Selasa, Desember 09, 2008

banjir o banjir

Dalam perjalanan kereta api dari jakarta ke surabaya tadi, aku mendapat teman duduk seorang ibu bersama seorang anak laki2-lakinya. Perempuan itu baru naik di setasiun bojonegoro dan duduk menggantikan cewek teman dudukku dari jakarta yang memang turun di bojonegoro. Awalnya aku cuek waktu dia duduk di sampingku. Tapi entah kenapa aku lihat sepertinya orangnya baik maka kuputuskan mengajaknya mengobrol. Dari obrolan basabasi seputar asal rumah dan tujuan kami jadi bercerita kesana kemari. Salah satu topik yang membuatku tertarik adalah masalah banjir. Aku ingat setahun yang lalu memang di bojonegoro dilanda banjir yang cukup hebat. Tentunya bu Aisiyah pun juga ikut sebagai korbannya.Wanita berusia 39 tahun ini tinggal di kawasan kauman Bojonegoro yang termasuk salah satu lokasi terberat terkena banjir. Ia mengisahkan baru pertama kalinya ia melihat banjir yang sedemikian mengerikannya. Semenjak menikah dengan suaminya M.Showab, perempuan asal Tuban ini sudah tinggal di Bojonegoro.Selama sepuluh tahun ini memang di bojonegoro sering dilanda banjir tapi kejadian di bulan desember 2007 merupakan yang terparah. Aisiyah mengisahkan malam itu saat air sudah mulai menggenangi rumahnya ia buru-buru menyelamatkan barang barangnya. Berhubung suaminya adalah pengurus mushola dekat rumahnya, mereka pun juga membereskan karpet2 di mushola. Banjir yang cukup tinggi membuat semua mesti mengungsi. Kedua anaknya safira dan zizin lebih dulu diselamatkan tetangganya, seorang perempuan yang berani berenang mendorong anaknya sendiri bersama kedua anak aisiyah dengan perahu dari gedebok pisang. Saat sedang membereskan mushola listrik padam. airpun makin tinggi. Aisiyah dan suaminya panik. Showab langsung adzan. Saat ditanya aisiyah kenapa adzan, kata suaminya jika mereka mesti pergi untuk selamanya maka sudah dalam keadaan adzan. Hidup mereka seperti merenggang maut. Mereka ingat bencana tsunami di aceh. Untungnya showab bisa berenang, dengan berenang ia mendorong aisiyah yang masuk ke dalam ember hitam yang biasa digunakan untuk mencuci baju.Dengan susah payah mereka berenang hingga menuju masjid yang merupakan tempat pengungsian. Saat itu mereka sama sekali tak ingat anaknya, bagaimana tidak hampir dua jam mereka berenang. Padahal lokasinya dekat antara rumahnya dan masjid besar bojonegoro. Begitu bisa bertemu anak-anak dan tetangganya ia merasa lega. Selama sebulan mereka mesti berada di tempat penampungan. Rumah mereka terendam air hingga 3 m hingga hanya kelihatan sedikit atapnya. Selama sebulan itu ia lebih banyak puasa.Bantuan makanan tidak bisa diandalkan. Kalaupun ia mengantri jatah mi rebus lebih sering diberikannya pada nenek-nenek jompo tetangganya. Baju yang ada hanya dipakai saat mengungsi. Untung aisiyah mendapat bantuan sebuah daster hingga bisa digunakannya saat sholat.Seminggu di penampungan, anak-anaknya diungsikan dengan perahu boat ke tempat neneknya di Tuban. Jika Aisiyah egois ia bisa ikut mengungsi. Tapi ia tidak tega meninggalkan tetangga-tetangganya yang juga masih mengungsi di masjid. jadi ia tetap sebulan di tempat pengungsian. Sesudah banjir surut, ia kembali melihat rumahnya. Apa yang terjadi, dalam rumahnya hancur berantakan.Semua peralatan rumah tangganya hanyut entah kemana. Baju-baju yang ada dilemari kotor tak karuan. Dengan dibantu keluarganya ia membersihkan lumpur yang tertinggal di dalam rumah hingga menghabiskan uang jutaan. Walaupun begitu rumah itu tetap belum bisa ditempati dan sekarang ia tinggal di rumah kakaknya yang berada di dekat rumahnya yang lama. Aisiyah seperti memulai keluarga baru, sebab semuanya serba baru. Tapi ia masih merasa beruntung sebab setiap bulan ia masih bisa mengandalkan gaji pegawai yang diterima suaminya sebagai guru. Ia pu n masih bisa meneruskan usahanya berjualan baju di pasar. Anak-anaknya bisa bersekolah seperti biasa. Sedangkan tetangganya yang lain banyak yang masih menderita berkepanjangan hingga sekarang. Sehabis bencana banjir akhir tahun 2007, sepanjang tahun 2008 ini sudah 7 kali bojonegoro banjir lagi meski tak sehebat bencana saat itu. Doa mereka hanya semoga takkan ada lagi bencana seperti itu lagi. Hingga mereka bisa hidup damai dan tentram

Tidak ada komentar: