Rangin itu adalah makanan yang terbuat dari bahan dasar tepung beras, santan, parutan kelapa dan garam. Dimasak dengan menggunakan cetakan mirip cetakan kue pukis. Jadi jika jadi mirip kue pukis tapi pipis. Rasanya gurih dan enak sekali. Jika Anda suka yang manis, tinggal minta ditaburi gula pada penjualnya. Di Surabaya 5 biji rangin masih dihargai seribu perak. Masih murah kan?
Ketika melihat aku memasang foto rangin di facebook, teman-temanku dari berbagai kota banyak yang berkomentar. Rangin ini sebenarnya banyak dijual di kota-kota lainnya tetapi dengan nama berbeda. Ada yang menyebutnya dengan nama bandros. Nama bandros dilontarkan oleh seorang teman dari Bandung. Sedangkan teman dari Jakarta menyebutnya kue pancong. Lalu ada juga yang menyebutnya gandos. Yang pasti meski namanya bermacam-macam tapi maksudnya sama yaitu rangin.
Selain rangin, aku juga punya jajanan favorit bernama blendung. Kata temanku dari Solo mereka menyebutnya dengan nama grontol. Apakah blendung ini beneran sama dengan grontol, aku tidak tahu. Blendung ini adalah jagung pipilan yang direbus dan disajikan dengan taburan kelapa parut muda dan garam. Rasanya gurih sekali. Dulu di Kediri ada embok embok yang menjualnya dengan menggendongnya dalam bakul. Tapi sayang sekarang sudah jarang kutemui kalau aku pulang kampung ke Kediri. Mungkin jika mau ke pasar-pasar tradisional mungkin masih ada penjual blendung ini.
Menurut teman-temanku di Surabaya, kadang ada penjual keliling membawa sepeda ontel menjual aneka jajanan pasar. Blendung tentu termasuk salah satu diantaranya. Sayangnya aku belum pernah bertemu penjual jajan pasar keliling ini lewat depan rumah atau kantor. Sungguh beruntung kemarin kakakku menemukan penjual blendung di kawasan Sedati Sidoarjo . Ibu penjual blendung ini mengaku dari Kediri. Ia berjualan blendung dan nasi jagung setiap pagi hari. Jadi jika ingin blendung aku tinggal membeli di Sedati.
Sabtu yang lalu aku main ke rumah salah satu teman lama,mbak Aan yang berada di kawasan Dayu Kaliurang Yogyakarta. Ia menyuguhkan juga aneka jajan pasar yang dulu biasa kutemui masa kecil. Ada gethuk ada aneka warna (semacam getuk lindri dan getuk magelang) rasanya manis tapi enak. Ngomongin soal gethuk aku jadi ingat dulu di perempatan jalan HOS Cokroaminoto/Joyoboyo Kediri ada penjual getuk lindri yang biasa berjualan di sana. Ia jualan juga kue putu. Hm makanan serba manis. Kalau di Solo penjual gethuk yang terkenal adalah gethuk subur yang ada di kawasan Sriwedari Solo. Mungkin sampai sekarang masih ada.
Sebenarnya kemarin sebelum balik ke Surabaya, Kunti sahabatku yang tinggal di Kaliurang juga akan memberiku oleh-oleh jadah. Makanan berbahan dasar ketan itu rasanya gurih. Sayang aku batal ketemu Kunti, jadah mbah Carik Kaliurang yang terkenal itu melayang dari genggaman deh.
Semenjak aku bergabung di jejaring sosial facebook dan bertemuj teman-teman lama, kami sering berbagi cerita mengenai masa kecil kami. Kebetulan aku lahir dan dibesarkan di kota Kediri, salah satu kota kecil di Kediri yang punya banyak makanan khas tradisional. Sebut saja, lopis, cenil, putu, gethuk , gatot dan masih banyak lagi. Bila kami bicara mengenai makanan masa kecil selalu jadi topik yang menyenangkan.
Suatu hari aku sengaja memasang foto “Rangin” di facebook. Rangin ini bukan saja jajanan khas Kediri tapi juga di kota -kota lain di Jawa Timur. Makanan ini sebenarnya juga dijual di Surabaya. Hanya saja aku agak susah payah mendapatkannya karena tak ada warung atau toko kue yang menjualnya. Demi bisa makan rangin, aku mesti pesan pada cleaning service kantor untuk membelinya jika ia melihat penjual rangin lewat depan rumahnya. Karena biasanya dijual oleh pedagang keliling dengan cara dipikul.
Perlu diketahui Rangin itu adalah makanan yang terbuat dari bahan dasar tepung beras, santan, parutan kelapa dan garam. Dimasak dengan menggunakan cetakan mirip cetakan kue pukis. Jadi jika jadi mirip kue pukis tapi pipis. Rasanya gurih dan enak sekali. Jika Anda suka yang manis, tinggal minta ditaburi gula pada penjualnya. Di Surabaya 5 biji rangin masih dihargai seribu perak. Masih murah kan?
Ketika melihat aku memasang foto rangin di facebook, teman-temanku dari berbagai kota banyak yang berkomentar. Rangin ini sebenarnya banyak dijual di kota-kota lainnya tetapi dengan nama berbeda. Ada yang menyebutnya dengan nama bandros. Nama bandros dilontarkan oleh seorang teman dari Bandung. Sedangkan teman dari Jakarta menyebutnya kue pancong. Lalu ada juga yang menyebutnya gandos. Yang pasti meski namanya bermacam-macam tapi maksudnya sama yaitu rangin.
Selain rangin, aku juga punya jajanan favorit bernama blendung. Kata temanku dari Solo mereka menyebutnya dengan nama grontol. Apakah blendung ini beneran sama dengan grontol, aku tidak tahu. Blendung ini adalah jagung pipilan yang direbus dan disajikan dengan taburan kelapa parut muda dan garam. Rasanya gurih sekali. Dulu di Kediri ada embok embok yang menjualnya dengan menggendongnya dalam bakul. Tapi sayang sekarang sudah jarang kutemui kalau aku pulang kampung ke Kediri. Mungkin jika mau ke pasar-pasar tradisional mungkin masih ada penjual blendung ini.
Menurut teman-temanku di Surabaya, kadang ada penjual keliling membawa sepeda ontel menjual aneka jajanan pasar. Blendung tentu termasuk salah satu diantaranya. Sayangnya aku belum pernah bertemu penjual jajan pasar keliling ini lewat depan rumah atau kantor. Sungguh beruntung kemarin kakakku menemukan penjual blendung di kawasan Sedati Sidoarjo . Ibu penjual blendung ini mengaku dari Kediri. Ia berjualan blendung dan nasi jagung setiap pagi hari. Jadi jika ingin blendung aku tinggal membeli di Sedati.
Sabtu yang lalu aku main ke rumah salah satu teman lama,mbak Aan yang berada di kawasan Dayu Kaliurang Yogyakarta. Ia menyuguhkan juga aneka jajan pasar yang dulu biasa kutemui masa kecil. Ada gethuk ada aneka warna (semacam getuk lindri dan getuk magelang) rasanya manis tapi enak. Ngomongin soal gethuk aku jadi ingat dulu di perempatan jalan HOS Cokroaminoto/Joyoboyo Kediri ada penjual getuk lindri yang biasa berjualan di sana. Ia jualan juga kue putu. Hm makanan serba manis. Kalau di Solo penjual gethuk yang terkenal adalah gethuk subur yang ada di kawasan Sriwedari Solo. Mungkin sampai sekarang masih ada.
Sebenarnya kemarin sebelum balik ke Surabaya, Kunti sahabatku yang tinggal di Kaliurang juga akan memberiku oleh-oleh jadah. Makanan berbahan dasar ketan itu rasanya gurih. Sayang aku batal ketemu Kunti, jadah mbah Carik Kaliurang yang terkenal itu melayang dari genggaman deh.
Untungnya di rumah mbak Aan sempat ketemu temannya jadah yaitu wajik. Kalau wajik sama-sama berbahan dasar ketan tapi rasanya manis. Yang umum warnanya coklat tetapi sekarang beranekaragam warna. Kemarin mbak Aan membeli jajanan pasar ini di pasar Kranggan Yogya. Dan yang disajikan ke kami wajik berwarna coklat dan merah. Tapi soal rasa tetap manis. hehehe.
Meski saat ini jaman telah modern dan sudah banyak dijual anek roti dan kue tetapi makanan tradisional semacam rangin,blendung, jadah dan wajik tetap harus dilestarikan. Rangin dan blendung jelas lebih aman dikonsumsi karena tak mengandung bahan pengawet. Semoga jajanan tradisional ini tak hilang dari peredaran sampai kapanpun jua.
Meski saat ini jaman telah modern dan sudah banyak dijual anek roti dan kue tetapi makanan tradisional semacam rangin,blendung, jadah dan wajik tetap harus dilestarikan. Rangin dan blendung jelas lebih aman dikonsumsi karena tak mengandung bahan pengawet. Semoga jajanan tradisional ini tak hilang dari peredaran sampai kapanpun jua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar