Rabu, Desember 15, 2010

Welcome @ Makassar



Sudah sejak bertahun-tahun yang lalu aku terobsesi bisa jalan-jalan ke Makassar. Kebetulan beberapa teman baikku tinggal di kota ini.  Tetapi sepertinya sulit banget kesampaian. Sampai akhirnya dengan penuh tekat dan setengah memaksa, akhirnya aku dapat acc juga dari kantor untuk berangkat ke Makassar. Kebetulan tanggal 11-12 Desember lalu memang ada even di sana. Jadi bisa tugas sembari jalan-jalan. Karena sebagian temanku yang tinggal disana udah balik ke Jawa maka aku hanya bisa mengandalkan satu teman baikku saja, Susi. Berbekal nekat, aku pesan tiket pulang pergi Surabaya Makassar. Karena pesan  sebulan sebelumnya aku bisa dapat harga tiket 634 ribu dengan pesawat citilink pulang pergi. Alhamdulillah.

Tanggal 8 Desember lalu aku berangkat dari bandara Juanda pukul 10.20. Sampai di Makassar sudah pukul 12.45. Rasanya senang banget saat pesawatku mendarat di Makassar. Menurutku Bandara Sultan Hassanudin ternyata lebih luas dan megah dibandingkan Juanda. Sesuai petunjuk Susi, setelah antri mengambil bagasi, aku sengaja mencari jalur bus damri begitu turun di bandara Sultan Hassanudin Makassar. Sebenarnya ada shutlle bus bandara ke jalan perintis kemerdekaan yang gratis. Tetapi bila ingin mendekati kota lebih baik baik bus damri jurusan karebosi. Kita hanya harus membayar 15 ribu rupiah. Lebih murah dibandingkan taxi yang rata-rata kata orang-orang dipatok harga seratus ribuan.

Aku menikmati sekali naik bus damri dari bandara menuju karebosi. Kami meluncur melalui jalan perintis kemerdekaan yang membujur panjang. Di sisi kanan jalan ini ada pintu gerbang menuju kampus Univesitas Hasanudin yang cukup terkenal itu. Selanjutnya saat memasuki jalan Urip Sumoharjo saya melihat jejeran beberapa kampus Universitas Swasta seperti Universitas Muslim Indonesia, Universitas Islam Makasar, dan Universitas 45. Kampus-kampus ini sering disorot televisi nasional karena memang memiliki banyak aktivis demonstran. Saat aku berada di Makassar (9/12) pun sempat terjadi demo mahasiswa yang berakhir bentrok dengan polisi di sepanjang jalan Urip Sumoharjo Makassar ini.

Sesuai instruksi Susi, aku berhenti di pojok Jl. AR Petarani dan naik taxi menuju mall Panakukkang. Mall Panakukkang ini merupakan mall terbesar di Makassar. Disini lengkap mulai Carefour, Hypermart, Ramayana hingga Diamond ada disini.Aku menunggu Susi pulang kantor dengan duduk di foodcourt depan swalayan Diamond dan minum es pisang ijo. Sempat makan nasi campur paket tapi rasanya ga karuan.hehehe ngacau.

Selama di Makassar aku 3 hari bermalam di rumah Susi di kawasan Antang. Sedangkan sisanya aku tinggal di penginapan di jalan Nusantara atau depan Pelabuhan Makassar. Namanya Hotel Bandar Makassar. Sebuah hotel melati berlantai 5 yang biasa digunakan untuk transit penumpang dan juga merupakan agen travel (Agus Travel).  Kebetulan fasilitas hotel ini aku dapatkan secara free berkat kebaikan salah satu relasi di Makasar.

Banyak tempat yang sempat aku kunjungi selama di Makassar. Aku menikmati naik pete-pete (angkot) putar-putar kota Makassar. Kita dipatok harga 3000 perak sekali naik. Selain mall Panakukkang ada beberapa pusat perbelanjaan lagi di sana seperti mall Ratu Indah di jalan Ratulangi, mall Karebosi link di kawasan Karebosi/jl. Ahmad Yani, mall GTC Tanjung Bungo yang berada di kawasan Tanjung Bungo. Jika ingin belanja murah bisa belanja di Pusat Grosir Butung atau pasar Butung. Disini kita bisa dapat beragam barang mulai kaos, baju, jilbab, tas dengan harga miring. Sedangkan untuk pasar tradisional yang terbesar adalah pasar Central.

Pingin bersantai, bisa jalan-jalan dari kawasan pelabuhan (jalan Nusantara) hingga pantai Losari.Menyusuri jalan ini dengan berjalan kaki kita bisa bertemu benteng Rotterdam. Bila mau Anda bisa masuk dan menikmati cerita sejarah Fort Rotterdam. Tapi jika tidak, cukup berfoto di depan pintu gerbang Fort Rotterdam. Ada taman bunga dan patung Pangeran Diponegoro di halaman depan Fort Rotterdam yang bagus untuk berfoto. Di sebrang jalannya ada pinggir pantai Kayangan. Dimana dari sini kita bisa naik kapal boat menuju pulai Kayangan. Di tempat ini pula biasanya banyak orang yang berenang di laut.

Selanjutnya jika memasuki kawasan pantai Losari, kita bakal melihat pemandangan yang lebih bagus lagi. Kawasan pantai losari sekarang tertata dengan rapi. Terkadang digunakan untuk acara -acara disini. Beberapa pedagang kaki lima yang dulunya banyak tersebar di tepi pantai sudah dipindahkan ke tempat lain sehingga tidak semrawut lagi. Tetapi jika sore hari tetap ada pedagang pisang epe khas Makassar dipinggir jalan Penghibur/pantai Losari.

Salah satu tempat wisata kebanggaan Makasar jelas Trans Studio. Sebuah wahana indoor terbesar di Indonesia. Di tempat ini kita bisa mencoba beragam permainan tanpa takut kehujanan. Biaya masuknya sekitar 150 ribuan. Jam bukanya mulai jam 10 pagi. Tetapi karena kesibukan yang padat, aku tak sempat masuk ke Trans Studio. Sayang banget ya. hiks hiks.

Seorang temanku dari Bandung, Sari  yang juga ikut jalan ke Makasar malah yang lebih menikmati trip ke Makasar kali ini. Selain ke Trans Studio, ia sempat pula ke Air Tejun Bantimurung yang berada di kabupaten Maros dan ke kawasan wisata Malino di kabupaten Gowa. Banyak cerita seru dan foto-foto yang dibagikannya padaku. Jadi iri deh.

Untungnya aku masih sempat wisata kuliner makanan -makanan khas Makassar selama seminggu disini. Aku coba cicipi sop konro, kapurung, es pisang ijo, jalangkote, palu basa, palu mara dan sebagainya. Yang pasti rasanya menantang. Yang jadi ciri khas makanan Makassar adalah jeruk nipis. Sebab masakannya umumnya menggunakan jeruk nipis alias kecuuut. Tapi bagaimanapun itu memang sudah jadi pembeda. Tak bisa dicela.hehehe.

Yang jelas aku merasa senang bisa berlibur ke Makassar. Naik pete-pete, naik becak kayuh, naik becak motor, sangat mengesankan. Meski sempat nyasar tak mengapa. Tapi jika ditanya satu kata untuk gambarkan kota Makassar aku akan katakan "macet". Sebab kemacetan di kota Makasar sangat parah menyaingi Jakarta, Surabaya dan Bandung. Mungkin ini karena penataan kota, jalanan yang sempit, terlalu banyak pete-pete.

Tetapi satu hal yang sering memperparah kemacetan di Makassar adalah demo mahasiswa. Andai tak terlalu sering ada demo anarkies di makassar mungkin kemacetan tak terlalu mengkhawatirkan. Saat terjadi demo di Makassar (9/12), aku sempat menempuh perjalanan dari kawasan Urip Sumoharjo hingga Antang selama hampir 1,5 jam dengan sepeda motor berhujan-hujan dengan jarak sekitar 20 km hanya demi mencari jalanan yang bebas macet parah. Padahal di hari biasa seharusnya bisa ditempuh kurang dari setengah jam karena hanya berjarak sekitar 5-7 km. Benar-benar tak terlupakan.

Walaupun begitu tak membuatku kapok untuk datang ke Makassar di lain waktu. Kemarin aku sempat membeli beragam oleh-oleh di kawasan jalan Somba Opu. Kacang disko, kripik jinten, kopi toraja, kacang telur, krupuk dibawa untuk buah tangan teman-teman. Selain itu oleh2 yang tak boleh lupa dibawa adalah otak-otak. Otak-otak ibu Elly di jalan Kijang yang terkenal sejak tahun 1905 memang luezat dan wajib dicoba. Tak percaya? Silakan datang ke Makassar.

Tidak ada komentar: