Mengunjungi kota yang belum pernah kudatangi memang tantangan tersendiri. Akhir Januari lalu aku dapat undangan dari seorang relasi ke kota Tegal.Tentunya kesempatan ini tak kusia-siakan. Selama ini hampir tiap bulan aku lewat kota Tegal dalam perjalanan kereta api dari Surabaya ke Jakarta pp. Tapi mampir di kota ini belum pernah.
Akupun langsung cari informasi bagaimana caranya dari Surabaya ke Tegal. Sebenarnya banyak bis dari Surabaya ke Jakarta/Bandung/Cirebon yang lewat kota Tegal tapi selalu berhenti tengah malam di kota itu. Sedangkan terminal bis menurut kabar terletak di pinggiran kota. Wow mana berani. Lalu kucoba cari info soal kereta api. Meski sebagian besar kereta api jurusan Surabaya Jakarta lewat Tegal tapi ternyata untuk KA eksekutif hanya KA Gumarang yang mau berhenti di stasiun Tegal. Itupun berangkat dari stasiun pasar Turi pukul 07.00 sampai di st. Tegal jam 00.30 menurut jadwalnya. Akhirnya kuputuskan beli tiket KA Gumarang dengan harga Rp. 235.000,00. Pertimbanganku stasiun pasti lebih dekat dengan kota dan lebih mudah cari penginapan.
Beruntung relasiku di Tegal berjanji bakal menjemputku nantinya di stasiun Tegal. Jadi aku agak lega. Tanggal 28/1 aku berangkat ke Tegal naik KA Gumarang. Sepanjang perjalanan aku takut tertidur, khawatir kalau kebablasan kan repot.hehehe. Padahal kan pasti dibangunkan ama kru KA. Ketika KA sudah melewati stasiun Pemalang aku sms relasiku agar dijemput di stasiun. Ternyata saat KA berhenti di stasiun Tegal, yang menjemput masih di rumah. Jadi aku mesti menunggu di depan stasiun.
Sure,agak takut juga berdiri di depan stasiun jam 1 malam. Di luar stasiun memang banyak tukang-tukang becak dan ojek. Mereka sempat menawariku untuk naik becak. Tapi begitu dengar aku telpon dan disuruh menunggu, mereka menyingkir. Aku berdiri di halaman stasiun sambil terus menerus berdoa. Takut juga, di daerah asing, tengah malam lagi. Kudengar obrolan para tukang becak dengan aksen medok bahasa Tegal. Hm masih bisa kumengerti karena tak terlalu beda, logat jawa. Kalau khas banyumasan aku udah bingung.
Setelah sekitar setengah jam menunggu, akhirnya temanku itu datang dan aku membonceng motornya menyusuri jalanan kota Tegal. Sebelumnya aku sudah minta tolong padanya untuk pesankan hotel untukku. Yang seharga sekitar 200 ribuan saja. Tapi ternyata ia malah pesankan hotel Karlita Internasional. Hotel Karlita Internasional adalah hotel bintang 3. Tentu masuk jajaran hotel mahal di kota ini. Ternyata tarifnya semalam ada yang Rp. 329.000,-. Ya udah ga apa-apa. Sebab belakangan aku baru tahu kalau dapat free hotel dari panitia acara. Terimakasih kawan-kawan.
Hotel Karlita International yang berada di Tegal memiliki kamar yang bagus. Lumayan bisa tidur pulas. Dari jendela kamar hotel bisa lihat kolam renang dari kejauhan. Sayangnya aku tak bawa baju renang. Jadi lewatkan kesempatan berenang gratis di tempat yang bagus. Menyesal banget.hiks hiks. Setelah sempat istirahat selama 4 jam. Aku mesti bersiap untuk ke acara. Tapi sebelumnya aku sempatin diri ambil jatah bresk fast di hotel. Menu makanannya beragam. Sayangnya lidahku kurang cocok.
Belum lagi lama duduk di ruang makan, relasiku udah menjemput. Akhirnya aku langsung beranjak dan menuju Pantai Alam Indah dimana acara gathering doglover Tegal berlangsung. Meski masih belum jam 7 pagi ternyata Pantai Alam Indah sudah ramai. Aku tak mengira Tegal punya pantai sebagus ini. Besuk kutulis sendiri soal pantai alam indah ini. Ramai-ramai di Pantai Alam Indah hingga pukul 9 pagi. Aku diajak ke tempat salah satu teman. Di sana aku dijemput lagi untuk diajak makan ramai-ramai di warung khas Tegal, warung Pian. Hidangan makanan khas Tegal dihidangkan. Entar kutulis sendiri soal warung Pian ini.
Usai dari warung Pian, kami sempat memutar kota Tegal. Melewati taman depan stasiun yang ada patung poci. Tegal memang terkenal sebagai kota teh poci. Mereka bilang ngeteh sama dengan moci. Minum teh sepertinya tradisi kota ini. Apalagi beberapa pabrik teh memang berdiri di kota ini seperti teh poci, teh tongji dan sebagainya. Makanya jika bilang berjalan-jalan di kota Tegal sepanjang jalan berjejer baliho teh warna kuning kehijauan itu. Warung-warung makannya pun memasang plang namanya dengan bantuan papan teh pochi atau tongji. Kota Poci atau Tongji ya.hehehe
Setelah kerjaan beres aku balik ke hotel. Karena udah jauh-jauh di Tegal masak aku cuma bengong di kamar. Makanya aku nekat jalan sendiri mutari kota Tegal. Kata teman, mall terbesar disana Pasific Mall. Kata pegawai hotel, jika naik becak dari depan hotel ke pasific pasti dipatok harga paling murah 15 ribu perak. Ternyata benar. Karena tak tahu orientasi maka aku manut saja naik becak ke Pasific Mall dengan harga 15 ribu perak. Ternyata ga terlalu jauh. Sepanjang jalannya sepi. Tapi pas di dalam mallnya jelas ramai.
Di Pasific Mall ada pusat perbelanjaan Sri ratu. Wow jadi ingat Kediri. Tapi jangan harap aku mau belanja disini. Kurang kerjaan, berat-beratin bawaan aja. Aku naik hingga ke lantai atas atau foodcourtnya. Wah kok makanannya tak ada yang khas Tegal. Tempatnya juga kurang menarik, makanya aku balik ke lantai dasar. Banyak stan teh tongji. Aku masuk saja ke stan teh tong dji yang ada di dekat supermarket.
Beli teh tong dji sepoci ama tahu yang dikasih bumbu mendoan. Aku berharap tehnya disajikan pakai pochi tanah liat colat itu ternyata malah ditaruh di pochi warna biru dari keramik. Agak kecewa. Pochi dan 2 cangkir disajikan bersama gula batu. Diminum panas-panas. Tehnya jelas nasgitel. Panas manis kentel. Yang membedakan tentu gula batunya itu. Tahunya diberi bumbu mendoan. Aneh menurut lidahku. Agak asin. Cocok bumbunya untuk tempe mendoan tapi kalau untuk tahu kok ga cocok di lidahku.
Keluar dari mall, aku berjalan-jalan di sekitar situ. Ketemu warung makan nasi Tegal. Ada soto tegal di menunya. Jadi pingin coba. Selama ini kalau kebetulan aku tugas di Jakarta, aku berusaha menghindari makan di warung Tegal. Lidahku lebih cocok dengan warung Semarang atau Sunda. Kalau gak ya warung nasi padang. Tapi karena di Tegal aku harus coba berbagai makanan khas Tegal seperti soto, sate, nasi lengko. Dan Ternyata memang lidah tak bisa bohong. Beragam makanan itu tak cocok dengan seleraku. Soto yang disajikan dengan tauco itu terasa asing di lidahku. Kayak sayur asem rasanya. Perpaduan suwiran ayam, taoge, suun dan sambel dengan kuah soto benar-benar tak bisa kunikmati. Maaf ya orang Tegal.
Dari situ aku naik becak kembali ke hotel. Jika berangkat dipatok harga 15 ribu, baliknya cuma 7 ribu perak. Walah separonya. Sempat lewat depan jalan Sawo. Menurut info di jalan Sawo ada sate blenggong atau itik yang terkenal itu. Berhubung kenyang aku tak mampir kesana. Sayang sekali ya. Malamnya aku sempat makan sate ayam. Nanti kutulis ceritanya sendiri deh. Lalu sempat jalan sampai ke pasar sore Tegal. Banyak penjual sate di sana. Sepertinya sate kambing yang lebih ngetop di Tegal tapi aku tak berani makan. Bahaya tensi tinggi. Tanpa beli apapun, aku kemudian pilih balik ke hotel untuk tidur pulas.
Paginya sebelum cabut dari Tegal, aku sempat sarapan di hotel. Lagi-lagi tak seberapa cocok. Aku lebih menikmati minum segelas teh dan omelet. Mantap itu.hahaha. Aku nekat jalan-jalan untuk cari oleh-oleh. Meski tak tahu arah aku nekat sampai Pasar Pagi kota Tegal. Naik angkot dan becak. Sempat lewat masjid kota Tegal juga. Rasanya kotanya tenang. Mungkin keramaian hanya di jalanan bis pantura. Kalau dalam kota santai. Aku menikmatinya sampai pasar pagi Tegal.
Di pintu masuk pasar pagi Tegal, aku tanya satpam, dimana tempat toko oleh-oleh. Katanya tak ada di pasar pagi ini tapi di tempat lain. Kalau cuma cari jajan ada di dalam pasar. Aku menerobos masuk dalam pasar tradisional itu. Ada penjual telur bebek khas Brebes. Hm aku tak beli. Aku pikir ada penjual jajanan semacam kue nopia di Purwokerto ternyata kagak ada. Dan tahu apa yang akhirnya kubeli dari pasar pagi Tegal? Tahu Aci. Tahu aci itu tahu goreng yang ada kupingnya. Rasanya gurih. Beli 2000 perak dapat 8 biji. Hm lumayan juga.
Keluar dari pasar, pandanganku tertuju di warung makan depan pasar. Aku pesan nasi gombyang. Yang ini malah cocok. Seperti apa nasi gombyang besuk kuceritakan sendiri. Sempat beli oleh-oleh kecap manis dan asin khas Tegal. Mau beli pochi satu set harganya Rp.37.500,00. Tapi aku takut pecah dalam perjalanan. Ya udah batal. Sempat mampir warung makan satu lagi beli ikan asin. Ya udah cuma itu aja untuk oleh-oleh teman-teman di Jakarta.
Balik hotel dan aku siap-siap tunggu travel ke Bandung. Dari Tegal ke Bandung ada travel dengan tarif 80 ribu perak. Berangkat jam 9 pagi dan 9 malam dari Tegal. Nama travelnya Fortuna. Tapi jika mau yang lain, bisa pesan Cipaganti. Tapi untuk yang Cipaganti berangkatnya dari Semarang meski juga lewat Tegal. Yang penting bisa berangkat pagi. Kalau mesti ke terminal bis agak jauh. Kalau mau naik KA Harina dari Semarang ke Bandung mesti siap di stasiun Tegal jam 11 malam lagi. Enakan naik travel pagi, sore udah sampai Bandung. Wuissss. Tunggu, cerita soal tempat-tempat makan di kota Tegal di tulisan selanjutnya ya.
Senin, Februari 13, 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
3 komentar:
Salam kenal. Ini dengan Ambar Depok. Dari hotel Karlita ke stasiun kereta api Tegal berapa jauh? Bisa jalan kaki? Tx
bisa jalan kaki, tapi melelahkan :)
mending naik becak, ojek atau taksi
Lain kali nginap nya di HOTEL SUSANA BARU saja, lebih dekat kemana-mana, bersih dan hotel keluarga.
Posting Komentar