Selasa, Desember 16, 2008

Tulung Agung


Kemarin siang salah seorang sahabat menelpon dan mengatakan bahwa ia habis makan siang. Menu yang dipamerkannya adalah ayam lodo. Katanya ayam lodoh yang dimakannya enak banget.Bikin kepingin saja. Ngomongin ayam lodo tak bisa dilepaskan dari kota Tulung Agung. Sebab ayam lodo memang salah satu makanan khas dari kota tersebut. Aku jadi ingat libur lebaran Idul Fitri lalu aku bersama 3 orang sohibku sempat menghabiskan waktu dengan jalan-jalan ke Tulung Agung. Kami berempat yang notabene cewek semua pingin pelesir ke daerah yang jarang kami kunjungi. Kebetulan semuanya terbiasa tinggal di kota besar, jadi bisa melihat pedesaan memang hiburan tersendiri. Di hari raya ketiga itu kami memutuskan berangkat pagi dari Kediri yang merupakan basecamp kami,dengan mengendarai mobil Avanza milik kakak salah satu dari kami. Sengaja kami memilih jalan berbeda antara berangkat dan pulang supaya melihat view yang berbeda. Yang jelas bisa melihat sawah nan hijau sudah bikin kami senang. Sepanjang perjalanan, acaranya diisi makan camilan sambil nyanyi ngikutin lagu2 yang diputar dari MP3 mobil.Memasuki kota Tulung Agung, perhatian kami langsung tertuju pada Kunjang atau Ngunjang. Ngunjang merupakan salah satu makam yang terkenal dan keramat di Tulung Agung. Biasanya bila orang bicara mengenai Ngunjang sering dihubung-hubungkan dengan mitos kera jadi-jadian yang terjadi karena orang mencari berkah. Sampai saat ini pun masih ada juga orang yang ngalab berkah di tempat ini. Suasana kota Tulung Agung hampir sama dengan kota-kota kecil lainnya di Jawa Timur. Tidak seramai kota Kediri meski letaknya tidak terlalu jauh. Tujuan kami ke Tulung Agung sebenarnya menemani teman ziarah ke makam leluhurnya. Lokasi makamnya sudah diluar kota Tulung Agung. Kami mesti memilih ke arah Ngunut dan naik lagi ke daerah Pucang laban.Dari Ngunut sampai daerah Demuk Pucanglaban ini kami mesti melewati daerah perbukitan, hutan yang naik turun. Yang jelas butuh ekstra hati-hati karena banyak jurang di kanan kiri. Untungnya kemampuan mengemudi temanku sudah tak diragukan lagi jadi kami bisa agak tenang.Sepanjang jalan kami sempat mengomentari beberapa rumah bagus yang berada di kanan kiri jalan.Ciri khasnya adalah memiliki tembok tegel berwarna warni. Kata teman itu merupakan ciri khas rumah TKI, BMI. Memang Tulung Agung terkena sebagai salah satu sentra TKI di jatim. Tapi apa hubungannya rumah bertegel dengan TKI sampai sekrang kami belum ketemu jawabannya. Saat hampir memasuki daerah yang dituju ternyata jembatannya diperbaiki jadi kami mesti mengambil arah memutar. Ini yang lebih mengerikan sebab jalannya makadam, alias setengah aspal. Jalannya mobil mesti pelan jika tidak ingin ban meletus. Untungnya meski sempat mesti tanya orang berkali-kali kami bisa sampai tempat tujuan. Sebenarnya makam yang kami kunjungi ini bukan makam umum. Sebab termasuk salah satu tempat keramat pula yaitu makam Ki Jayengkusumo, salah satu pendiri kota Tulung Agung beserta kerabatnya. Salah satu teman saya termasuk keturunan langsung dan kalau tidak salah masih terhitung canggahnya.Makam ini cukup terawat dengan baik. Suasananya mistis pula.Untuk memasuki lokasi itu mesti ijin dulu pada juru kuncinya yang juga merupakan saudara jauh temanku itu. Dari beliau pula kami sempat mendapat cerita panjang lebar tentang almarhumn Ki Jayeng dan silsilah keluarganya.Bisa dibilang Ki Jayeng ini juga termasuk salah satu pahlawan. Sebab dia ikut berperang melawan penjajah dan Ia pula yang membuka hutan dan menjadi daerah Demuk ini.(Istilah Demuk berarti Demit Ngamuk).Sampai sekarang makam ini masih sering dikunjungi orang. Tapi diberlakukan jam berkunjung hingga pukul 9 malam supaya tidak digunakan orang tanpa ijin.Pulang dari tempat ini sebenarnya kami ingin plesir ke pantai popoh atau waduk wonorejo yang jadi andalan tulung agung tapi sayangnya cuaca tidak mendukung. Akhirnya memilih pulang saja tapi sebelumnya kami sempatkan untuk mampir membeli beberapa perlengkapan rumah macam keset ,sapu di sentra home industri yang berada di antara Ngunut dan Tulung Agung.Kalau ga pintar menawar harganya bisa lebih mahal dibanding beli di pasar Surabaya. Selanjutnya kami juga mampir makan ayam lodo di warung makan ayam lodo yang terlihat ramai milik bu haji siapa gitu.Dalam bayanganku ayam lodo pasti berwarna kuning seperti opor tapi ternyata berbeda. Yang namanya ayam lodo itu ternyata warnanya malah agak kecoklatan. Meski jenis ayam kampung tapi lunak banget.Dan uenak banget. Biasanya rasanya ga pedas.Bagi yang suka pedas tinggal menghancurkan rebusan cabe yang sudah tersedia bareng ayam lodo. Biasanya ayam lodo ini disajikan bareng nasi, urap dan sambalgoreng kentang hati. Tapi terus terang hanya ayam lodonya saja yang lezat.Sesudahnya kami sempat mampir membeli oleh-oleh lagi. Temanku membelikan kakaknya tahu lontong. Aku sempat bingung kalau cuma tahu lontong di kediri juga banyak. Ternyata beda. Kami sempat bingung dan putar-putar cari tempat penjual tahu lontong yang terkenal di Tulung agung. Seingat temanku berada di dekat setasiun tulung agung. Saat kami datangi memang ada banyak berjejer penjual mi,sop dan hanya ada satu penjual tahu lontong. temanku agak ragu sebab seingatnya penjualnya sudah tua tapi sekarang perempuan masih setengah baya. tetapi saat bertanya pada sesama pembeli ternyata memang benar itu.jangan bayangin tahu lontongnya macam tahu tek surabaya yang banyak bumbu petisnya atau tahu lontong kediri yang rasa petis dan kecapnya terasa. Tahu lontong Tulung Agung itu cuma terdiri dari tahu digoreng kecil-kecil. Bumbunya hanya cabe dan kecap doang sedangkan kacangnya hanya untuk taburan. Rasanya menurut aku sih biasa saja,bikin sendiri juga bisa. hehehe maaf ya orang Tulung Agung.Kami sempat pula membeli oleh-oleh khas Tulung Agung di dekat setasiun pula. Di kota ini ternyata rambak sapi dan rambak kerbau yang biasa dibawa untuk buah tangan. Rasanya lumayan enak dan tidak terlalu mahal. Cocok buat oleh-oleh.Bagaimanapun Tulung Agung memang layak dikunjungi

4 komentar:

Bintang Kecil mengatakan...

Kalo lodho yg plg beken di Lodho pak Yusuf yun, arah nggalek, yummy... Ada juga sate kambing yg luezat namanya Bunga Desa, dpn graha Liiur. Kl tahu yg pk petis banyak tuh tahu tek2 khas lamongan..kl yg di daerah kdr & sekitarnya tahu bumbunya emang cenderung lbh encer, gk pk petis, pk taburan kacang.. Kl di kdr yg laris di jl aries motor ke barat sktr 100m, utara jalan, jualnya mlm hari.. coba deh..

Yuni Rachmi mengatakan...

Thanks komen dan infonya. Bisa dicoba nih

Anonim mengatakan...

coba sampean makan tahulontong plandaan depan dealer mobil susuki sebelah doplangan sepor tapi yang punya penakit jantung dilarang mampir,penasaran coba aja sendiri

Yuni Rachmi mengatakan...

@anonim : thanks infonya. wow pasti antik ini. hehehe. jadi pingin tau deh.