Libur Long Weekend yang peringati hari raya Imlek kemarin aku ga tugas luarkota. Kakakku ngajak kami sekeluarga jalan-jalan ke ITC Surabaya yang berada di depan pasar Atom Surabaya. Sengaja datang pagi-pagi supaya dapat tempat parkir strategis di lantai LG alias paling bawah. Jadinya pas masuk mall, para penjualnya masih baru siap-siap. Naik ke lantai 3 atau foodcourt juga belum pada buka. Akhirnya duduk manis sambil minum sembari nunggu semua stan makanan buka.
Kebetulan hari Minggu (22/1) ada parade barongsai keliling ITC Surabaya untuk peringati imlek. Semua toko mesti siapin angpo untuk rombongan barongsai ini. Para pengunjung pun ikut senang menyaksikan atraksi parade barongsai keliling ITC ini. Jarang-jarang kan bisa lihat atraksi barongsai kecuali pas hari raya Imlek begini atau ada acara tertentu yang memang mengundang mereka.
Sesudah sempat nonton sekilas parade barongsai yang lewat, kami pun mulai memesan makanan. Di foodcourt ITC mesti pintar-pintar memilih menu. Sorry banyak stan yang tawarkan menu yang tidak halal soalnya. Kulirik beberapa meja kok pada pesan pempek. Terus terang aku belum pernah makan pempek di Surabaya. Biasanya aku menyantap makanan khas Palembang ini pas tugas ke Jakarta atau ke Jogya. Di Jakarta ada pempek 61 dan bunga mas yang sering kubeli sedangkan di Yogyakarta ada pempek Bu Kamto yang terkenal itu.
Dari dulu aku memang sangat ngefans makanan khas Palembang. Mulai pempek, sampai pindang patin aku doyan banget. Cita-citaku pingin bisa ke Palembang. Kapan ya bisa terwujud? moga tahun ini. aamiin. Sementara makanan khas Palembang yang ada di Jawa aja. Di Surabaya, rumah makan yang andalkan menu pempeknya adalah pempek Ny. Farina. Slogan mereka adalah Rajanya Pempek di Surabaya. Sepertinya hampir di sebagian besar foodcourt di Surabaya ada stan pempek Ny. Farina ini. Kalau rumah makannya aku pernah lihat di Raya Nginden Surabaya, dekat toko oleh-oleh Panen Raya.
Sama seperti yang ada di Royal, Stan Pempek yang di ITC Surabaya juga berada di pojok dan bagian tengah. Mereka tawarkan aneka menu makanan khas Palembang mulai pempek kapal selam, lenjer, adaan, otak-otak, tahu, hingga tekwan. Sepertinya tak ada pindang patin dan model deh disini. Tapi entahlah, karena aku belum tanya.
Kemarin kami sengaja pesan pempek kapan selam dan tekwan. Seporsi pempek kapal selam dihargai 9 ribu perak. Isinya sebiji. Kalau tekwan harga seporsinya 12 ribu perak. Kami mesti sabar menanti karena agak panjang antrinya. Tak lama kemudian makanan siap di meja kami. Sebuah pempek kapal selam terhidang dalam piring dengan irisan mentimun dan mi kuning. Kuah cukanya sebenarnya ada dua, yaitu manis dan pedas. Tapi siang lalu yang ada cuma yang pedas. Hm rasanya asem dan agak pedas. Jadi tak terlalu pedas. Pempek kapal selamnya berisi kuning telur. Kulit pempeknya sebenarnya enak. Menurut lidahku tak terlalu amis tapi juga rasa ikan tengirinya kurang meresap di lidahku. Untuk ukuran Surabaya lumayanlah.
Tekwannya sekilas mirip sup ikan. Bola-bola tekwannya kenyal dan enak. Diberi tambahan jamur kuping. Tak ada irisan bengkuang dan mentimun seperti yang ada pada kuah tekwan rumah makan palembang lainnya. Kuahnya malah ada udangnya. Rasanya enak dan gurih.Perpaduan bola-bola ikan dan kuah tekwan ini cocok di lidahku. Lumayan ketemu tekwan seperti yang kumau. Bisa dipilih kalau makan di foodcourt Surabaya lainnya.
Senin, Januari 23, 2012
Sayur Taoge
Dari beberapa waktu yang lalu aku pingin sekali makan lontong balap. Tapi hingga sekarang belum sempat aja berangkat ke warung lontong balap yang terkenal di kawasan Blauran atau Indrapura Surabaya. Bayangin seporsi lontong balap yang terdiri dari irisan lontong, lento, tahu, diguyur kuah sayur taoge dan sambal petis bikin ngiler aja. Sembari menunggu saat tepat wiskul ke Blauran, dan demi meredam keinginan makan lontong balap, aku coba bikin sayur taoge nya dulu. Mau bikin lontong balap yang lengkap kok sulit. Begini resepnya :
Sayur Taoge
Bahan :
- semangkuk taoge ukuran sedang
- kuah kalde ayam
- kecap manis
- kecap asin
- minyak goreng
- air matang secukupnya.
Bumbu :
- 3 siung bawang putih
- 2 siung bawang merah
- 2 lembar daun salam
- setengah ruas jari laos
- sepertiga ruas jahe
- merica secukupnya
- gula secukupnya
- garam secukupnya
Cara membuat :
- Haluskan semua bumbu
- Siapkan sedikit minyak goreng dan tumis bumbu. sisihkan
- Panaskan air kaldu
- Masukkan taoge
- Masukkan bumbu yang sudah dihaluskan
- Tambahkan kecap manis
- Tambahkan kecap asin
- Siap disajikan
Sayur Taoge
Bahan :
- semangkuk taoge ukuran sedang
- kuah kalde ayam
- kecap manis
- kecap asin
- minyak goreng
- air matang secukupnya.
Bumbu :
- 3 siung bawang putih
- 2 siung bawang merah
- 2 lembar daun salam
- setengah ruas jari laos
- sepertiga ruas jahe
- merica secukupnya
- gula secukupnya
- garam secukupnya
Cara membuat :
- Haluskan semua bumbu
- Siapkan sedikit minyak goreng dan tumis bumbu. sisihkan
- Panaskan air kaldu
- Masukkan taoge
- Masukkan bumbu yang sudah dihaluskan
- Tambahkan kecap manis
- Tambahkan kecap asin
- Siap disajikan
Jumat, Januari 20, 2012
Makan Apa di Royal Plasa ?(1)
Libur long weekend mau kemana? Kalau kantong lagi penuh ayo berwisata ke luar kota. Tapi kalau isi dompet menipis ya milih di rumah saja. Atau bisa jalan-jalan ke mall terdekat. Meski ujung-ujungnya gak belanja dan cuma mampir di foodcourt. hehehe.
Ngomongin soal mall, aku punya tempat favorit namanya Royal Plasa. Mall yang terletak di kawasan Ahmad Yani Surabaya ini memang strategis karena tempatnya lumayan luas, semua yang kita butuhkan ada dan letaknya tak jauh dari kantorku. Makanya aku ama teman-teman paling sering hang out di sana. Belanja jarang, yang pasti ngopi di food courtnya Royal Plasa yang terletak di lantai paling atas.
Menurutku foodcourt Royal Plasa itu bisa dibilang tempat makan di mall yang ternyaman untuk semua kalangan. Harga dari yang paling murah sampai mahal ada. Bayangin aja ada stan yang jual bakso yang harga sebijinya cuma 100 perak.hehehe.Makanya foodcourt Royal Plasa tak pernah sepi. Mulai pelajar sekolah, mahasiswa, karyawan ibu rumah tangga tumplek blek di situ. Ga cuma warga Surabaya, orang Sidoarjo banyak yang lebih hobi kesana. Olehekarena itu kadang sampai susah cari kursi.
Makanan di food court Royal Plasa banyak yang enak. Buat yang tak suka fast food aku sarankan mampir ke stan Sambel Manteb. Gampang kok nyarinya. ada di tengah. Samping Citra Food Court dan Mi Panglima. Yang jualin mbak-mbak berambut kerinting dan mbak berjilbab. Aku sampai hapal karena saking seringnya nongkrong di depannya.
Menu yang mereka tawarkan memang serba penyetan. Lauknya bisa pilih, mulai empal daging, ayam, bebek, ikan gurami, lele, mujaer, wader, bakso dan sosis. Bisa milih disajikan dalam bentuk goreng atau bakar sesuai selera. Sambelnya juga boleh milih. Ada 3 jenis, sambel trasi, sambel pencit dan sambal dabu-dabu. Biasanya mereka tawarkan harga paket. Nasi plus lauk plus es teh mulai 10 ribu sampai 17 ribu rupiah.
Kapan hari aku coba memesan paket nasi bakso sosis penyet dengan sambel pencit. Sosis dan baksonya digoreng. Disajikan dengan terung goreng seiris dengan lalap kubis. mentimun dan kemangi. Perpaduan nasi sosis bakso dan sambal pencit enak di lidah. Sambalnya pedas dan asam. Dimakan dengan nasi dengan lauk sosis memang manteb.
Kalau temanku lebih suka memilih nasi penyet bebek. Bebeknya digoreng garing. Empuk banget. Dimakan dengan nasi dan sambal pencit jelas tepat. Jika tak suka asam, lebih baik pesan sambal dabu-dabu. Dulu aku pikir sambal dabu-dabunya seperti di warung makan manado ternyata beda. Sambal dabu-dabu disini irisan bawang merah dan cabe serta gunakan sedikit kecap manis. Berhubung aku tak suka sambel kecap ya tak pernahlah pesan sambel dabu-dabu disini.
Untuk oleh-oleh mamaku di rumah, aku biasa membelikannya wader goreng. Wadernya digoreng kering. Bumbunya meresap jadi enak. Kriuk kriuk. Biasanya kalau wader kami memakannya dengan sambal trasi. Jadi lebih cocok. Bila memesan wader goreng dengan sambal plus lalapan tanpa nasi untuk dibawa pulang kami mesti membayar 10 ribu perak. Murah meriah bisa dimakan seluruh keluarga. Sambel Manteb pancen manteb.
Ngomongin soal mall, aku punya tempat favorit namanya Royal Plasa. Mall yang terletak di kawasan Ahmad Yani Surabaya ini memang strategis karena tempatnya lumayan luas, semua yang kita butuhkan ada dan letaknya tak jauh dari kantorku. Makanya aku ama teman-teman paling sering hang out di sana. Belanja jarang, yang pasti ngopi di food courtnya Royal Plasa yang terletak di lantai paling atas.
Menurutku foodcourt Royal Plasa itu bisa dibilang tempat makan di mall yang ternyaman untuk semua kalangan. Harga dari yang paling murah sampai mahal ada. Bayangin aja ada stan yang jual bakso yang harga sebijinya cuma 100 perak.hehehe.Makanya foodcourt Royal Plasa tak pernah sepi. Mulai pelajar sekolah, mahasiswa, karyawan ibu rumah tangga tumplek blek di situ. Ga cuma warga Surabaya, orang Sidoarjo banyak yang lebih hobi kesana. Olehekarena itu kadang sampai susah cari kursi.
Makanan di food court Royal Plasa banyak yang enak. Buat yang tak suka fast food aku sarankan mampir ke stan Sambel Manteb. Gampang kok nyarinya. ada di tengah. Samping Citra Food Court dan Mi Panglima. Yang jualin mbak-mbak berambut kerinting dan mbak berjilbab. Aku sampai hapal karena saking seringnya nongkrong di depannya.
Menu yang mereka tawarkan memang serba penyetan. Lauknya bisa pilih, mulai empal daging, ayam, bebek, ikan gurami, lele, mujaer, wader, bakso dan sosis. Bisa milih disajikan dalam bentuk goreng atau bakar sesuai selera. Sambelnya juga boleh milih. Ada 3 jenis, sambel trasi, sambel pencit dan sambal dabu-dabu. Biasanya mereka tawarkan harga paket. Nasi plus lauk plus es teh mulai 10 ribu sampai 17 ribu rupiah.
Kapan hari aku coba memesan paket nasi bakso sosis penyet dengan sambel pencit. Sosis dan baksonya digoreng. Disajikan dengan terung goreng seiris dengan lalap kubis. mentimun dan kemangi. Perpaduan nasi sosis bakso dan sambal pencit enak di lidah. Sambalnya pedas dan asam. Dimakan dengan nasi dengan lauk sosis memang manteb.
Kalau temanku lebih suka memilih nasi penyet bebek. Bebeknya digoreng garing. Empuk banget. Dimakan dengan nasi dan sambal pencit jelas tepat. Jika tak suka asam, lebih baik pesan sambal dabu-dabu. Dulu aku pikir sambal dabu-dabunya seperti di warung makan manado ternyata beda. Sambal dabu-dabu disini irisan bawang merah dan cabe serta gunakan sedikit kecap manis. Berhubung aku tak suka sambel kecap ya tak pernahlah pesan sambel dabu-dabu disini.
Untuk oleh-oleh mamaku di rumah, aku biasa membelikannya wader goreng. Wadernya digoreng kering. Bumbunya meresap jadi enak. Kriuk kriuk. Biasanya kalau wader kami memakannya dengan sambal trasi. Jadi lebih cocok. Bila memesan wader goreng dengan sambal plus lalapan tanpa nasi untuk dibawa pulang kami mesti membayar 10 ribu perak. Murah meriah bisa dimakan seluruh keluarga. Sambel Manteb pancen manteb.
Nasi Goreng Sosis
Menu sarapan pagi yang sering kami makan adalah nasi goreng. Sekarang ini mbakku yang biasa memasakkannya untuk kami. Rasanya enak dan mudah membuatnya. Ayo silakan coba.
Bahan :
- 3 buah sosis ayam
- 1 butir telur
- 3 piring nasi putih
- mentega secukupnya
- bawang merah goreng
Bumbu :
- 3 siung bawang putih
- 3 siung bawang merah
- trasi secukupnya
- merica secukupnya
- garam secukupnya
Cara membuat :
- haluskan bawang putih, bawang merah, trasi, merica dan garam
- iris sosis jadi kecil kecil
- pecahkan telur dan kocok di mangkuk
- siapkan wajan dan masukkan mentega
- masukkan bumbu yang sudah dihaluskan
- jika sudah harum, masukkan telur,orak arik
- masukkan sosis, aduk
- masukkan nasi putih
- campur semua menjadi satu
- masak hingga matang
- tambahkan bawang merah goreng
- siap disajikan.
Bahan :
- 3 buah sosis ayam
- 1 butir telur
- 3 piring nasi putih
- mentega secukupnya
- bawang merah goreng
Bumbu :
- 3 siung bawang putih
- 3 siung bawang merah
- trasi secukupnya
- merica secukupnya
- garam secukupnya
Cara membuat :
- haluskan bawang putih, bawang merah, trasi, merica dan garam
- iris sosis jadi kecil kecil
- pecahkan telur dan kocok di mangkuk
- siapkan wajan dan masukkan mentega
- masukkan bumbu yang sudah dihaluskan
- jika sudah harum, masukkan telur,orak arik
- masukkan sosis, aduk
- masukkan nasi putih
- campur semua menjadi satu
- masak hingga matang
- tambahkan bawang merah goreng
- siap disajikan.
Kacang Panjang Masak Kecap
Halo, makan siang apa hari ini? Kalau aku sudah bawa bekal nasi dengan sayur kacang panjang masak kecap, telur dadar, dan rempeyek untuk makan siang di kantor hari ini. Sayur kacang panjang masak kecapnya aku sendiri tadi yang bikin. Mau tahu bagaimana membuatnya? Ini aku bagi resepnya.
Bahan :
- 1 ikat kacang panjang
- kecap manis secukupnya
- kecap asin secukupnya
- saus tiram
- bawang merah goreng
- minyak goreng
Bumbu :
- 3 siung bawang putih
- 1 siung bawang merah
- 5 biji cabe rawit atau sesuai selera
- 1 biji cabe merah besar
- sedikit trasi
- garam secukupnya
- gula secukupnya.
Cara membuat :
- potong kacang panjang dengan ukuran setengah ruas jari atau sesuai selera
- rajang halus bawang merah, bawang putih, cabe rawit dan cabe merah
- siapkan sedikit minyak panas dalam wajan
- masukkan irisan cabe, bawang, trasi ke wajan
- tumis sebentar hingga harum
- masukkan kacang panjang yang sudah dipotong
- masak hingga kacang panjang agak matang
- kalau perlu tambah sedikit air agar kacang panjang cepat matang
- tambahkan garam, gula
- tambahkan kecap manis, kecap asin dan saus tiram secukupnya saja.
- masak hingga matang.
- jika sudah matang baru taburi bawang merah goreng
- siap disantap.
Bahan :
- 1 ikat kacang panjang
- kecap manis secukupnya
- kecap asin secukupnya
- saus tiram
- bawang merah goreng
- minyak goreng
Bumbu :
- 3 siung bawang putih
- 1 siung bawang merah
- 5 biji cabe rawit atau sesuai selera
- 1 biji cabe merah besar
- sedikit trasi
- garam secukupnya
- gula secukupnya.
Cara membuat :
- potong kacang panjang dengan ukuran setengah ruas jari atau sesuai selera
- rajang halus bawang merah, bawang putih, cabe rawit dan cabe merah
- siapkan sedikit minyak panas dalam wajan
- masukkan irisan cabe, bawang, trasi ke wajan
- tumis sebentar hingga harum
- masukkan kacang panjang yang sudah dipotong
- masak hingga kacang panjang agak matang
- kalau perlu tambah sedikit air agar kacang panjang cepat matang
- tambahkan garam, gula
- tambahkan kecap manis, kecap asin dan saus tiram secukupnya saja.
- masak hingga matang.
- jika sudah matang baru taburi bawang merah goreng
- siap disantap.
Kamis, Januari 19, 2012
Tahu Telur Kediri
Besuk sudah mulai long weekend lagi. Waktunya masuk dapur dan menjajal berbagai resep masakan yang enak untuk di santap. Kali ini aku mau berbagi resep Tahu Telur Kediri yang mudah dibuat dan lezat rasanya. Silakan mencoba .
Bahan :
- 2 buah tahu
- 1 telur ayam
- taoge
- kecap manis
- seledri
- krupuk bawang goreng
- minyak goreng
- merica secukupnya
- bawang merah goreng secukupnya
- acar mentimun
Bumbu :
- 5 cabe rawit atau sesuai selera
- gula secukupnya
- garam secukupnya
- 3 siung bawang putih
- petis udang secukupnya
- kacang tanah goreng secukupnya
Cara menbuat :
- Rebus taoge lalu sisihkan
- Rajang seledri dan sisihkan
- Tahu putih diiris kecil-kecil persegi empat
- Kocok telur ayam, tambah sedikit garam dan merica halus
- Goreng dalam minyak panas
- Jika sudah matang taruh di atas piring.
- Haluskan semua bumbu
- Tambah kecap manis dan sedikit air panas.
- Tambah bawang merah goreng
- Siapkan tahu telur goreng tadi, tempatkan taoge rebus, kacang goreng, seledri
- Guyur dengan bumbu
- Tambahkan krupuk dan acar mentimun
- Siap disajikan
Bahan :
- 2 buah tahu
- 1 telur ayam
- taoge
- kecap manis
- seledri
- krupuk bawang goreng
- minyak goreng
- merica secukupnya
- bawang merah goreng secukupnya
- acar mentimun
Bumbu :
- 5 cabe rawit atau sesuai selera
- gula secukupnya
- garam secukupnya
- 3 siung bawang putih
- petis udang secukupnya
- kacang tanah goreng secukupnya
Cara menbuat :
- Rebus taoge lalu sisihkan
- Rajang seledri dan sisihkan
- Tahu putih diiris kecil-kecil persegi empat
- Kocok telur ayam, tambah sedikit garam dan merica halus
- Goreng dalam minyak panas
- Jika sudah matang taruh di atas piring.
- Haluskan semua bumbu
- Tambah kecap manis dan sedikit air panas.
- Tambah bawang merah goreng
- Siapkan tahu telur goreng tadi, tempatkan taoge rebus, kacang goreng, seledri
- Guyur dengan bumbu
- Tambahkan krupuk dan acar mentimun
- Siap disajikan
Ayam Bakar Mas Mono
Pernah dengar kisah orang susah jadi orang sukses? Atau cerita orang miskin jadi orang kaya. Sepertinya mustahil tapi nyatanya banyak orang yang bisa berhasil melakukannya. Salah satu pengusaha muda yang benar-benar berangkat dari nol dan dari kehidupan bawah adalah Agus Pramono. Pemilik Ayam Bakar Mas Mono ini dulunya sekitar tahun 1999 memulai pekerjaannya jadi Office Boy. Lalu ia alih profesi jadi penjual Gorengan hingga jadi penjual ayam bakar Kalasan kaki lima di kawasan Tebet Jakarta Selatan.
Bahkan kemudian karena sangat laris ia bisa membuka rumah makan Ayam Bakar Mas Mono. Tak berhenti di satu rumah makan saja, ia melebarkan sayapnya hingga di tahun 2012 ini punya sekitar 23 cabang rumah makan Ayam Bakar Mas Mono yang tersebar di seantero Jakarta. Hebat kan.Padahal semula ia tak punya bakat memasak tapi karena mau berusaha bisa jadi sesukses itu.
Kisah keberhasilan enterpreuner muda bernama mas Mono ini sudah sering aku dengar sejak lama. Bahkan aku pernah melihat ia berbagi cerita tentang kesuksesannya di salah satu acara TV, Nikmatnya Sedekah yang diasuh oleh KH Yusuf Mansyur. Menjadi seorang pengusaha muda yang sukses ini adalah suatu anugrah. Semoga keberhasilannya bisa kita ikuti. Aamiin.
Ngomong-ngomong soal warung ayam bakar Mas Mono, aku belum pernah mampir ke warungnya yang berada di kawasan Tebet Jakarta. Tetapi kapan hari aku sudah membeli di salah satu cabang Ayam Bakar Mas Mono yang berada di jalan Salemba Tengah Jakarta. Posisinya tak jauh di belakang Seven Eleven Jl. Salemba Raya Jakarta Pusat. Gampang kok nyarinya, yang warna rumah makannya hijau pupus, jadi mencolok sekali.
Sama seperti yang di tempat lain, Ayam Bakar Mas Mono sengaja menata ruangannya santai sekali. Dengan gunakan meja dan bangku panjang aja ala kaki lima. Di dinding banyak dipasang hiasan, gambar, foto-foto artis yang pernah datang dan tulisan-tulisan yang seperti ingatkan kita sedang berada dimana. Meski tak ber-AC tapi mereka memasang kipas angin supaya pengunjung tak kepanasan.
Menu yang ditawarkan di Ayam Bakar Mas Mono sangat beragam.mulai ayam bakar, tahu tempe bacem , ca kangkung, juga ada ayam kremes sambel petir Sedangkan minumannya mulai es teler, es teh, es jeruk dan sebagainya. Aku udah pernah coba ayam kremes sambal petir dan ayam bakarnya. Wow untuk ayam bakarnya menurutku tak terlalu manis. Sambal petirnya pedes seperti sambal bawang cabe rawit yang biasa bikin di rumah itu. Dimakan dengan nasi, kremes dan lalap pas di lidah. Es telernya juga seger.
Karena berada di dekat kampus UI, BSI, YAI, maka rumah makan Ayam Bakar Mas Mono yang berada di Salemba Tengah seperti tak pernah sepi pengunjung. Apalagi mereka tawarkan harga paket sekitar 15-20 ribu untuk nasi ayam bakar, sambal dan minum. Jadi pas untuk kantong mahasiswa di Jakarta. Buat karyawan yang ngekos juga cocok. Hahaha kebetulan aku biasa ngekos di kawasan Salemba kalau pas tugas di Jakarta.
Secara keseluruhan makan di Ayam bakar Mas Mono jl Salemba Tengah Jakarta mantap. Hanya sayangnya....... terlalu banyak pengamen yang keluar masuk tempat ini. Jadi sangat mengganggu yang sedang makan. Andai dilarang masuk ke dalam tempat makan ini sepertinya lebih bagus. Semoga bisa jadi kritik saran yang membangun.
Bahkan kemudian karena sangat laris ia bisa membuka rumah makan Ayam Bakar Mas Mono. Tak berhenti di satu rumah makan saja, ia melebarkan sayapnya hingga di tahun 2012 ini punya sekitar 23 cabang rumah makan Ayam Bakar Mas Mono yang tersebar di seantero Jakarta. Hebat kan.Padahal semula ia tak punya bakat memasak tapi karena mau berusaha bisa jadi sesukses itu.
Kisah keberhasilan enterpreuner muda bernama mas Mono ini sudah sering aku dengar sejak lama. Bahkan aku pernah melihat ia berbagi cerita tentang kesuksesannya di salah satu acara TV, Nikmatnya Sedekah yang diasuh oleh KH Yusuf Mansyur. Menjadi seorang pengusaha muda yang sukses ini adalah suatu anugrah. Semoga keberhasilannya bisa kita ikuti. Aamiin.
Ngomong-ngomong soal warung ayam bakar Mas Mono, aku belum pernah mampir ke warungnya yang berada di kawasan Tebet Jakarta. Tetapi kapan hari aku sudah membeli di salah satu cabang Ayam Bakar Mas Mono yang berada di jalan Salemba Tengah Jakarta. Posisinya tak jauh di belakang Seven Eleven Jl. Salemba Raya Jakarta Pusat. Gampang kok nyarinya, yang warna rumah makannya hijau pupus, jadi mencolok sekali.
Sama seperti yang di tempat lain, Ayam Bakar Mas Mono sengaja menata ruangannya santai sekali. Dengan gunakan meja dan bangku panjang aja ala kaki lima. Di dinding banyak dipasang hiasan, gambar, foto-foto artis yang pernah datang dan tulisan-tulisan yang seperti ingatkan kita sedang berada dimana. Meski tak ber-AC tapi mereka memasang kipas angin supaya pengunjung tak kepanasan.
Menu yang ditawarkan di Ayam Bakar Mas Mono sangat beragam.mulai ayam bakar, tahu tempe bacem , ca kangkung, juga ada ayam kremes sambel petir Sedangkan minumannya mulai es teler, es teh, es jeruk dan sebagainya. Aku udah pernah coba ayam kremes sambal petir dan ayam bakarnya. Wow untuk ayam bakarnya menurutku tak terlalu manis. Sambal petirnya pedes seperti sambal bawang cabe rawit yang biasa bikin di rumah itu. Dimakan dengan nasi, kremes dan lalap pas di lidah. Es telernya juga seger.
Karena berada di dekat kampus UI, BSI, YAI, maka rumah makan Ayam Bakar Mas Mono yang berada di Salemba Tengah seperti tak pernah sepi pengunjung. Apalagi mereka tawarkan harga paket sekitar 15-20 ribu untuk nasi ayam bakar, sambal dan minum. Jadi pas untuk kantong mahasiswa di Jakarta. Buat karyawan yang ngekos juga cocok. Hahaha kebetulan aku biasa ngekos di kawasan Salemba kalau pas tugas di Jakarta.
Secara keseluruhan makan di Ayam bakar Mas Mono jl Salemba Tengah Jakarta mantap. Hanya sayangnya....... terlalu banyak pengamen yang keluar masuk tempat ini. Jadi sangat mengganggu yang sedang makan. Andai dilarang masuk ke dalam tempat makan ini sepertinya lebih bagus. Semoga bisa jadi kritik saran yang membangun.
Selasa, Januari 17, 2012
Sate PikulanTrawas
Bingung mengisi hari libur kemana? Jika ingin mencari hawa sejuk maka Anda bisa pergi kawasan Trawas. Trawas adalah lembah yang diapit dua pegunungan yaitu Welirang dan Penanggungan. Hawanya sangat sejuk, pemandangannya indah. Bila ingin berlibur ke Trawas tak perlu khawatir karena saat ini banyak hotel dan villa yang disewakan dengan harga terjangkau disini. Juga banyak tempat untuk outbound, camping ground dan sebagainya.
Hari Minggu kemarin (15/1) aku mesti berangkat ke Trawas. Ada tugas kantor yang mengharuskan pergi kesana. Dari Surabaya aku naik bis jurusan Malang dan turun di Pandaan. Sesampai di terminal Pandaan banyak tukang ojek yang menawari aku naik ojek ke Trawas. Tapi berhubung aku takut mengingat jalannya agak mengerikan maka aku memilih naik angkot/L300. Biaya naik angkot dari Pandaan ke Trawas hanya 5 000 perak tapi Anda harus sabar menanti karena kadang menunggu mobil penuh baru berangkat.. Beruntung kemarin supirnya baik, jadi meski cuma 4 orang penumpang tetap berangkat. Kebetulan jalanan menuju Trawas sedang ramai karena ada even Gapensi Adventure (balap motor). Mereka kumpul di Taman Wilwatika. Aku cuma lewat saja taman wilwatika dalam perjalanan ke Trawas. Sampai ketemu patung seno kami langsung belok kanan dan menuju Trawas. Perjalanan mulai menegangkan disini. Karena banyak jalan tanjakan dan turunan yang sangat tajam. Yang paling terkenal sangar adalah jurang kuping. Butuh kemampuan mengemudi yang baik jika ingin ke Trawas dengan sepeda motor atau mobil. Kami sempat melewati pasar buah di sebelah kiri jalan dan aku berhenti di kawasan Berkas/Sumber Wekas dimana disini ada Villa milik salah satu relasiku dan even pameran di tempat tersebut.
Sebenarnya kalau punya waktu luang cukup memang enak meneruskan perjalanan hingga ke pusat kota Trawas. Disana lebih ramai. Mau belanja buah dan sayuran jelas disana lebih cocok. Mau naik kuda dan sebagainya disana tempatnya. Kalau sampai Berkas baru ketemu pepohonan yang rimbun saja. Tetapi hawanya lumayan sejuk.
Dari pagi sampai petang aku harus nongkrong di arena pameran dan tak bisa kemana-mana. Untung villanya bagus, dan luas. Jadi aku bisa cuci mata. "Kapan punya villa sebagus itu," mimpidotcom.hehehe.
Karena hanya sempat sarapan roti jelas aku lapar begitu sampai Trawas. Bingung mau makan apa. Nunggu jatah makan siang dari panitia jelas siang baru ada. Beruntung kulihat ada penjual sate pikulan yang berjualan di lokasi pameran.
Namanya pak Kasmadi. Dia sudah berjualan sejak tahun 1980-an. Biasanya ia dagang dari jam 4 sore hingga jam 7 malam ke villa-villa dan kampung di area Trawas. Langganannya banyak. Tiap hari Minggu biasanya ia dagang di arena lintas alam. "Kali ini disini karena yang punya villa ini sudah jadi langganan saya dari dulu," katanya dengan bangga.
Pak Kasmadi menata dagangannya dalam pikulan. Sudah lama aku tak lihat penjual sate pikulan model begini. Di taruh daging mentah disisi kanan. Bumbu-bumbu disisi kiri. Lalu ia mulai membakar sate dalam tungku kecilnya. Ia menawarkan 2 jenis sate yaitu sate ayam dan sate kelinci. Untuk sate ayam bisa pilih daging atau kulit atau campur.
Harga seporsi sate ayam/kulit dan lontong adalah 10 ribu perak sedangkan untuk sate kelinci adalah 15 ribu perak. "Tiap hari saya dagang juga segitu harganya bukan karena ada even. Silakan cek kalau saya jual e kampung-kampung," kilahnya. Hehehe kalau ga percaya masak mau ke kampung-kampung. Sate daging dan kulit ayamnya lumayan ukurannya. Tak sekecil sate laler meski juga tak sebesar sate ponorogo. Dibumbui dengan bumbu kacang dan kecap. Apalagi dengan sambal dan irisan bawang merah yang banyak. Hm enak. Mungkin karena lapar jadi terasa enak di lidahku. Mau gimana lagi, adanya juga cuma penjual sate pikulan di Trawas. Mungkin kalau ke Trawas lain waktu bisa ketemu penjual kupang lontong. Jadi bisa jadi bahan tulisan juga.
Jumat, Januari 13, 2012
Soto Lenthok Pak Sadari
"Soto lagi, soto lagi" itu adalah komentar dari keluargaku jika menanyakan apa yang kumakan saat tugas di luarkota. Aku sih cuma ngakak. Emang hobi sih makan soto. Di Yogyakarta minggu lalu, aku sempat makan soto ampai 2 kali. Yang pertama soto ayam pak Sadari dan kedua soto daging pak Soleh. Kali ini aku mau cerita soal soto pak Sadari dulu ya.
Kapan hari aku dan sobatku di Yogya, mbak Cay ,sempat kebingungan saat mencari lokasi warung soto ayam itu. "Seingatku di depan SD" kata mbak Cay waktu kami sudah melintasi jalan Hayam Wuruk. Tapi hingga kami hampir memasuki kawasan Lempuyangan penjual soto ayam tersebut tak kami temui. Akhirnya kami memutuskan berbalik arah. Ternyata lokasinya pindah di dekat traffic light perempatan jalan Hayam Wuruk. Jadi di kiri jalan bukan di tempat yang lama di kanan jalan depan SD. "Kami sudah pindah sini sejak 2 tahunan yang lalu, mbak. Tempat yang lama untuk Indomar*t" terang ibu berjilbab yang melayani kami.
Menurut mbak Cay, waktu masih di tempat yang lama tempatnya lebih luas. Kini agak sempit. Tak sulit kok mencari tempatnya, dekat lampu merah Hayam Wuruk Yogya. Ada spanduk biru bertuliskan Soto Lenthok Pak Sadari. Khas Tempo Dulu. 100% ayam kampung. Gerobaknya warnanya kuning. Ada beberapa meja dan bangku panjang yang disediakan untuk makan dan minum.
Kami memesan 2 mangkuk soto dan 2 gelas teh panas. Sotonya memang menggunakan kuah yang bening. Dan tak kental. Rasanya gurih tak terlalu asin. Di dalamnya berisi suun taoge, kubis, rajangan seledri, irisan ayam. Dimakan dengan sambal dan perasan jeruk nipis jika suka.
Lenthoknya yang paling kusuka. Lenthok adalah perkedel ketela khas Yogya yang memang biasa dipakai sebagai teman makan soto. Rasanya gurih. Selain lenthok kita bisa mengambil lauk lainnya yang disediakan di piring-piring yang ada di atas meja. Ada sate kulit/usus, sate telur puyuh, lenthok goreng dan tahu bacem. Silakan pilih sesuai selera. Juga ada krupuk rambak kulit dan krupuk puli buat yang suka kriuk kriuk. Pokoknya jangan lupa bayar sesudah makan.
Kapan hari aku dan sobatku di Yogya, mbak Cay ,sempat kebingungan saat mencari lokasi warung soto ayam itu. "Seingatku di depan SD" kata mbak Cay waktu kami sudah melintasi jalan Hayam Wuruk. Tapi hingga kami hampir memasuki kawasan Lempuyangan penjual soto ayam tersebut tak kami temui. Akhirnya kami memutuskan berbalik arah. Ternyata lokasinya pindah di dekat traffic light perempatan jalan Hayam Wuruk. Jadi di kiri jalan bukan di tempat yang lama di kanan jalan depan SD. "Kami sudah pindah sini sejak 2 tahunan yang lalu, mbak. Tempat yang lama untuk Indomar*t" terang ibu berjilbab yang melayani kami.
Menurut mbak Cay, waktu masih di tempat yang lama tempatnya lebih luas. Kini agak sempit. Tak sulit kok mencari tempatnya, dekat lampu merah Hayam Wuruk Yogya. Ada spanduk biru bertuliskan Soto Lenthok Pak Sadari. Khas Tempo Dulu. 100% ayam kampung. Gerobaknya warnanya kuning. Ada beberapa meja dan bangku panjang yang disediakan untuk makan dan minum.
Kami memesan 2 mangkuk soto dan 2 gelas teh panas. Sotonya memang menggunakan kuah yang bening. Dan tak kental. Rasanya gurih tak terlalu asin. Di dalamnya berisi suun taoge, kubis, rajangan seledri, irisan ayam. Dimakan dengan sambal dan perasan jeruk nipis jika suka.
Lenthoknya yang paling kusuka. Lenthok adalah perkedel ketela khas Yogya yang memang biasa dipakai sebagai teman makan soto. Rasanya gurih. Selain lenthok kita bisa mengambil lauk lainnya yang disediakan di piring-piring yang ada di atas meja. Ada sate kulit/usus, sate telur puyuh, lenthok goreng dan tahu bacem. Silakan pilih sesuai selera. Juga ada krupuk rambak kulit dan krupuk puli buat yang suka kriuk kriuk. Pokoknya jangan lupa bayar sesudah makan.
Jajanan Masa Kecil
Tidak usah malu-malu mengakui, kita terkadang merindukan masa kanak-kanak dulu. Waktu dimana kita bisa menyantap panganan murah dan meriah bersama-sama teman-teman sekolah atau anak-anak tetangga sekitar kita. Sepertinya tanpa beban membeli penganan dari pedagang keliling yang lewat depan rumah dari sisa uang saku yang diberikan ayah dan ibu.
Semenjak aku bergabung di jejaring sosial facebook dan bertemuj teman-teman lama, kami sering berbagi cerita mengenai masa kecil kami. Kebetulan aku lahir dan dibesarkan di kota Kediri, salah satu kota kecil di Kediri yang punya banyak makanan khas tradisional. Sebut saja, lopis, cenil, putu, gethuk , gatot dan masih banyak lagi. Bila kami bicara mengenai makanan masa kecil selalu jadi topik yang menyenangkan.
Suatu hari aku sengaja memasang foto “Rangin” di facebook. Rangin ini bukan saja jajanan khas Kediri tapi juga di kota -kota lain di Jawa Timur. Makanan ini sebenarnya juga dijual di Surabaya. Hanya saja aku agak susah payah mendapatkannya karena tak ada warung atau toko kue yang menjualnya. Demi bisa makan rangin, aku mesti pesan pada cleaning service kantor untuk membelinya jika ia melihat penjual rangin lewat depan rumahnya. Karena biasanya dijual oleh pedagang keliling dengan cara dipikul.
Perlu diketahui Rangin itu adalah makanan yang terbuat dari bahan dasar tepung beras, santan, parutan kelapa dan garam. Dimasak dengan menggunakan cetakan mirip cetakan kue pukis. Jadi jika jadi mirip kue pukis tapi pipis. Rasanya gurih dan enak sekali. Jika Anda suka yang manis, tinggal minta ditaburi gula pada penjualnya. Di Surabaya 5 biji rangin masih dihargai seribu perak. Masih murah kan?
Ketika melihat aku memasang foto rangin di facebook, teman-temanku dari berbagai kota banyak yang berkomentar. Rangin ini sebenarnya banyak dijual di kota-kota lainnya tetapi dengan nama berbeda. Ada yang menyebutnya dengan nama bandros. Nama bandros dilontarkan oleh seorang teman dari Bandung. Sedangkan teman dari Jakarta menyebutnya kue pancong. Lalu ada juga yang menyebutnya gandos. Yang pasti meski namanya bermacam-macam tapi maksudnya sama yaitu rangin.
Selain rangin, aku juga punya jajanan favorit bernama blendung. Kata temanku dari Solo mereka menyebutnya dengan nama grontol. Apakah blendung ini beneran sama dengan grontol, aku tidak tahu. Blendung ini adalah jagung pipilan yang direbus dan disajikan dengan taburan kelapa parut muda dan garam. Rasanya gurih sekali. Dulu di Kediri ada embok embok yang menjualnya dengan menggendongnya dalam bakul. Tapi sayang sekarang sudah jarang kutemui kalau aku pulang kampung ke Kediri. Mungkin jika mau ke pasar-pasar tradisional mungkin masih ada penjual blendung ini.
Menurut teman-temanku di Surabaya, kadang ada penjual keliling membawa sepeda ontel menjual aneka jajanan pasar. Blendung tentu termasuk salah satu diantaranya. Sayangnya aku belum pernah bertemu penjual jajan pasar keliling ini lewat depan rumah atau kantor. Sungguh beruntung kemarin kakakku menemukan penjual blendung di kawasan Sedati Sidoarjo . Ibu penjual blendung ini mengaku dari Kediri. Ia berjualan blendung dan nasi jagung setiap pagi hari. Jadi jika ingin blendung aku tinggal membeli di Sedati.
Sabtu yang lalu aku main ke rumah salah satu teman lama,mbak Aan yang berada di kawasan Dayu Kaliurang Yogyakarta. Ia menyuguhkan juga aneka jajan pasar yang dulu biasa kutemui masa kecil. Ada gethuk ada aneka warna (semacam getuk lindri dan getuk magelang) rasanya manis tapi enak. Ngomongin soal gethuk aku jadi ingat dulu di perempatan jalan HOS Cokroaminoto/Joyoboyo Kediri ada penjual getuk lindri yang biasa berjualan di sana. Ia jualan juga kue putu. Hm makanan serba manis. Kalau di Solo penjual gethuk yang terkenal adalah gethuk subur yang ada di kawasan Sriwedari Solo. Mungkin sampai sekarang masih ada.
Sebenarnya kemarin sebelum balik ke Surabaya, Kunti sahabatku yang tinggal di Kaliurang juga akan memberiku oleh-oleh jadah. Makanan berbahan dasar ketan itu rasanya gurih. Sayang aku batal ketemu Kunti, jadah mbah Carik Kaliurang yang terkenal itu melayang dari genggaman deh.
Semenjak aku bergabung di jejaring sosial facebook dan bertemuj teman-teman lama, kami sering berbagi cerita mengenai masa kecil kami. Kebetulan aku lahir dan dibesarkan di kota Kediri, salah satu kota kecil di Kediri yang punya banyak makanan khas tradisional. Sebut saja, lopis, cenil, putu, gethuk , gatot dan masih banyak lagi. Bila kami bicara mengenai makanan masa kecil selalu jadi topik yang menyenangkan.
Suatu hari aku sengaja memasang foto “Rangin” di facebook. Rangin ini bukan saja jajanan khas Kediri tapi juga di kota -kota lain di Jawa Timur. Makanan ini sebenarnya juga dijual di Surabaya. Hanya saja aku agak susah payah mendapatkannya karena tak ada warung atau toko kue yang menjualnya. Demi bisa makan rangin, aku mesti pesan pada cleaning service kantor untuk membelinya jika ia melihat penjual rangin lewat depan rumahnya. Karena biasanya dijual oleh pedagang keliling dengan cara dipikul.
Perlu diketahui Rangin itu adalah makanan yang terbuat dari bahan dasar tepung beras, santan, parutan kelapa dan garam. Dimasak dengan menggunakan cetakan mirip cetakan kue pukis. Jadi jika jadi mirip kue pukis tapi pipis. Rasanya gurih dan enak sekali. Jika Anda suka yang manis, tinggal minta ditaburi gula pada penjualnya. Di Surabaya 5 biji rangin masih dihargai seribu perak. Masih murah kan?
Ketika melihat aku memasang foto rangin di facebook, teman-temanku dari berbagai kota banyak yang berkomentar. Rangin ini sebenarnya banyak dijual di kota-kota lainnya tetapi dengan nama berbeda. Ada yang menyebutnya dengan nama bandros. Nama bandros dilontarkan oleh seorang teman dari Bandung. Sedangkan teman dari Jakarta menyebutnya kue pancong. Lalu ada juga yang menyebutnya gandos. Yang pasti meski namanya bermacam-macam tapi maksudnya sama yaitu rangin.
Selain rangin, aku juga punya jajanan favorit bernama blendung. Kata temanku dari Solo mereka menyebutnya dengan nama grontol. Apakah blendung ini beneran sama dengan grontol, aku tidak tahu. Blendung ini adalah jagung pipilan yang direbus dan disajikan dengan taburan kelapa parut muda dan garam. Rasanya gurih sekali. Dulu di Kediri ada embok embok yang menjualnya dengan menggendongnya dalam bakul. Tapi sayang sekarang sudah jarang kutemui kalau aku pulang kampung ke Kediri. Mungkin jika mau ke pasar-pasar tradisional mungkin masih ada penjual blendung ini.
Menurut teman-temanku di Surabaya, kadang ada penjual keliling membawa sepeda ontel menjual aneka jajanan pasar. Blendung tentu termasuk salah satu diantaranya. Sayangnya aku belum pernah bertemu penjual jajan pasar keliling ini lewat depan rumah atau kantor. Sungguh beruntung kemarin kakakku menemukan penjual blendung di kawasan Sedati Sidoarjo . Ibu penjual blendung ini mengaku dari Kediri. Ia berjualan blendung dan nasi jagung setiap pagi hari. Jadi jika ingin blendung aku tinggal membeli di Sedati.
Sabtu yang lalu aku main ke rumah salah satu teman lama,mbak Aan yang berada di kawasan Dayu Kaliurang Yogyakarta. Ia menyuguhkan juga aneka jajan pasar yang dulu biasa kutemui masa kecil. Ada gethuk ada aneka warna (semacam getuk lindri dan getuk magelang) rasanya manis tapi enak. Ngomongin soal gethuk aku jadi ingat dulu di perempatan jalan HOS Cokroaminoto/Joyoboyo Kediri ada penjual getuk lindri yang biasa berjualan di sana. Ia jualan juga kue putu. Hm makanan serba manis. Kalau di Solo penjual gethuk yang terkenal adalah gethuk subur yang ada di kawasan Sriwedari Solo. Mungkin sampai sekarang masih ada.
Sebenarnya kemarin sebelum balik ke Surabaya, Kunti sahabatku yang tinggal di Kaliurang juga akan memberiku oleh-oleh jadah. Makanan berbahan dasar ketan itu rasanya gurih. Sayang aku batal ketemu Kunti, jadah mbah Carik Kaliurang yang terkenal itu melayang dari genggaman deh.
Untungnya di rumah mbak Aan sempat ketemu temannya jadah yaitu wajik. Kalau wajik sama-sama berbahan dasar ketan tapi rasanya manis. Yang umum warnanya coklat tetapi sekarang beranekaragam warna. Kemarin mbak Aan membeli jajanan pasar ini di pasar Kranggan Yogya. Dan yang disajikan ke kami wajik berwarna coklat dan merah. Tapi soal rasa tetap manis. hehehe.
Meski saat ini jaman telah modern dan sudah banyak dijual anek roti dan kue tetapi makanan tradisional semacam rangin,blendung, jadah dan wajik tetap harus dilestarikan. Rangin dan blendung jelas lebih aman dikonsumsi karena tak mengandung bahan pengawet. Semoga jajanan tradisional ini tak hilang dari peredaran sampai kapanpun jua.
Meski saat ini jaman telah modern dan sudah banyak dijual anek roti dan kue tetapi makanan tradisional semacam rangin,blendung, jadah dan wajik tetap harus dilestarikan. Rangin dan blendung jelas lebih aman dikonsumsi karena tak mengandung bahan pengawet. Semoga jajanan tradisional ini tak hilang dari peredaran sampai kapanpun jua.
Kamis, Januari 12, 2012
Warung Bu Joko
Bila Anda sedang berjalan-jalan di Malioboro Yogyakarta dan pingin coba makanan rumahan khas Yogya maka kuanjurkan berbelok ke jalan Dagen. Posisi jalan Dagen kalau dari arah setasiunTugu/hotel Garuda, sesudah Malioboro Mall belok ke kanan. Di sepanjang jalan Dagen banyak penginapan dan hotel dari yang murah sampai mahal. Jadi banyak pula penjual makanannya.
Kalau sedang di Yogya, aku selalu menyempatkan diri mampir ke warung bu Joko. Posisinya di kanan jalan tak jauh dari jalan Malioboro. Sepanjang jalan masuk Dagen banyak penjual kaki lima. Cari salah satu gerobak dorong warna coklat yang ada tulisannya Bu Joko. Ditanggung tak pernah sepi pembeli karena memang jadi langganana para pedagang di kawasan Malioboro dan penjaga toko di malioboro mall.
Tapi Aku tak merekomendasikan warung ini buat yang gak biasa makan di warung. Soalnya tempatnya agak sempit. cuma ada 2 meja dan bangku panjang saja untuk menyantap makanan di sana. Jadi biasanya makan sambil berdesak-desakan dengan para pembeli yang lain. Tapi pembelinya cantik-cantik dan keren-keren karena para SPG-SPB Malioboro mall.hehehe
Kalau kita mampir disini, bu Joko akan menawari kita memilih makanan yang hendak kita makan. Sayurnya macam-macam, mulai gudeg, sayur bening/kunci, sayur lodeh, sayur sop dan lain-lain. Lauknya puluhan jenis, mulai ayam goreng, ayam opor, empal daging, empal bacem, babat bacem, ikan goreng, udang goreng tepung, kikil masak kecap, usus bumbu, tahu/tempe bacem, telur dadar goreng dan sebagainya.
Jika sudah masuk ke warung bu Joko, aku kadang bingung memilih menu apa. Tapi ujung-ujungnya tetap nasi, dengan lauk usus pedas, kikil pedas plus suun dan sambal. Wow usus ayam dipotong pendek dimasak kecap dan pedas sungguh nikmat sekali. Kikil pedas masak kecapnya juga enak. Kikilnya empuk sekali. Hm enak. Suunnya digoreng dengan bumbu kecap juga. Semuanya dimakan dengan nasi sambal, yang pasti enak sekali. Tak menunggu lama, makanan langsung tandas di piring.
Aku melirik ada babat goreng bumbu bacem. Aku kok jadi pingin. Kulihat nasi di piring juga masih sisa sedikit. Dengan malu-malu, aku mengangsurkan piringku ke bu Joko dan meminta tambahan babat goreng bacem. Bu Joko langsung mengambil babat dan memotongnya menjadi bebeapa bagian sebelum memasukkannya ke piringku. Dan ia pun memberikan lagi piringku. Hm aku pun langsung menyantapnya. Wow maknyus banget. Babatnya dibumbui dengan bumbu bacem yang tak terlalu manis. Jadi pas di lidahku. Dimakan dengan lalap ketimun, tambah jempol.
Sesudah makanan habis, aku langsung meminum es teh. Kemudian aku pun beranjak pergi. Hm 15 ribu perak untuk makanan dan minuman yang kusantap. Tak apa, wong enak.hehehe. Tak percaya , silakan mampir kalau ke Malioboro.
Kalau sedang di Yogya, aku selalu menyempatkan diri mampir ke warung bu Joko. Posisinya di kanan jalan tak jauh dari jalan Malioboro. Sepanjang jalan masuk Dagen banyak penjual kaki lima. Cari salah satu gerobak dorong warna coklat yang ada tulisannya Bu Joko. Ditanggung tak pernah sepi pembeli karena memang jadi langganana para pedagang di kawasan Malioboro dan penjaga toko di malioboro mall.
Tapi Aku tak merekomendasikan warung ini buat yang gak biasa makan di warung. Soalnya tempatnya agak sempit. cuma ada 2 meja dan bangku panjang saja untuk menyantap makanan di sana. Jadi biasanya makan sambil berdesak-desakan dengan para pembeli yang lain. Tapi pembelinya cantik-cantik dan keren-keren karena para SPG-SPB Malioboro mall.hehehe
Kalau kita mampir disini, bu Joko akan menawari kita memilih makanan yang hendak kita makan. Sayurnya macam-macam, mulai gudeg, sayur bening/kunci, sayur lodeh, sayur sop dan lain-lain. Lauknya puluhan jenis, mulai ayam goreng, ayam opor, empal daging, empal bacem, babat bacem, ikan goreng, udang goreng tepung, kikil masak kecap, usus bumbu, tahu/tempe bacem, telur dadar goreng dan sebagainya.
Jika sudah masuk ke warung bu Joko, aku kadang bingung memilih menu apa. Tapi ujung-ujungnya tetap nasi, dengan lauk usus pedas, kikil pedas plus suun dan sambal. Wow usus ayam dipotong pendek dimasak kecap dan pedas sungguh nikmat sekali. Kikil pedas masak kecapnya juga enak. Kikilnya empuk sekali. Hm enak. Suunnya digoreng dengan bumbu kecap juga. Semuanya dimakan dengan nasi sambal, yang pasti enak sekali. Tak menunggu lama, makanan langsung tandas di piring.
Aku melirik ada babat goreng bumbu bacem. Aku kok jadi pingin. Kulihat nasi di piring juga masih sisa sedikit. Dengan malu-malu, aku mengangsurkan piringku ke bu Joko dan meminta tambahan babat goreng bacem. Bu Joko langsung mengambil babat dan memotongnya menjadi bebeapa bagian sebelum memasukkannya ke piringku. Dan ia pun memberikan lagi piringku. Hm aku pun langsung menyantapnya. Wow maknyus banget. Babatnya dibumbui dengan bumbu bacem yang tak terlalu manis. Jadi pas di lidahku. Dimakan dengan lalap ketimun, tambah jempol.
Sesudah makanan habis, aku langsung meminum es teh. Kemudian aku pun beranjak pergi. Hm 15 ribu perak untuk makanan dan minuman yang kusantap. Tak apa, wong enak.hehehe. Tak percaya , silakan mampir kalau ke Malioboro.
Kering Tempe
Ayo hari ini belajar memasak lagi. Masuk dapur dan mencoba menu yang mudah dengan bahan dasar yang murah. Kering tempe bisa dibilang mudah bikinnya dan bisa sebagai teman makan nasi putih maupun nasi kuning. Silakan mencoba.
Kering Tempe :
Bahan :
- 1 kotak tempe
- minyak goreng
- kecap manis
Bumbu :
- 3 cabe merah besar
- 5 cabe rawit
- 3 siung bawang putih
- trasi secukupnya
- satu jari laos
- gula secukupnya
- garam secukupnya
- bawang merah goreng secukupnya.
Cara membuat :
- Iris tempe menjadi dengan bentuk persegi panjang kecil-kecil. Lalu goreng agak kering dan sisihkan
- Haluskan bumbu semua kecuali bawang merah goreng
- Siapkan minyak panas lagi, tumis bumbu hingga harum.
- Tambahkan irisan tempe goreng tadi.
- Tambahkan kecap manis sesuai selera.
- Aduk hingga rata.
- Taburi bawang merah goreng di atasnya.
- Siap disajikan
Kering Tempe :
Bahan :
- 1 kotak tempe
- minyak goreng
- kecap manis
Bumbu :
- 3 cabe merah besar
- 5 cabe rawit
- 3 siung bawang putih
- trasi secukupnya
- satu jari laos
- gula secukupnya
- garam secukupnya
- bawang merah goreng secukupnya.
Cara membuat :
- Iris tempe menjadi dengan bentuk persegi panjang kecil-kecil. Lalu goreng agak kering dan sisihkan
- Haluskan bumbu semua kecuali bawang merah goreng
- Siapkan minyak panas lagi, tumis bumbu hingga harum.
- Tambahkan irisan tempe goreng tadi.
- Tambahkan kecap manis sesuai selera.
- Aduk hingga rata.
- Taburi bawang merah goreng di atasnya.
- Siap disajikan
Selasa, Januari 10, 2012
Batu dan Sawah Bunga
Jujur baru kapan hari aku mendengar sebuah tempat bernama Sawah Bunga. Nama itu dipromosikan sahabatku,Indah saat aku bersama Tirta berlibur di rumahnya yang berada di Malang Desember lalu. Kami yang hobi jalan-jalan langsung tak menolak saat ia akan mengajak kami ke tempat yang diinginkannya itu. “Pokoknya lokasinya di Batu,” katanya.
Dengan mengendarai mobilnya, kami bertiga berangkat ke Batu. Karena hari Sabtu jalanan dari kawasan jalan Sukarno Hatta Malang menuju Batu yang seharusnya dekat jadi terasa jauh karena kami mesti memutar mencari jalanan yang tidak macet. Mulai kampus Universitas Brawijaya , pasar Dinoyo hingga Tlogomas memang hampir tiap hari macet. Apalagi kalau hari libur karena banyak yang berwisata ke Malang.
Kami tak bisa berkendara terlalu cepat karena hujan deras mengguyur begitu memasuki kawasan Sengkaling (yang ada wisata airnya itu). Tapi kami tak berhenti, memilih melanjutkan perjalanan.
Sampai di kota Batu aku menyaksikan pemandangan yang berbeda. Alun-alun Batu yang dulu tampak biasa-biasa saja jadi tampak indah karena disulap menjadi taman bermain. Ada patung buah apel warna merah/hijau, wortel, patung sapi, kelinci dan sebagainya. Selain itu juga disediakan aneka mainan anak-anak jadi tampak ramai. Sayangnya saat itu gerimis jadi kami tak bisa duduk santai dan berfoto di sana.
Biasanya setiap ke Batu aku selalu mampir ke pusat PKL yang ada di dekat alun-alun itu. Ternyata sekarang sudah tak ada. Untungnya kedai Pusat susu Ganeca yang terkenal dari dulu kala menjual susu murni dengan anekarasa buah (leci, anggur, strawberry dan lain-lain) dan yogurt serta jajanan masih ada. Kami mampir ke sana membeli susu segar rasa anggur dalam botol kecil seharga 2500 perak/botol.
Karena lapar kami tengak tengok cari warung. Kami pikir pasti para penjual makanan yang biasa jualan disitu pasti pindahnya tak jauh dari tempat itu. Benar di belakang kedai susu ganeca ada sebuah warung. Warung itu menjual makanan yang kami inginkan. Jadi para pedagang kaki lima bergabung jadi satu membuka satu warung itu. Ada gado-gado pak Tompo, Cuimi dan pangsit ayam serta tahu telur. Kami memilih membeli 2 piring gado-gado dan cuimi 1 mangkok. Rasanya masih seenak dulu. Dan tahu aku mesti bayar berapa untuk 3 menu itu,hanya 15 ribu perak. Murah kan. Coba ga hujan , aku pingin minum es campur. Es campur di Batu ini uenak. Ada yang jual es campur ini di depan warung gado-gado itu. Tapi kali ini aku memilih absen ga beli dulu.
Sebelum melanjutkan perjalanan kami lihat ada seorang bapak tua bertopi kopiah menjual kripik kentang di depan kedai susu ganeca. Dia membuka satu plastik kripikkentang agar kami bisa mencobanya. Rasanya gurih. Kami sempat membeli 5 bungkus. 1 bungkusnya seharga 10 ribu perak. Terus terang kami salut dengan pak penjual keripik kentang ini. Meski sudah berusia lanjut sekitar 70 an tapi masih mencari nafkah sendiri. “Dimana dan gimana sih anak-anaknya,” keluh teman-temanku.
Usai dari alun-alun Batu kami meneruskan perjalanan ke Sawah Bunga. Kukira temanku, Indah yang mengajak kami tahu lokasinya, ternyata tidak tahu. Ia cuma tahu info dari sepupunya kalau lokasinya sebelum kawasan Selekta. Dari Batu kami melewati jalan Bukit Berbunga, terus lewat hotel Purnama Batu yang terkenal sejak lama itu. Tapi belum ada tampak tanda-tanda tulisan Sawah Bunga.
Sesudah melewati masjid besar berwarna biru di kiri jalan, Kami lihat ada plang tulisan Desa Bunga tapi kami ragu. Kami bertanya pada orang yang berteduh di pos ojek di ujung gang itu . “Maaf pak, kalau sawah bunga itu mana ya?”. Dia bingung menjawabnya tapi kemudian menyuruh kami berbelok kekiri atau masuk gang itu. Kami nekat masuk kesana. Tapi yang kami lewati perkampungan padat penduduk. Ada seorang cewek membawa semangkuk mi yang lewat di pinggir jalan langsung kami tanyai. Ia menyuruh kami terus saja. Kami pun terus mengikuti jalanan itu. Dalam bayanganku sebuah tempat rekreasi penuh bunga, ada tempat makannya. Makanya kami tengak tengok. Yang kami lihat memang banyak rumah dengan kebun bunganya.
Bahkan kami melewati sungai yang mengalir deras airnya. Hm ingin rasanya turun kesana.hehehe.
Kami lihat disisi kiri ada sebuah rumah makan yang menawarkan kolam pancing ikan dengan menulis harganya perkilo untuk gurami, nila, patin dan sebagainya. Tapi kok ga ada bunganya. Kami pun terus saja. Ada pasar bunga di kiri jalan tapi tidak kami gubris. Semakin masuk kedalam kami malah ketemu perkaampungan penduduk lagi. Daripada semakin jauh tersesat dalam desa, kami berhenti dan bertganya pada seorang bapak bersepeda motor yang berhenti di depan toko untuk menanyakan sawah bunga. “Lho sudah kelewat,mbak. Itu tadi yang banyak tanamannya. Pasar bunga di kiri jalan,” jelasnya. Kami pun langsung berbalik arah. Ribet cari Sawah Bunga ternyata tak ada yang pasang plang Sawah Bunga.hehehe.
Kami berhenti di depan Pasar Bunga Sekar Mulyo. Sembari geli kami tanyakan soal Sawah Bunga ini. ” Sawah Bunga itu istilah yang biasa orang berikan pada desa Sidomulyo Batu. Karena sebagian besar penduduknya petani Bunga,” jelas salah satu ibu penjual bunga di sini. Kami cuma bisa tertawa. Jadi tak ada kebun wisata khusus penuh bunga yang dikelola oleh investor.
Di Pasar Bunga Sekar Mulyo Desa Sidomulyo Batu ini ada beberapa kios bunga yang berjajar. Kami bisa memilih anekaragam tanaman yang kami mau. Harganya sangat miring. “Lebih murah daripada di Dewi Sri,” komen temanku. Tanaman jeruk sambal yang biasanya dijual dengan harga 25 ribuan disini ditawarkan dengan harga 15 ribu perak dan masih bisa ditawar. Aneka bunga mawar, melati, sepatu, anggrek dan sebagainya bisa dibeli dengan harga murah. Tanaman dedaunan seperti jemani, sri rejeki, sri harto ada semuanya. Buah-buahan yang dicangkok seperti mangga, sirsak, kelengkeng, rambutan pun juga ada. Semuanya harganya ditanggung lebih murah dibandingkan jika dibeli di Malang atau kota lainnya. Sangat cocok buat yang hobi koleksi bunga,buah dan tanaman deh.
Di belakang pasar itu ada kebun bunga dan tamanan itu. Kami sempat berfoto disana karena latar belakang pemandangannya bagus sebab tampak pegunungan di kejauhan. Meski agak berkabut karena habis gerimis.
Kami sempat membawa pulang 3 pohon bunga sepatu 3 warna, dan 5 tanaman hijau yang bercorak batik. Entah apa namanya. Dan semuanya cuma dihargai 35 ribu perak. Ga rugi deh jauh-jauh kesini bisa belanja bunga dan tanaman dengan harga murah. Ayo siapa suka tanaman, kalau jalan-jalan ke Batu jangan lupa mampir Sawah Bunga ya. hehehe
Dengan mengendarai mobilnya, kami bertiga berangkat ke Batu. Karena hari Sabtu jalanan dari kawasan jalan Sukarno Hatta Malang menuju Batu yang seharusnya dekat jadi terasa jauh karena kami mesti memutar mencari jalanan yang tidak macet. Mulai kampus Universitas Brawijaya , pasar Dinoyo hingga Tlogomas memang hampir tiap hari macet. Apalagi kalau hari libur karena banyak yang berwisata ke Malang.
Kami tak bisa berkendara terlalu cepat karena hujan deras mengguyur begitu memasuki kawasan Sengkaling (yang ada wisata airnya itu). Tapi kami tak berhenti, memilih melanjutkan perjalanan.
Sampai di kota Batu aku menyaksikan pemandangan yang berbeda. Alun-alun Batu yang dulu tampak biasa-biasa saja jadi tampak indah karena disulap menjadi taman bermain. Ada patung buah apel warna merah/hijau, wortel, patung sapi, kelinci dan sebagainya. Selain itu juga disediakan aneka mainan anak-anak jadi tampak ramai. Sayangnya saat itu gerimis jadi kami tak bisa duduk santai dan berfoto di sana.
Biasanya setiap ke Batu aku selalu mampir ke pusat PKL yang ada di dekat alun-alun itu. Ternyata sekarang sudah tak ada. Untungnya kedai Pusat susu Ganeca yang terkenal dari dulu kala menjual susu murni dengan anekarasa buah (leci, anggur, strawberry dan lain-lain) dan yogurt serta jajanan masih ada. Kami mampir ke sana membeli susu segar rasa anggur dalam botol kecil seharga 2500 perak/botol.
Karena lapar kami tengak tengok cari warung. Kami pikir pasti para penjual makanan yang biasa jualan disitu pasti pindahnya tak jauh dari tempat itu. Benar di belakang kedai susu ganeca ada sebuah warung. Warung itu menjual makanan yang kami inginkan. Jadi para pedagang kaki lima bergabung jadi satu membuka satu warung itu. Ada gado-gado pak Tompo, Cuimi dan pangsit ayam serta tahu telur. Kami memilih membeli 2 piring gado-gado dan cuimi 1 mangkok. Rasanya masih seenak dulu. Dan tahu aku mesti bayar berapa untuk 3 menu itu,hanya 15 ribu perak. Murah kan. Coba ga hujan , aku pingin minum es campur. Es campur di Batu ini uenak. Ada yang jual es campur ini di depan warung gado-gado itu. Tapi kali ini aku memilih absen ga beli dulu.
Sebelum melanjutkan perjalanan kami lihat ada seorang bapak tua bertopi kopiah menjual kripik kentang di depan kedai susu ganeca. Dia membuka satu plastik kripikkentang agar kami bisa mencobanya. Rasanya gurih. Kami sempat membeli 5 bungkus. 1 bungkusnya seharga 10 ribu perak. Terus terang kami salut dengan pak penjual keripik kentang ini. Meski sudah berusia lanjut sekitar 70 an tapi masih mencari nafkah sendiri. “Dimana dan gimana sih anak-anaknya,” keluh teman-temanku.
Usai dari alun-alun Batu kami meneruskan perjalanan ke Sawah Bunga. Kukira temanku, Indah yang mengajak kami tahu lokasinya, ternyata tidak tahu. Ia cuma tahu info dari sepupunya kalau lokasinya sebelum kawasan Selekta. Dari Batu kami melewati jalan Bukit Berbunga, terus lewat hotel Purnama Batu yang terkenal sejak lama itu. Tapi belum ada tampak tanda-tanda tulisan Sawah Bunga.
Sesudah melewati masjid besar berwarna biru di kiri jalan, Kami lihat ada plang tulisan Desa Bunga tapi kami ragu. Kami bertanya pada orang yang berteduh di pos ojek di ujung gang itu . “Maaf pak, kalau sawah bunga itu mana ya?”. Dia bingung menjawabnya tapi kemudian menyuruh kami berbelok kekiri atau masuk gang itu. Kami nekat masuk kesana. Tapi yang kami lewati perkampungan padat penduduk. Ada seorang cewek membawa semangkuk mi yang lewat di pinggir jalan langsung kami tanyai. Ia menyuruh kami terus saja. Kami pun terus mengikuti jalanan itu. Dalam bayanganku sebuah tempat rekreasi penuh bunga, ada tempat makannya. Makanya kami tengak tengok. Yang kami lihat memang banyak rumah dengan kebun bunganya.
Bahkan kami melewati sungai yang mengalir deras airnya. Hm ingin rasanya turun kesana.hehehe.
Kami lihat disisi kiri ada sebuah rumah makan yang menawarkan kolam pancing ikan dengan menulis harganya perkilo untuk gurami, nila, patin dan sebagainya. Tapi kok ga ada bunganya. Kami pun terus saja. Ada pasar bunga di kiri jalan tapi tidak kami gubris. Semakin masuk kedalam kami malah ketemu perkaampungan penduduk lagi. Daripada semakin jauh tersesat dalam desa, kami berhenti dan bertganya pada seorang bapak bersepeda motor yang berhenti di depan toko untuk menanyakan sawah bunga. “Lho sudah kelewat,mbak. Itu tadi yang banyak tanamannya. Pasar bunga di kiri jalan,” jelasnya. Kami pun langsung berbalik arah. Ribet cari Sawah Bunga ternyata tak ada yang pasang plang Sawah Bunga.hehehe.
Kami berhenti di depan Pasar Bunga Sekar Mulyo. Sembari geli kami tanyakan soal Sawah Bunga ini. ” Sawah Bunga itu istilah yang biasa orang berikan pada desa Sidomulyo Batu. Karena sebagian besar penduduknya petani Bunga,” jelas salah satu ibu penjual bunga di sini. Kami cuma bisa tertawa. Jadi tak ada kebun wisata khusus penuh bunga yang dikelola oleh investor.
Di Pasar Bunga Sekar Mulyo Desa Sidomulyo Batu ini ada beberapa kios bunga yang berjajar. Kami bisa memilih anekaragam tanaman yang kami mau. Harganya sangat miring. “Lebih murah daripada di Dewi Sri,” komen temanku. Tanaman jeruk sambal yang biasanya dijual dengan harga 25 ribuan disini ditawarkan dengan harga 15 ribu perak dan masih bisa ditawar. Aneka bunga mawar, melati, sepatu, anggrek dan sebagainya bisa dibeli dengan harga murah. Tanaman dedaunan seperti jemani, sri rejeki, sri harto ada semuanya. Buah-buahan yang dicangkok seperti mangga, sirsak, kelengkeng, rambutan pun juga ada. Semuanya harganya ditanggung lebih murah dibandingkan jika dibeli di Malang atau kota lainnya. Sangat cocok buat yang hobi koleksi bunga,buah dan tanaman deh.
Di belakang pasar itu ada kebun bunga dan tamanan itu. Kami sempat berfoto disana karena latar belakang pemandangannya bagus sebab tampak pegunungan di kejauhan. Meski agak berkabut karena habis gerimis.
Kami sempat membawa pulang 3 pohon bunga sepatu 3 warna, dan 5 tanaman hijau yang bercorak batik. Entah apa namanya. Dan semuanya cuma dihargai 35 ribu perak. Ga rugi deh jauh-jauh kesini bisa belanja bunga dan tanaman dengan harga murah. Ayo siapa suka tanaman, kalau jalan-jalan ke Batu jangan lupa mampir Sawah Bunga ya. hehehe
Nostalgia Kusumasari
Rumah makan Kusumasari bisa dibilang jadi favoritku dan kawan-kawanku semasa kuliah di Solo. Makanya jika kami ngobrol mengenai Solo pasti tak jauh-jauh dari ngobrolin Kusumasari. Kami dulu biasa memilih tempat itu jika ada yang pesta ultah atau wisuda. Tempat ini juga selalu kupamerkan dan untuk menjamu saudara dan kawan-kawanku yang datang menjengukku saat kost di Solo. Makanya begitu aku bilang kusumasari semua langung komen "pengin".hehehe.
Resto Kusumasari yang lama berada diujung perempatan jalan antara jalan Slamet Riyadi dan YOS Sudarso Solo telah berdiri sejak bertahun-tahun yang lalu. Pendirinya namanya Bu Menggung. Kini beliau telah tiada dan usahanya diteruskan oleh anak-anaknya.
Seminggu yang aku mampir ke Solo selama beberapa jam sebelum melanjutkan perjalanan ke Yogyakarta. Waktu itu aku mesti menemui salah satu relasi kantor yang berada di jalan Slamet Riyadi tetapi karena yang ditunggu belum datang, aku pamit jalan-jalan sebentar. Tujuanku memang ke Kusumasari yang hanya berjarak sekitar 500 meter dari kantor itu.
Begitu masuk ke dalam resto Kusumasari suasananya tak jauh berbeda dari jaman dulu. Pegawai berseragam hijau tampak santai di dekat dapur resto. Tegel lantainya masih coklat kemerahan. Meja kursi sama. Tak terlalu terang pencahayaanya, pakai kaca riben, jadi kita bisa makan sembari nonton orang lewat tapi mereka tak bisa melihat kita.
Aku duduk dan membaca berbagai menu. Karena udah terlanjur janji ama sahabatku Ambar aku ga berani pilih menu yang mengenyangkan. Aku cuma memesan sop matahari, kroket mayonese dan colla float. Dari semua menu yang kupesan itu aku mesti membayar seharga 20 ribu perak. Hm masih ada yang harganya miring di Solo.
Sembari menunggu masakan siap disajikan kuperhatikan sekitar, beberapa pegawai kantor tampak duduk makan siang di sisi timur resto itu. Lalu pandanganku terpaku pada buku menu. Masih sama seperti yang dulu, ada sop matahari, sop galantine sop lapis, sop kusumasari. Semuanya enak kabeh seingatku. Saat disajikan ternyata memang sup matahari ini rasanya tetap seenak dulu. Perpaduan daging, wortel, telur yang dicacah yang dibentuk seperti bunga matahari dengan kuah bening. Wow mantap dan sedap. Kroket mayonesse benar-benar lezat. Masih sama seperti dulu. Berbahan kentang halus dengan bumbu tepat sehingga rasanya enak. Dimakan dengan mayonese lebih mantap lagi.
Colla floatnya juga segar, rasa sodanya lebih terasa dibanding susunya. Selain colla float, orange float, mereka juga punya menu minuman andalan berbagai jenis es cream seperti banana float, tutty fruty dan sebagainya. Sayang kemarin aku tak mencobanya jadi tak bisa memotret dan menunjukkan pada pembaca blog ini.Yang jelas es creamnya tak kalah dengan yang harganya mahal dan dijual di mall itu.
Keluar dari sana aku kembali ke kantor relasiku. Tak membutuhkan waktu lama untuk membereskan urusan kantor dan kemudian aku pulang. Sahabatku Ambar menelepon dan mengajakku bertemu. Ia ternyata membawaku ke Resto Kusumasari lagi. Tapi ini yang berada di jalan YOS SUdarso atau di belakang resto yang pertama. Kalau yang di kawasan Nonongan ini lebih baru dibandingkan yang di Slamet Riyadi. Tempatnya lebih luas, dan bagus. Makanya lebih ramai. Aku ga ngomong sama Ambar jika sebelumnya aku baru makan di Kusumasari satunya.Belum kenyang sih, lagian mumpung ada yang traktir di Solo.hahaha.
Kami memilih duduk di pinggir dekat kasir. Hm ramai sekali. Ada kolam ikan dengan gemericik air di dekat tangga. Sebenarnya aku pingin memotretnya. Tapi aku kok malu ya.hehehe. Ambar memintaku memilih menu yang kusuka. "Lumpia dan kroketnya masih enak,": katanya. Aku tersenyum karena dua jam sebelumnya sudah menyantap sebuah kroket. "Lumpia saja deh satu," pesenku. Wow lumpianya ternyata juga enak banget. Beda dengan lumpia semarang. Kulitnya lembut meski tak selembek kulit sosis solo. Isinya rebung taoge, dan cacahan ayam. Top markotop deh.
Untuk makanannya aku sengaja tak pesan sop lagi. Di Kusumasari yang paling terkenal memang steak murahnya. Ambar memesan steak lapis dan aku memesan selad paris. Sebenarnya ada beberapa jenis steak yang dijual yaitu steak galantine, chicken steak, sirloin steak, shrimp steak dan sebagainya. Dan untuk yang sejenis selat ada selat solo, selat paris, huzarensla dan sebagainya.
Seingatku Kusumasari memang yang menawarkan steak dengan harga kakilima pertamakali di Indonesia, Kalau sekarang warung steak kaki lima sudah banyak di kota-kota besar. Di tempat ini pula aku pertama tahu makanan semacam chicken hotplate. Dulu mana orang tahu kalau ada makanan yang disajikan dalam pinggan panas. Kalau sekarang cari makanan yang disajikan dengan pinggan panas di foodcourt mall saja banyak.
Steak lapis yang dipesan Ambar sudah disajikan. Wow, ada wortel, kentang, buncis. Daging lapisnya sebenarnya mirip galantine tapi dua warna kayak lapis. Diguyur saus berbumbu yang uenak. Kurang pedas? tinggal tambah saus cabe. Selat Paris yang kupesan lebih menggoda lagi. Di piring selain diberi salad buah juga ada potongan telur rebus , galantin dan biji kapri serta diguyur saus. Hm nikmat sekali.
Kami menyantap makanan yang kami pesan sembari ngobrol dengan santai. Sesudah makanan tandas di meja, langsung minum. Aku minum es kopyor. Es kopyornya diberi sirup merah dan pakai air kelapa muda. Kopyornya beneran kelapa kopyor bukan kopyor sintetis yang terbuat dari agar-agar itu. Hm segar. Dan pasti kenyang. Sebelum pulang, Ambar yang membayar makanan minuman tersebut. 50 ribu perak melayang ke tangan kasir untuk 1 selad paris, 1 steak galantine, 1 kroket mayoinese, 2 lumpia, 1 es kopyor dan 1 teh hangat. Thanks mbar, traktirannya. Kapan bisa kesana lagi ya?
Resto Kusumasari yang lama berada diujung perempatan jalan antara jalan Slamet Riyadi dan YOS Sudarso Solo telah berdiri sejak bertahun-tahun yang lalu. Pendirinya namanya Bu Menggung. Kini beliau telah tiada dan usahanya diteruskan oleh anak-anaknya.
Seminggu yang aku mampir ke Solo selama beberapa jam sebelum melanjutkan perjalanan ke Yogyakarta. Waktu itu aku mesti menemui salah satu relasi kantor yang berada di jalan Slamet Riyadi tetapi karena yang ditunggu belum datang, aku pamit jalan-jalan sebentar. Tujuanku memang ke Kusumasari yang hanya berjarak sekitar 500 meter dari kantor itu.
Begitu masuk ke dalam resto Kusumasari suasananya tak jauh berbeda dari jaman dulu. Pegawai berseragam hijau tampak santai di dekat dapur resto. Tegel lantainya masih coklat kemerahan. Meja kursi sama. Tak terlalu terang pencahayaanya, pakai kaca riben, jadi kita bisa makan sembari nonton orang lewat tapi mereka tak bisa melihat kita.
Aku duduk dan membaca berbagai menu. Karena udah terlanjur janji ama sahabatku Ambar aku ga berani pilih menu yang mengenyangkan. Aku cuma memesan sop matahari, kroket mayonese dan colla float. Dari semua menu yang kupesan itu aku mesti membayar seharga 20 ribu perak. Hm masih ada yang harganya miring di Solo.
Sembari menunggu masakan siap disajikan kuperhatikan sekitar, beberapa pegawai kantor tampak duduk makan siang di sisi timur resto itu. Lalu pandanganku terpaku pada buku menu. Masih sama seperti yang dulu, ada sop matahari, sop galantine sop lapis, sop kusumasari. Semuanya enak kabeh seingatku. Saat disajikan ternyata memang sup matahari ini rasanya tetap seenak dulu. Perpaduan daging, wortel, telur yang dicacah yang dibentuk seperti bunga matahari dengan kuah bening. Wow mantap dan sedap. Kroket mayonesse benar-benar lezat. Masih sama seperti dulu. Berbahan kentang halus dengan bumbu tepat sehingga rasanya enak. Dimakan dengan mayonese lebih mantap lagi.
Colla floatnya juga segar, rasa sodanya lebih terasa dibanding susunya. Selain colla float, orange float, mereka juga punya menu minuman andalan berbagai jenis es cream seperti banana float, tutty fruty dan sebagainya. Sayang kemarin aku tak mencobanya jadi tak bisa memotret dan menunjukkan pada pembaca blog ini.Yang jelas es creamnya tak kalah dengan yang harganya mahal dan dijual di mall itu.
Keluar dari sana aku kembali ke kantor relasiku. Tak membutuhkan waktu lama untuk membereskan urusan kantor dan kemudian aku pulang. Sahabatku Ambar menelepon dan mengajakku bertemu. Ia ternyata membawaku ke Resto Kusumasari lagi. Tapi ini yang berada di jalan YOS SUdarso atau di belakang resto yang pertama. Kalau yang di kawasan Nonongan ini lebih baru dibandingkan yang di Slamet Riyadi. Tempatnya lebih luas, dan bagus. Makanya lebih ramai. Aku ga ngomong sama Ambar jika sebelumnya aku baru makan di Kusumasari satunya.Belum kenyang sih, lagian mumpung ada yang traktir di Solo.hahaha.
Kami memilih duduk di pinggir dekat kasir. Hm ramai sekali. Ada kolam ikan dengan gemericik air di dekat tangga. Sebenarnya aku pingin memotretnya. Tapi aku kok malu ya.hehehe. Ambar memintaku memilih menu yang kusuka. "Lumpia dan kroketnya masih enak,": katanya. Aku tersenyum karena dua jam sebelumnya sudah menyantap sebuah kroket. "Lumpia saja deh satu," pesenku. Wow lumpianya ternyata juga enak banget. Beda dengan lumpia semarang. Kulitnya lembut meski tak selembek kulit sosis solo. Isinya rebung taoge, dan cacahan ayam. Top markotop deh.
Untuk makanannya aku sengaja tak pesan sop lagi. Di Kusumasari yang paling terkenal memang steak murahnya. Ambar memesan steak lapis dan aku memesan selad paris. Sebenarnya ada beberapa jenis steak yang dijual yaitu steak galantine, chicken steak, sirloin steak, shrimp steak dan sebagainya. Dan untuk yang sejenis selat ada selat solo, selat paris, huzarensla dan sebagainya.
Seingatku Kusumasari memang yang menawarkan steak dengan harga kakilima pertamakali di Indonesia, Kalau sekarang warung steak kaki lima sudah banyak di kota-kota besar. Di tempat ini pula aku pertama tahu makanan semacam chicken hotplate. Dulu mana orang tahu kalau ada makanan yang disajikan dalam pinggan panas. Kalau sekarang cari makanan yang disajikan dengan pinggan panas di foodcourt mall saja banyak.
Steak lapis yang dipesan Ambar sudah disajikan. Wow, ada wortel, kentang, buncis. Daging lapisnya sebenarnya mirip galantine tapi dua warna kayak lapis. Diguyur saus berbumbu yang uenak. Kurang pedas? tinggal tambah saus cabe. Selat Paris yang kupesan lebih menggoda lagi. Di piring selain diberi salad buah juga ada potongan telur rebus , galantin dan biji kapri serta diguyur saus. Hm nikmat sekali.
Kami menyantap makanan yang kami pesan sembari ngobrol dengan santai. Sesudah makanan tandas di meja, langsung minum. Aku minum es kopyor. Es kopyornya diberi sirup merah dan pakai air kelapa muda. Kopyornya beneran kelapa kopyor bukan kopyor sintetis yang terbuat dari agar-agar itu. Hm segar. Dan pasti kenyang. Sebelum pulang, Ambar yang membayar makanan minuman tersebut. 50 ribu perak melayang ke tangan kasir untuk 1 selad paris, 1 steak galantine, 1 kroket mayoinese, 2 lumpia, 1 es kopyor dan 1 teh hangat. Thanks mbar, traktirannya. Kapan bisa kesana lagi ya?
Langganan:
Postingan (Atom)