Jujur baru kapan hari aku mendengar sebuah tempat bernama Sawah Bunga. Nama itu dipromosikan sahabatku,Indah saat aku bersama Tirta berlibur di rumahnya yang berada di Malang Desember lalu. Kami yang hobi jalan-jalan langsung tak menolak saat ia akan mengajak kami ke tempat yang diinginkannya itu. “Pokoknya lokasinya di Batu,” katanya.
Dengan mengendarai mobilnya, kami bertiga berangkat ke Batu. Karena hari Sabtu jalanan dari kawasan jalan Sukarno Hatta Malang menuju Batu yang seharusnya dekat jadi terasa jauh karena kami mesti memutar mencari jalanan yang tidak macet. Mulai kampus Universitas Brawijaya , pasar Dinoyo hingga Tlogomas memang hampir tiap hari macet. Apalagi kalau hari libur karena banyak yang berwisata ke Malang.
Kami tak bisa berkendara terlalu cepat karena hujan deras mengguyur begitu memasuki kawasan Sengkaling (yang ada wisata airnya itu). Tapi kami tak berhenti, memilih melanjutkan perjalanan.
Sampai di kota Batu aku menyaksikan pemandangan yang berbeda. Alun-alun Batu yang dulu tampak biasa-biasa saja jadi tampak indah karena disulap menjadi taman bermain. Ada patung buah apel warna merah/hijau, wortel, patung sapi, kelinci dan sebagainya. Selain itu juga disediakan aneka mainan anak-anak jadi tampak ramai. Sayangnya saat itu gerimis jadi kami tak bisa duduk santai dan berfoto di sana.
Biasanya setiap ke Batu aku selalu mampir ke pusat PKL yang ada di dekat alun-alun itu. Ternyata sekarang sudah tak ada. Untungnya kedai Pusat susu Ganeca yang terkenal dari dulu kala menjual susu murni dengan anekarasa buah (leci, anggur, strawberry dan lain-lain) dan yogurt serta jajanan masih ada. Kami mampir ke sana membeli susu segar rasa anggur dalam botol kecil seharga 2500 perak/botol.
Karena lapar kami tengak tengok cari warung. Kami pikir pasti para penjual makanan yang biasa jualan disitu pasti pindahnya tak jauh dari tempat itu. Benar di belakang kedai susu ganeca ada sebuah warung. Warung itu menjual makanan yang kami inginkan. Jadi para pedagang kaki lima bergabung jadi satu membuka satu warung itu. Ada gado-gado pak Tompo, Cuimi dan pangsit ayam serta tahu telur. Kami memilih membeli 2 piring gado-gado dan cuimi 1 mangkok. Rasanya masih seenak dulu. Dan tahu aku mesti bayar berapa untuk 3 menu itu,hanya 15 ribu perak. Murah kan. Coba ga hujan , aku pingin minum es campur. Es campur di Batu ini uenak. Ada yang jual es campur ini di depan warung gado-gado itu. Tapi kali ini aku memilih absen ga beli dulu.
Sebelum melanjutkan perjalanan kami lihat ada seorang bapak tua bertopi kopiah menjual kripik kentang di depan kedai susu ganeca. Dia membuka satu plastik kripikkentang agar kami bisa mencobanya. Rasanya gurih. Kami sempat membeli 5 bungkus. 1 bungkusnya seharga 10 ribu perak. Terus terang kami salut dengan pak penjual keripik kentang ini. Meski sudah berusia lanjut sekitar 70 an tapi masih mencari nafkah sendiri. “Dimana dan gimana sih anak-anaknya,” keluh teman-temanku.
Usai dari alun-alun Batu kami meneruskan perjalanan ke Sawah Bunga. Kukira temanku, Indah yang mengajak kami tahu lokasinya, ternyata tidak tahu. Ia cuma tahu info dari sepupunya kalau lokasinya sebelum kawasan Selekta. Dari Batu kami melewati jalan Bukit Berbunga, terus lewat hotel Purnama Batu yang terkenal sejak lama itu. Tapi belum ada tampak tanda-tanda tulisan Sawah Bunga.
Sesudah melewati masjid besar berwarna biru di kiri jalan, Kami lihat ada plang tulisan Desa Bunga tapi kami ragu. Kami bertanya pada orang yang berteduh di pos ojek di ujung gang itu . “Maaf pak, kalau sawah bunga itu mana ya?”. Dia bingung menjawabnya tapi kemudian menyuruh kami berbelok kekiri atau masuk gang itu. Kami nekat masuk kesana. Tapi yang kami lewati perkampungan padat penduduk. Ada seorang cewek membawa semangkuk mi yang lewat di pinggir jalan langsung kami tanyai. Ia menyuruh kami terus saja. Kami pun terus mengikuti jalanan itu. Dalam bayanganku sebuah tempat rekreasi penuh bunga, ada tempat makannya. Makanya kami tengak tengok. Yang kami lihat memang banyak rumah dengan kebun bunganya.
Bahkan kami melewati sungai yang mengalir deras airnya. Hm ingin rasanya turun kesana.hehehe.
Kami lihat disisi kiri ada sebuah rumah makan yang menawarkan kolam pancing ikan dengan menulis harganya perkilo untuk gurami, nila, patin dan sebagainya. Tapi kok ga ada bunganya. Kami pun terus saja. Ada pasar bunga di kiri jalan tapi tidak kami gubris. Semakin masuk kedalam kami malah ketemu perkaampungan penduduk lagi. Daripada semakin jauh tersesat dalam desa, kami berhenti dan bertganya pada seorang bapak bersepeda motor yang berhenti di depan toko untuk menanyakan sawah bunga. “Lho sudah kelewat,mbak. Itu tadi yang banyak tanamannya. Pasar bunga di kiri jalan,” jelasnya. Kami pun langsung berbalik arah. Ribet cari Sawah Bunga ternyata tak ada yang pasang plang Sawah Bunga.hehehe.
Kami berhenti di depan Pasar Bunga Sekar Mulyo. Sembari geli kami tanyakan soal Sawah Bunga ini. ” Sawah Bunga itu istilah yang biasa orang berikan pada desa Sidomulyo Batu. Karena sebagian besar penduduknya petani Bunga,” jelas salah satu ibu penjual bunga di sini. Kami cuma bisa tertawa. Jadi tak ada kebun wisata khusus penuh bunga yang dikelola oleh investor.
Di Pasar Bunga Sekar Mulyo Desa Sidomulyo Batu ini ada beberapa kios bunga yang berjajar. Kami bisa memilih anekaragam tanaman yang kami mau. Harganya sangat miring. “Lebih murah daripada di Dewi Sri,” komen temanku. Tanaman jeruk sambal yang biasanya dijual dengan harga 25 ribuan disini ditawarkan dengan harga 15 ribu perak dan masih bisa ditawar. Aneka bunga mawar, melati, sepatu, anggrek dan sebagainya bisa dibeli dengan harga murah. Tanaman dedaunan seperti jemani, sri rejeki, sri harto ada semuanya. Buah-buahan yang dicangkok seperti mangga, sirsak, kelengkeng, rambutan pun juga ada. Semuanya harganya ditanggung lebih murah dibandingkan jika dibeli di Malang atau kota lainnya. Sangat cocok buat yang hobi koleksi bunga,buah dan tanaman deh.
Di belakang pasar itu ada kebun bunga dan tamanan itu. Kami sempat berfoto disana karena latar belakang pemandangannya bagus sebab tampak pegunungan di kejauhan. Meski agak berkabut karena habis gerimis.
Kami sempat membawa pulang 3 pohon bunga sepatu 3 warna, dan 5 tanaman hijau yang bercorak batik. Entah apa namanya. Dan semuanya cuma dihargai 35 ribu perak. Ga rugi deh jauh-jauh kesini bisa belanja bunga dan tanaman dengan harga murah. Ayo siapa suka tanaman, kalau jalan-jalan ke Batu jangan lupa mampir Sawah Bunga ya. hehehe
Dengan mengendarai mobilnya, kami bertiga berangkat ke Batu. Karena hari Sabtu jalanan dari kawasan jalan Sukarno Hatta Malang menuju Batu yang seharusnya dekat jadi terasa jauh karena kami mesti memutar mencari jalanan yang tidak macet. Mulai kampus Universitas Brawijaya , pasar Dinoyo hingga Tlogomas memang hampir tiap hari macet. Apalagi kalau hari libur karena banyak yang berwisata ke Malang.
Kami tak bisa berkendara terlalu cepat karena hujan deras mengguyur begitu memasuki kawasan Sengkaling (yang ada wisata airnya itu). Tapi kami tak berhenti, memilih melanjutkan perjalanan.
Sampai di kota Batu aku menyaksikan pemandangan yang berbeda. Alun-alun Batu yang dulu tampak biasa-biasa saja jadi tampak indah karena disulap menjadi taman bermain. Ada patung buah apel warna merah/hijau, wortel, patung sapi, kelinci dan sebagainya. Selain itu juga disediakan aneka mainan anak-anak jadi tampak ramai. Sayangnya saat itu gerimis jadi kami tak bisa duduk santai dan berfoto di sana.
Biasanya setiap ke Batu aku selalu mampir ke pusat PKL yang ada di dekat alun-alun itu. Ternyata sekarang sudah tak ada. Untungnya kedai Pusat susu Ganeca yang terkenal dari dulu kala menjual susu murni dengan anekarasa buah (leci, anggur, strawberry dan lain-lain) dan yogurt serta jajanan masih ada. Kami mampir ke sana membeli susu segar rasa anggur dalam botol kecil seharga 2500 perak/botol.
Karena lapar kami tengak tengok cari warung. Kami pikir pasti para penjual makanan yang biasa jualan disitu pasti pindahnya tak jauh dari tempat itu. Benar di belakang kedai susu ganeca ada sebuah warung. Warung itu menjual makanan yang kami inginkan. Jadi para pedagang kaki lima bergabung jadi satu membuka satu warung itu. Ada gado-gado pak Tompo, Cuimi dan pangsit ayam serta tahu telur. Kami memilih membeli 2 piring gado-gado dan cuimi 1 mangkok. Rasanya masih seenak dulu. Dan tahu aku mesti bayar berapa untuk 3 menu itu,hanya 15 ribu perak. Murah kan. Coba ga hujan , aku pingin minum es campur. Es campur di Batu ini uenak. Ada yang jual es campur ini di depan warung gado-gado itu. Tapi kali ini aku memilih absen ga beli dulu.
Sebelum melanjutkan perjalanan kami lihat ada seorang bapak tua bertopi kopiah menjual kripik kentang di depan kedai susu ganeca. Dia membuka satu plastik kripikkentang agar kami bisa mencobanya. Rasanya gurih. Kami sempat membeli 5 bungkus. 1 bungkusnya seharga 10 ribu perak. Terus terang kami salut dengan pak penjual keripik kentang ini. Meski sudah berusia lanjut sekitar 70 an tapi masih mencari nafkah sendiri. “Dimana dan gimana sih anak-anaknya,” keluh teman-temanku.
Usai dari alun-alun Batu kami meneruskan perjalanan ke Sawah Bunga. Kukira temanku, Indah yang mengajak kami tahu lokasinya, ternyata tidak tahu. Ia cuma tahu info dari sepupunya kalau lokasinya sebelum kawasan Selekta. Dari Batu kami melewati jalan Bukit Berbunga, terus lewat hotel Purnama Batu yang terkenal sejak lama itu. Tapi belum ada tampak tanda-tanda tulisan Sawah Bunga.
Sesudah melewati masjid besar berwarna biru di kiri jalan, Kami lihat ada plang tulisan Desa Bunga tapi kami ragu. Kami bertanya pada orang yang berteduh di pos ojek di ujung gang itu . “Maaf pak, kalau sawah bunga itu mana ya?”. Dia bingung menjawabnya tapi kemudian menyuruh kami berbelok kekiri atau masuk gang itu. Kami nekat masuk kesana. Tapi yang kami lewati perkampungan padat penduduk. Ada seorang cewek membawa semangkuk mi yang lewat di pinggir jalan langsung kami tanyai. Ia menyuruh kami terus saja. Kami pun terus mengikuti jalanan itu. Dalam bayanganku sebuah tempat rekreasi penuh bunga, ada tempat makannya. Makanya kami tengak tengok. Yang kami lihat memang banyak rumah dengan kebun bunganya.
Bahkan kami melewati sungai yang mengalir deras airnya. Hm ingin rasanya turun kesana.hehehe.
Kami lihat disisi kiri ada sebuah rumah makan yang menawarkan kolam pancing ikan dengan menulis harganya perkilo untuk gurami, nila, patin dan sebagainya. Tapi kok ga ada bunganya. Kami pun terus saja. Ada pasar bunga di kiri jalan tapi tidak kami gubris. Semakin masuk kedalam kami malah ketemu perkaampungan penduduk lagi. Daripada semakin jauh tersesat dalam desa, kami berhenti dan bertganya pada seorang bapak bersepeda motor yang berhenti di depan toko untuk menanyakan sawah bunga. “Lho sudah kelewat,mbak. Itu tadi yang banyak tanamannya. Pasar bunga di kiri jalan,” jelasnya. Kami pun langsung berbalik arah. Ribet cari Sawah Bunga ternyata tak ada yang pasang plang Sawah Bunga.hehehe.
Kami berhenti di depan Pasar Bunga Sekar Mulyo. Sembari geli kami tanyakan soal Sawah Bunga ini. ” Sawah Bunga itu istilah yang biasa orang berikan pada desa Sidomulyo Batu. Karena sebagian besar penduduknya petani Bunga,” jelas salah satu ibu penjual bunga di sini. Kami cuma bisa tertawa. Jadi tak ada kebun wisata khusus penuh bunga yang dikelola oleh investor.
Di Pasar Bunga Sekar Mulyo Desa Sidomulyo Batu ini ada beberapa kios bunga yang berjajar. Kami bisa memilih anekaragam tanaman yang kami mau. Harganya sangat miring. “Lebih murah daripada di Dewi Sri,” komen temanku. Tanaman jeruk sambal yang biasanya dijual dengan harga 25 ribuan disini ditawarkan dengan harga 15 ribu perak dan masih bisa ditawar. Aneka bunga mawar, melati, sepatu, anggrek dan sebagainya bisa dibeli dengan harga murah. Tanaman dedaunan seperti jemani, sri rejeki, sri harto ada semuanya. Buah-buahan yang dicangkok seperti mangga, sirsak, kelengkeng, rambutan pun juga ada. Semuanya harganya ditanggung lebih murah dibandingkan jika dibeli di Malang atau kota lainnya. Sangat cocok buat yang hobi koleksi bunga,buah dan tanaman deh.
Di belakang pasar itu ada kebun bunga dan tamanan itu. Kami sempat berfoto disana karena latar belakang pemandangannya bagus sebab tampak pegunungan di kejauhan. Meski agak berkabut karena habis gerimis.
Kami sempat membawa pulang 3 pohon bunga sepatu 3 warna, dan 5 tanaman hijau yang bercorak batik. Entah apa namanya. Dan semuanya cuma dihargai 35 ribu perak. Ga rugi deh jauh-jauh kesini bisa belanja bunga dan tanaman dengan harga murah. Ayo siapa suka tanaman, kalau jalan-jalan ke Batu jangan lupa mampir Sawah Bunga ya. hehehe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar