Senin, Maret 08, 2010
Dago Pakar
Rasanya senang banget bisa melihat kantor lagi sesudah 12 hari jalan-jalan dari kota ke kota. Baru tadi pagi aku turun dari kereta api Turangga yang membawaku dari Bandung kembali ke Surabaya. Meski capek tapi senang bisa ketemu teman-teman di kantor lagi, dan makan siang rame-rame. Selama di luarkota kemarin cukup banyak cerita dan pengalaman yang kudapat. Salah satu pengalaman yang menyenangkan adalah saat bisa ke Bandung bersama teman-teman. Kebetulan hari Minggu (7/3) kemarin aku mendapat tugas liputan ke Lembang. Dua orang teman dari Jakarta melakukan gerakan bolos bersama di hari Sabtu dan ikut denganku ke Bandung. Kami berangkat naik kereta api Parahyangan pukul 8.30. Selama perjalanan di kereta jadi tidak membosankan karena ada teman ngobrol. Kami baru sampai di setasiun kebun kawung pukul 12.30 yang berarti telat hampir 1 jam dari jadwal yang sebenarnya. Setelah sempat beristirahat sebentar di penginapan, kami memutuskan makan siang di warung Ampera jl. Kebon Kawung. Sebenarnya kami merencanakan hendak ke Situpatenggang/Ciwidey tetapi karena cuaca mendung dan mendengar ada berita gempa dan tanah longsor di dekat sana maka kami batalkan. Sebagai alternatif kami pilih ke Dago. Maka begitu makan siang selesai kamipun mencari kendaraan menuju Dago. Kami naik angkot jurusan Cisitu dengan harapan bisa turun dekat perempatan/perlimaan Dago tetapi karena keasyikan ngobrol, bisa kebablasan hingga poolnya di kawasan perumahan Cisitu Indah. Hehehe jadi ngakak bareng. Tak apa dapat pengalaman lewat ITB dan Kebun Binatang Bandung yang telah lama sekali tak kulewati. Sesudah barik arah ke jalan Juanda, kami naik taxi menuju kawasan Dago. Saat kami menyebut The View pada supir taxinya, ia mengatakan tak tahu. Salah seorang temanku, Ari yang pernah lama kuliah di Bandung yang jadi navigator sebab dialah yang terus menerus tanya pada teman-temannya arah ke kawasan Dago Pakar. Akhirnya sang supir bisa diajak kerjasama dan mengantarkan kami menuju The View. Tujuan kami sebenarnya cuma satu yaitu pingin melihat seperti apa cafe-cafe yang selama ini ramai dibicarakan orang. Meski jalanan menuju kawasan Dago Pakar sempit dan macet tapi kami coba bersabar dan menikmatinya dengan santai. Sesudah melewati jalanan yang menanjak akhirnya kami sampai pula di sana. Kami melewati berbagai cafe yang cukup ngetop seperti Valley, Cafe Selasar, Capugatti, dan The View. Tetapi ternyata sebagian masih sepi. Menurut informasi ternyata cafe-cafe itu baru ramai di waktu malam. Selanjutnya kami memilih jalan terus mengitari kawasan Dago Pakar. Sebenarnya ingin juga melihat secara dekat hutan Dago Pakar tetapi karena cuaca buruk kami batalkan. Kami pun singgah ke salah satu tempat yang menurutku sangat eksotis. Namanya Lisung. Lisung resto ini terlihat antik karena pintu gerbangnya menggunakan kayu kuno. Bangunannya pun berkonsep etnik alias terbuat dari kayu-kayu. Benar-benar unik tapi bagus sekali. Kursi dan mejanya pun juga menggunakan bahan kayu. Menu yang disediakan pun mulai dari teh, kopi, juice hingga beragam makanan dari Indonesia hingga barat/Western. Karena resto ini sudah buka dari jam 11 siang hingga 11 malam maka di sore hari sudah banyak dikunjungi orang. Para tamu bisa duduk-duduk sembari memandangi keindangan kota Bandung dari atas bukit Dago. Benar-benar indah sekali. Coba bisa datang kesini di waktu malam tentu akan lebih menyenangkan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar