Selasa, Desember 09, 2008
tradisi haji
Mendengar istilah lebaran haji, semua orang tentu sudah tidak asing. Di madura, perayaan lebaran haji lebih meriah dibandingkan idul fitri. Para perantauan asal madura malah memilih mudik saat lebaran haji tiba. Bicara mengenai lebaran haji aku jadi ingat ibu aisiyah, teman dudukku di kereta api gumarang tadi. Ia bercerita salah satu kakak ipar dan suaminya berangkat haji tahun ini. Mereka sudah berangkat tanggal 8 November lalu jadi sekitar tanggal 12 ini mereka sudah pulang dari haji. Seperti umumnya kebiasaan di bojonegoro, kemarin sebelum kakanya berangkat haji, berbagai kegiatan sudah direncanakan. Selama tiga minggu sebelum berangkat mereka mesti menyiapkan makanan untuk orang-orang yang datang ke rumahnya. Tak hanya tetangga kanan kiri rumah tapi juga dari berbagai pelosok tempat. Jadi mereka seperti orang punya gawe tiap hari. Yang paling besar adalah 3 hari sebelum keberangkatan, makanan dan tamunya bisa lebih banyak lagi. Yang berhaji bisa sampai kelelahan menerima tamu. Selama mereka di tanah suci. tiap hari keluarganya mesti menyediakan makan untuk beberapa orang sebagai ganti makan mereka di sana. Setiap malam jumat juga ada acara selamatan kirim doa yang mesti menyiapkan makanan ayam ingkung beberapa biji. Istilahnya sedekah wajib untuk orang haji di bojonegoro. Nanti jika mereka datang mereka harus sediakan pula makanan berikut oleh-oleh bagi semua yang datang ke rumahnya. Orang-orang masih berkeyakinan orang yang baru datang haji doanya makbul sehingga mereka mesti mengunjuginya dan berharap selain bisa dapat berkah juga dapat oleh 2. Lebih dari 300 bingkisan mesti disiapkan keluarganya saat kakak aisiyah pulang. Aisiyah pergi ke surabaya kali ini pun dalam rangka membeli bingkisan tersebut. Biasanya untuk tamu-tamu jauh diberikan kerudung dan kurma sedang tetangga dekat mendapat bagian sajadah dan kurma. Air zam-zam pun mesti dibeli dari ampel sebab persedian dari makah tidak mungkin mencukupi untuk orang sebanyak itu. Yang jelas selama berminggu-minggu sesudah mereka pulang haji tetap harus menyediakan makan dan bingkisan. Tradisi bahwa orang yang berangkat haji dipandang mampu jika mesti merogoh kocek besar lagi hanya untuk memberi makan dan hadiah untuk semua orang sekampung. Tradisi seperti ini sudah banyak ditinggalkan orang-orang yang tinggal di kota besar. Bagaimana tidak biayanya sangat besar mungkin melebihi biaya haji yang hanya sekitar 35 juta.Bukankah biayanya bisa dialihkan untuk menghajikan orang yang belum mampu. Tapi sekali lagi yang namanya adat sulit untuk ditinggalkan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar