Kalau Anda sedang berada di stasiun Gambir dan merasa kelaparan maka aku rekomendasikan satu tempat makan yang menarik. Namanya Soto Kriuk. Lokasinya di stasiun selatan Gambir dekat kantor pusat informasi. Entah sejak kapan warung soto kriuk ini berdiri. Sepertinya sudah beberapa tahun yang lalu. Tempatnya tak terlalu besar tapi asyik buat nongkrong sembari menunggu keberangkatan kereta api atau setelah lelah berjam-jam duduk di kereta jarak jauh.
Pelayan berseragam merah akan menyapa jika kita masuk ke warung soto kriuk. Kita bisa memilih soto campur nasi, atau soto pisah atau soto saja. Sedangkan untuk minumannya lebih beragam, ada teh panas, es teh hingga beragam soft drink bisa kita pilih.
Aku biasa memilih soto saja kecuali jika sedang lapar banget baru pesan soto pisah. Varian soto kriuk ini lebih mirip soto solo. Jadi dihidangkan dalam mangkuk kecil, Kemudian menggunakan kuah soto bening. Dalam satu mangkoknya ada taoge suwiran ayam, seledri dan taburan bawang merah goreng. Yang membedakan ada taburan kremesan juga. Makanya dibilang soto kriuk sebab ada rasa kriuknya. Secara umum rasanya gurih. Tapi tak terlalu asin. Jika sudah pedes dan manis tinggal tambahkan kecap dan sambel.
Bila Anda ingin tambah lauk, bisa tambah aneka lauk yang tersedia di meja. Ada sate telur puyuh, sate usus, perkedel dan tahu bacem. Anda juga bisa menambah aneka macam krupuk yang Anda suka dan dijual disini. Hm mantap kan. Harga sepiring soto, plus lauk dan teh sekitar 20 ribu perak. Hm lumayan kan dibandingkan warung kaki lima di Gambir yang harganya kadang lebih mahal.
Kamis, Februari 23, 2012
Senin, Februari 20, 2012
Asinan Sayur dan Bir Kocok
Berkali-kali ada urusan ke kota Bogor, aku masih saja belum sempat wisata kuliner keliling kota. Turun kereta api di stasiun Bogor, aku cuma hapal angkot 03 jurusan baranang siang dan kemudian mampir ke Botani Square. Botani Square adalah nama salah satu pusat perbelanjaan yang ada di kota Bogor. Lokasinya tak jauh dari kampus pasca sarjana IPB, dekat dengan terminal Baranangsiang juga.
Terus terang kadang bingung, mau makan apa di sini. Kemarin aku kembali masuk ke foodcourt yang ada dilantai atas Botani Square. Kupelototi beragam nama menu yang dijual distan stan yang ada di sini. Akhirnya pilihanku jatuh ke salah satu stand. Kedai uleg. Mereka menjual aneka makanan seperti gado-gado, karedok, ketoprak dan sebagainya. Aku coba pilih yang beda dan terdengar agak berbau khas Bogor. Ya akupun akhirnya pilih asinan sayur.
Memang asinan itu salah satu makanan tradisional di Bogor. Tapi biasanya orang memilih membeli asinan buah untuk oleh-oleh. Kalau asinan sayur kayak apa ya? Wow asinan sayur ini disajikan dengan cantiknya. Isinya mentimun yang diiris dan ditata memutari piring. Didalamnya ada irisan taoge, daun selada dan kubis/kol. Semuanya dalam bentuk mentah. Emang orang Sunda suka makan sayur mentah yo.hehehe. Dan untuk pemanis, diatas sayuran ini ditaburi kacang goreng. Pingin tahu bagaimana rasa saus asinannya? hm amat sangat asam dan pedas. Tapi perpaduan sayur mentah, kacang dan kuah asinan ini enak banget. Sayangnya tanpa kerupuk mi, jadi serasa kurang lengkap. Sepiring harganya sekitar 11 ribu perak.
Sebagai teman makan asinan sayur ini, aku sengaja memesan minuman khas Bogor yang bernama bir kotjok di salah satu stan minuman. Beneran baru sekali ini aku dengar nama bir kotjok. Kalau bir pletok yang khas betawi udah pernah dengar. Ternyata bir kotjok ini terbuat dari berbagai bumbu dapur. Yaitu dibuat dari jahe,cengkeh dan kayu manis serta gula aren. Karena cara membuatnya dengan cara dikocok maka ada buihnya. Makanya tampak seperti bir. Dan dinamakan bir kocok. Bir kocok ini sepertinya hanya ada di Bogor. Bisa diminum dalam keadaan panas atau dingin. Rasanya perpaduan manis dan pedas. Tapi enak kok. Segelas harganya 8 ribu rupiah. Ayo dicoba kalau ke Bogor. Ada beberapa tempat pedagang bir kocok yang tersebar di kota Bogor. Silakan mencari.hehhehe
Terus terang kadang bingung, mau makan apa di sini. Kemarin aku kembali masuk ke foodcourt yang ada dilantai atas Botani Square. Kupelototi beragam nama menu yang dijual distan stan yang ada di sini. Akhirnya pilihanku jatuh ke salah satu stand. Kedai uleg. Mereka menjual aneka makanan seperti gado-gado, karedok, ketoprak dan sebagainya. Aku coba pilih yang beda dan terdengar agak berbau khas Bogor. Ya akupun akhirnya pilih asinan sayur.
Memang asinan itu salah satu makanan tradisional di Bogor. Tapi biasanya orang memilih membeli asinan buah untuk oleh-oleh. Kalau asinan sayur kayak apa ya? Wow asinan sayur ini disajikan dengan cantiknya. Isinya mentimun yang diiris dan ditata memutari piring. Didalamnya ada irisan taoge, daun selada dan kubis/kol. Semuanya dalam bentuk mentah. Emang orang Sunda suka makan sayur mentah yo.hehehe. Dan untuk pemanis, diatas sayuran ini ditaburi kacang goreng. Pingin tahu bagaimana rasa saus asinannya? hm amat sangat asam dan pedas. Tapi perpaduan sayur mentah, kacang dan kuah asinan ini enak banget. Sayangnya tanpa kerupuk mi, jadi serasa kurang lengkap. Sepiring harganya sekitar 11 ribu perak.
Sebagai teman makan asinan sayur ini, aku sengaja memesan minuman khas Bogor yang bernama bir kotjok di salah satu stan minuman. Beneran baru sekali ini aku dengar nama bir kotjok. Kalau bir pletok yang khas betawi udah pernah dengar. Ternyata bir kotjok ini terbuat dari berbagai bumbu dapur. Yaitu dibuat dari jahe,cengkeh dan kayu manis serta gula aren. Karena cara membuatnya dengan cara dikocok maka ada buihnya. Makanya tampak seperti bir. Dan dinamakan bir kocok. Bir kocok ini sepertinya hanya ada di Bogor. Bisa diminum dalam keadaan panas atau dingin. Rasanya perpaduan manis dan pedas. Tapi enak kok. Segelas harganya 8 ribu rupiah. Ayo dicoba kalau ke Bogor. Ada beberapa tempat pedagang bir kocok yang tersebar di kota Bogor. Silakan mencari.hehhehe
Warung Podo Joyo
Hari Sabtu (18/2) kemarin, kakak sulungku ultah. Ia mentraktir kami sekeluarga untuk makan siang bersama untuk rayakan ultahnya. Ternyata ia ajak kami di warung podojoyo. Buatku, ini pengalaman kedua makan di warung tersebut. Hal ini karena lokasinya di dalam kota Sidoarjo makanya hanya kalau makan bareng-bareng keluarga mau meluncur kesana.Jauh. Lokasi tepatnya di jalan Taman Pinang Sidoarjo.
Warung Podojoyo ini sengaja mengunakan gaya jawa. Begitu masuk kedalam meja dan kursi dari kayu tertata dengan rapi. Di sisi ruangan ada sederet wayang kulit. Hm ini yang beda. Kalau disuruh menyebutkan namanya siapa saja jelas aku gak tahu.hihihi. Tapi kini juga ada perangkat musik di ujung ruangan yang lain. Sebenarnya mereka juga menyediakan fasilitas ruangan untuk prasmanan. Bahkan lebaran kemarin keluarga besarku sempat mengadakan acara arisan di tempat ini dengan menyewa ruangan khusus VIP. Sayangnya karena sedang berada di Kediri maka aku absen menghadirinya.
Setelah kami mulai duduk, pelayan berseragam batik datang menghampiri dengan membawa daftar menu. Beragam makanan bisa dipilih. Mau berbahan ayam, daging, ikan, seafood ada semua. Kemarin kami sengaja memilih Ayam bakar Podojoyo, Ikan Patin bakar, Gurami asam manis, Cumi goreng tepung dan ca kangkung.
Sembari menunggu makanan siap untuk disajikan, kami makan tahu goreng dan sambel kecap. Lumayan, perpaduan gurih dan manis pedas. Bisa untuk pengganjal perut sementara.hehehe. Dan bisa menghirup berbagai jenis minuman yang kami pesan yang datang duluan. Ada es campur, es beras kencur, es degan, dan es teh.. Hm es campurnya yang paling menarik. Mangkuknya besar, isinya banyak dan beragam mulai tape ketan, dawet, ager hingga alpukat. Pakai susu dan sirup. Hm manisnya.
Akhirnya waktu yang ditunggu tiba. Wow beranekaragam makanan siap diatas meja. Ayam bakar podojoyo. Wow bumbunya menarik hati. Ayamnya seekor dan disajikan dengan cara dibelah. Kupikir hanya dibakar pakai kecap manis. Ternyata diberi bumbu seperti bumbu rica-rica. Rasanya perpaduan manis dan pedas. Uenak pokoke.
Ikan patin bakarnya tak kalah menarik. Dibakar dan dibumbu seperti ayam bakar tadi tapi bumbunya lebih pedas.. Penyajiannya juga dengan cara dibelah tengahnya. Mempermudah memakannya. Apalagi ikannya matang dan lunak. Dimakan kepalanya juga maknyus. Wah ikan patin bakar terenak yang pernah kutemui.
Sedangkan untuk gurami asam manis dan cumi goreng tepungnya bisa dibilang standard. Guraminya digoreng garing dengan tepung. Kemudian dimakan dengan saus asam manis. Perpaduan asin dan asam. Cumi goreng tepungnya tak terlalu asin. Tapi tetap gurih. Dimakan dengan saos tomat dan saos pedas. Sedangkan ca kangkungnya disajikan lengkap dengan batangnya. Mana batangnya yang tampak lebih banyak dari daunnya. Hadeuh seandainya tanpa batangnya lebih menarik deh.hehehe. protes aja.
Mamaku memesan empal penyet untuk dibawa pulang. Isinya sekitar 3 biji dengan sambal dan lalapan. Rasanya entahlah ga ikut mencicipi.hehehe. Secara umum bisa dibilang bisa diulang, terutama ayam bakar podojoyo dan ikan patin bakarnya. Harga makanan dan minumannya standard. Dibandingkan rumah makan sejenis di Surabaya memang masih dibawahnya. Kalau tak percaya silakan mencoba.
Selasa, Februari 14, 2012
Sate Ayam Tegal
Sepertinya sate adalah makanan yang mesti dicoba jika berkunjung ke kota Tegal. Dengar-dengar sate kambing Tegal uenak. Beberapa teman rekomendasikan beberapa warung sate kambing di Tegal tapi aku tak mau mencoba secara aku anti makanan dari bahan dasar kambing. Ya mau gimana lagi. Lebih baik mencegah daripada berakibat fatal.
Makanya aku putuskan coba sate ayamnya saja. Menurut info, sate ayam margasari yang lokasinya di jalan Ahmad Yani Tegal enak. Tapi jauh oi dari penginapan. Aku tak berani kesana malam-malam sendiri. Daripada nyasar di dalam kota Tegal kan lucu. Akhirnya aku nekat cari-cari sendiri tempat makan sate ayam di Tegal. Sepanjang jalan pasar sore atau letjen Suprapto sepertinya banyak penjual sate ayam kaki lima. Hanya saja aku kok kurang tertarik mencobanya.
Malam hari keluar dari hotel aku beranikan diri berjalan-jalan hunting sate ayam. Tak terlalu jauh dari hotel Karlita Internasional yang berada di jalan Brigjen Katamso Tegal aku lihat ada warung sate ayam. Namanya warung sate ayam Bp Untung Sidjan. Lokasinya di jalan Kapten Ismail Tegal. Bentuknya seperti warung atau rumah makan. Kebetulan pas aku masuk warung sate ini sedang ramai. Beberapa pemuda sedang asyik nonton bareng siaran sepakbola dari layar LCD yang dipasang di dalam warung tersebut.
Aku memesan 10 tusuk sate dan setengah porsi lontong. Untuk minumnya aku sengaja pesan juice nanas. Bukan berarti tak ada es teh atau teh poci. Tapi memang aku pingin coba juice nanas. Soalnya jarang ada di tempat lain. Aku pun lalu duduk di dalam warung sembari menunggu makanan siap dihidangkan. Sepertinya warung ini sudah agak lama berdiri. Modelnya warungnya sudah agak modern. Dengar dengar pemiliknya merupakan cucu dari Sidjan, pemilik warung sate ayam yang terkenal dari jaman dahulu kala di Tegal.
Sate ayam pun kemudian siap disajikan. Potongan dagingnya besar-besar. Karena aku pesan sate campur maka dalam satu tusuknya ada daging, kulit dan hati. Bumbunya pakai bumbu kacang dan diberi kecap manis. Lalu disajikan dalam piring beberapa biji bawang merah, cabe rebus. Jadi tak ada sambel. Mesti haluskan cabe rawit rebus sendiri.
Bagaimana rasa satenya? Hm sorry, tak cocok untukku. Terbiasa makan sate ayam di Surabaya yang ukurannya tak sebesar itu. Rasa bumbunya juga kurang meresap di lidahku. Sedangkan di tempat ini juga cara membakarnya masih kurang lama menurutku. Alias kurang gosong. Mungkin memang seperti itu kesukaan orang Tegal. Aku malah lebih menikmati makan lontong dengan bumbunya. Lebih pas untuk kusantap. Jika suka, bisa tambah acar mentimun yang sudah disiapkan di meja.
Sedangkan minumannya aku sangat suka. Juice nanasnya benar-benar enak dan segar. Bisa dicoba lagi tuh juice nanasnya soalnya lain daripada yang lain. Untuk sate dan juice ini aku membayar sekitar 21 ribuan. Tak murah untuk ukuran kota kecil. Tapi tak mahal untuk ukuran Jakarta.
Makanya aku putuskan coba sate ayamnya saja. Menurut info, sate ayam margasari yang lokasinya di jalan Ahmad Yani Tegal enak. Tapi jauh oi dari penginapan. Aku tak berani kesana malam-malam sendiri. Daripada nyasar di dalam kota Tegal kan lucu. Akhirnya aku nekat cari-cari sendiri tempat makan sate ayam di Tegal. Sepanjang jalan pasar sore atau letjen Suprapto sepertinya banyak penjual sate ayam kaki lima. Hanya saja aku kok kurang tertarik mencobanya.
Malam hari keluar dari hotel aku beranikan diri berjalan-jalan hunting sate ayam. Tak terlalu jauh dari hotel Karlita Internasional yang berada di jalan Brigjen Katamso Tegal aku lihat ada warung sate ayam. Namanya warung sate ayam Bp Untung Sidjan. Lokasinya di jalan Kapten Ismail Tegal. Bentuknya seperti warung atau rumah makan. Kebetulan pas aku masuk warung sate ini sedang ramai. Beberapa pemuda sedang asyik nonton bareng siaran sepakbola dari layar LCD yang dipasang di dalam warung tersebut.
Aku memesan 10 tusuk sate dan setengah porsi lontong. Untuk minumnya aku sengaja pesan juice nanas. Bukan berarti tak ada es teh atau teh poci. Tapi memang aku pingin coba juice nanas. Soalnya jarang ada di tempat lain. Aku pun lalu duduk di dalam warung sembari menunggu makanan siap dihidangkan. Sepertinya warung ini sudah agak lama berdiri. Modelnya warungnya sudah agak modern. Dengar dengar pemiliknya merupakan cucu dari Sidjan, pemilik warung sate ayam yang terkenal dari jaman dahulu kala di Tegal.
Sate ayam pun kemudian siap disajikan. Potongan dagingnya besar-besar. Karena aku pesan sate campur maka dalam satu tusuknya ada daging, kulit dan hati. Bumbunya pakai bumbu kacang dan diberi kecap manis. Lalu disajikan dalam piring beberapa biji bawang merah, cabe rebus. Jadi tak ada sambel. Mesti haluskan cabe rawit rebus sendiri.
Bagaimana rasa satenya? Hm sorry, tak cocok untukku. Terbiasa makan sate ayam di Surabaya yang ukurannya tak sebesar itu. Rasa bumbunya juga kurang meresap di lidahku. Sedangkan di tempat ini juga cara membakarnya masih kurang lama menurutku. Alias kurang gosong. Mungkin memang seperti itu kesukaan orang Tegal. Aku malah lebih menikmati makan lontong dengan bumbunya. Lebih pas untuk kusantap. Jika suka, bisa tambah acar mentimun yang sudah disiapkan di meja.
Sedangkan minumannya aku sangat suka. Juice nanasnya benar-benar enak dan segar. Bisa dicoba lagi tuh juice nanasnya soalnya lain daripada yang lain. Untuk sate dan juice ini aku membayar sekitar 21 ribuan. Tak murah untuk ukuran kota kecil. Tapi tak mahal untuk ukuran Jakarta.
Berburu Makanan Khas Tegal di Warma Pi'an
Mencoba berbagai makanan khas Tegal memang sudah jadi bayanganku waktu diundang ke Tegal. Makanya aku langsung bersorak ketika diajak teman-teman di Tegal untuk makan di salah satu warung legendaris Tegal yang bernama Warma Pi'an. Warma Pi'an ini berlokasi di jalan Kolonel Sudiarto Tegal atau tak begitu jauh dari stasiun Tegal. Kalau Anda turun di setasiun Tegal maka cukup jalan kaki saja sudah sampai di warma Pi'an ini.
Masuk ke dalam warung Pi'an ini kulihat ruangannya ditata model warung jaman kuno. Memang warung ini sudah puluhan tahun berdiri. Makanya masih pakai meja panjang dan kursi panjang dari kayu. Kulihat didinding tertera berbagai menu masakan yang bisa kita pilih. Sebut saja ayam goreng, ayam mentega, ayam kare, ayam bakar,sambal trasi dan lalapan, nasi sauto, nasi lengko, nasi daging, sate kambing, tongseng kambing dan sebagainya.
Aku lihat teman-teman sudah mulai memesan makanan sesuai keinginannya. Menu nasi daging, nasi lengko, nasi caisim dan sambal terasi serta sate kambing yang akhirnya mereka pesan. Aku sendiri ikut-ikutan pesan nasi lengko. Sedangkan untuk minumannya es teh. Pingin pesan poci tapi takut ga habis. Karena biasanya sepoci kan cocoknya diminum 2-3 orang.
Tak butuh waktu lama untuk makanan disajikan. Nasi daging itu nasi putih dengan beberapa potong daging yang dimasak hitam kecoklatan, ada sedikit kuahnya mirip kuah rawon tapi tak banyak dan ditaburi bawang merah goreng. Sepertinya sedap. Sayangnya aku ga memesan menu itu. Menyesal.
Lalu nasi lengko yang kupesan muncul. Aku tak bisa bayangin seperti apa nasi lengko itu. Pikirku semacam nasi rames. Ternyata nasi putih yang diatasnya diberi taoge rebus,kol, beberapa potong tahu dan tempe, diguyur bumbu kacang dan diatasinya diberi remesan krupuk mi warna kuning. Hm kayak nasi tahu bumbu kecap atau bumbu tahu lontong tapi tanpa petis ini. Menurutku rasanya biasa banget.
Kulirik caisim rebus dan sambal terasi yang dipesan salah satu teman semeja. Wow sepertinya enak itu. Malu untuk meminta sedikit untuk obat pingin.hiks. Dimakan dengan sate kambing kayaknya enak itu. Wah sayang cuma bisa melihat dan memotretnya saja.
Sebagai camilan, teman-teman memesan tempe mendoan dan sambel kecap. Tapi mereka punya istilah beda untuk sambal kecap ini. Cengis atau apa aku lupa. Enak sekali makan tempe mendoan panas dengan sambal kecap ini. Selain itu mereka juga memesan tahu. Tahu gembrong atau jembrong. Sorry jika salah namanya. Yang pasti tahu tersebut dibumbui dan diberi potongan kucai yang banyak. Rasanya enak dan gurih. Dimakan dengan sambal kecap lebih cocok lagi.
Sehabis puas makan, semua langsung meneguk minuman. Es tehnya disajikan dalam gelas jumbo. Rasanya manis dan segar. Hm rasanya belum ke Tegal kalau belum minum teh deh. Dengar-dengar pisang goreng warma pi'an enak dan biasa jadi oleh2. Berhubung dibayarin, ga bisa pesan deh. Tak apa-apa deh, semoga lain waktu bisa mampir disana lagi.
Masuk ke dalam warung Pi'an ini kulihat ruangannya ditata model warung jaman kuno. Memang warung ini sudah puluhan tahun berdiri. Makanya masih pakai meja panjang dan kursi panjang dari kayu. Kulihat didinding tertera berbagai menu masakan yang bisa kita pilih. Sebut saja ayam goreng, ayam mentega, ayam kare, ayam bakar,sambal trasi dan lalapan, nasi sauto, nasi lengko, nasi daging, sate kambing, tongseng kambing dan sebagainya.
Aku lihat teman-teman sudah mulai memesan makanan sesuai keinginannya. Menu nasi daging, nasi lengko, nasi caisim dan sambal terasi serta sate kambing yang akhirnya mereka pesan. Aku sendiri ikut-ikutan pesan nasi lengko. Sedangkan untuk minumannya es teh. Pingin pesan poci tapi takut ga habis. Karena biasanya sepoci kan cocoknya diminum 2-3 orang.
Tak butuh waktu lama untuk makanan disajikan. Nasi daging itu nasi putih dengan beberapa potong daging yang dimasak hitam kecoklatan, ada sedikit kuahnya mirip kuah rawon tapi tak banyak dan ditaburi bawang merah goreng. Sepertinya sedap. Sayangnya aku ga memesan menu itu. Menyesal.
Lalu nasi lengko yang kupesan muncul. Aku tak bisa bayangin seperti apa nasi lengko itu. Pikirku semacam nasi rames. Ternyata nasi putih yang diatasnya diberi taoge rebus,kol, beberapa potong tahu dan tempe, diguyur bumbu kacang dan diatasinya diberi remesan krupuk mi warna kuning. Hm kayak nasi tahu bumbu kecap atau bumbu tahu lontong tapi tanpa petis ini. Menurutku rasanya biasa banget.
Kulirik caisim rebus dan sambal terasi yang dipesan salah satu teman semeja. Wow sepertinya enak itu. Malu untuk meminta sedikit untuk obat pingin.hiks. Dimakan dengan sate kambing kayaknya enak itu. Wah sayang cuma bisa melihat dan memotretnya saja.
Sebagai camilan, teman-teman memesan tempe mendoan dan sambel kecap. Tapi mereka punya istilah beda untuk sambal kecap ini. Cengis atau apa aku lupa. Enak sekali makan tempe mendoan panas dengan sambal kecap ini. Selain itu mereka juga memesan tahu. Tahu gembrong atau jembrong. Sorry jika salah namanya. Yang pasti tahu tersebut dibumbui dan diberi potongan kucai yang banyak. Rasanya enak dan gurih. Dimakan dengan sambal kecap lebih cocok lagi.
Sehabis puas makan, semua langsung meneguk minuman. Es tehnya disajikan dalam gelas jumbo. Rasanya manis dan segar. Hm rasanya belum ke Tegal kalau belum minum teh deh. Dengar-dengar pisang goreng warma pi'an enak dan biasa jadi oleh2. Berhubung dibayarin, ga bisa pesan deh. Tak apa-apa deh, semoga lain waktu bisa mampir disana lagi.
Senin, Februari 13, 2012
Tegal Kota Poci
Mengunjungi kota yang belum pernah kudatangi memang tantangan tersendiri. Akhir Januari lalu aku dapat undangan dari seorang relasi ke kota Tegal.Tentunya kesempatan ini tak kusia-siakan. Selama ini hampir tiap bulan aku lewat kota Tegal dalam perjalanan kereta api dari Surabaya ke Jakarta pp. Tapi mampir di kota ini belum pernah.
Akupun langsung cari informasi bagaimana caranya dari Surabaya ke Tegal. Sebenarnya banyak bis dari Surabaya ke Jakarta/Bandung/Cirebon yang lewat kota Tegal tapi selalu berhenti tengah malam di kota itu. Sedangkan terminal bis menurut kabar terletak di pinggiran kota. Wow mana berani. Lalu kucoba cari info soal kereta api. Meski sebagian besar kereta api jurusan Surabaya Jakarta lewat Tegal tapi ternyata untuk KA eksekutif hanya KA Gumarang yang mau berhenti di stasiun Tegal. Itupun berangkat dari stasiun pasar Turi pukul 07.00 sampai di st. Tegal jam 00.30 menurut jadwalnya. Akhirnya kuputuskan beli tiket KA Gumarang dengan harga Rp. 235.000,00. Pertimbanganku stasiun pasti lebih dekat dengan kota dan lebih mudah cari penginapan.
Beruntung relasiku di Tegal berjanji bakal menjemputku nantinya di stasiun Tegal. Jadi aku agak lega. Tanggal 28/1 aku berangkat ke Tegal naik KA Gumarang. Sepanjang perjalanan aku takut tertidur, khawatir kalau kebablasan kan repot.hehehe. Padahal kan pasti dibangunkan ama kru KA. Ketika KA sudah melewati stasiun Pemalang aku sms relasiku agar dijemput di stasiun. Ternyata saat KA berhenti di stasiun Tegal, yang menjemput masih di rumah. Jadi aku mesti menunggu di depan stasiun.
Sure,agak takut juga berdiri di depan stasiun jam 1 malam. Di luar stasiun memang banyak tukang-tukang becak dan ojek. Mereka sempat menawariku untuk naik becak. Tapi begitu dengar aku telpon dan disuruh menunggu, mereka menyingkir. Aku berdiri di halaman stasiun sambil terus menerus berdoa. Takut juga, di daerah asing, tengah malam lagi. Kudengar obrolan para tukang becak dengan aksen medok bahasa Tegal. Hm masih bisa kumengerti karena tak terlalu beda, logat jawa. Kalau khas banyumasan aku udah bingung.
Setelah sekitar setengah jam menunggu, akhirnya temanku itu datang dan aku membonceng motornya menyusuri jalanan kota Tegal. Sebelumnya aku sudah minta tolong padanya untuk pesankan hotel untukku. Yang seharga sekitar 200 ribuan saja. Tapi ternyata ia malah pesankan hotel Karlita Internasional. Hotel Karlita Internasional adalah hotel bintang 3. Tentu masuk jajaran hotel mahal di kota ini. Ternyata tarifnya semalam ada yang Rp. 329.000,-. Ya udah ga apa-apa. Sebab belakangan aku baru tahu kalau dapat free hotel dari panitia acara. Terimakasih kawan-kawan.
Hotel Karlita International yang berada di Tegal memiliki kamar yang bagus. Lumayan bisa tidur pulas. Dari jendela kamar hotel bisa lihat kolam renang dari kejauhan. Sayangnya aku tak bawa baju renang. Jadi lewatkan kesempatan berenang gratis di tempat yang bagus. Menyesal banget.hiks hiks. Setelah sempat istirahat selama 4 jam. Aku mesti bersiap untuk ke acara. Tapi sebelumnya aku sempatin diri ambil jatah bresk fast di hotel. Menu makanannya beragam. Sayangnya lidahku kurang cocok.
Belum lagi lama duduk di ruang makan, relasiku udah menjemput. Akhirnya aku langsung beranjak dan menuju Pantai Alam Indah dimana acara gathering doglover Tegal berlangsung. Meski masih belum jam 7 pagi ternyata Pantai Alam Indah sudah ramai. Aku tak mengira Tegal punya pantai sebagus ini. Besuk kutulis sendiri soal pantai alam indah ini. Ramai-ramai di Pantai Alam Indah hingga pukul 9 pagi. Aku diajak ke tempat salah satu teman. Di sana aku dijemput lagi untuk diajak makan ramai-ramai di warung khas Tegal, warung Pian. Hidangan makanan khas Tegal dihidangkan. Entar kutulis sendiri soal warung Pian ini.
Usai dari warung Pian, kami sempat memutar kota Tegal. Melewati taman depan stasiun yang ada patung poci. Tegal memang terkenal sebagai kota teh poci. Mereka bilang ngeteh sama dengan moci. Minum teh sepertinya tradisi kota ini. Apalagi beberapa pabrik teh memang berdiri di kota ini seperti teh poci, teh tongji dan sebagainya. Makanya jika bilang berjalan-jalan di kota Tegal sepanjang jalan berjejer baliho teh warna kuning kehijauan itu. Warung-warung makannya pun memasang plang namanya dengan bantuan papan teh pochi atau tongji. Kota Poci atau Tongji ya.hehehe
Setelah kerjaan beres aku balik ke hotel. Karena udah jauh-jauh di Tegal masak aku cuma bengong di kamar. Makanya aku nekat jalan sendiri mutari kota Tegal. Kata teman, mall terbesar disana Pasific Mall. Kata pegawai hotel, jika naik becak dari depan hotel ke pasific pasti dipatok harga paling murah 15 ribu perak. Ternyata benar. Karena tak tahu orientasi maka aku manut saja naik becak ke Pasific Mall dengan harga 15 ribu perak. Ternyata ga terlalu jauh. Sepanjang jalannya sepi. Tapi pas di dalam mallnya jelas ramai.
Di Pasific Mall ada pusat perbelanjaan Sri ratu. Wow jadi ingat Kediri. Tapi jangan harap aku mau belanja disini. Kurang kerjaan, berat-beratin bawaan aja. Aku naik hingga ke lantai atas atau foodcourtnya. Wah kok makanannya tak ada yang khas Tegal. Tempatnya juga kurang menarik, makanya aku balik ke lantai dasar. Banyak stan teh tongji. Aku masuk saja ke stan teh tong dji yang ada di dekat supermarket.
Beli teh tong dji sepoci ama tahu yang dikasih bumbu mendoan. Aku berharap tehnya disajikan pakai pochi tanah liat colat itu ternyata malah ditaruh di pochi warna biru dari keramik. Agak kecewa. Pochi dan 2 cangkir disajikan bersama gula batu. Diminum panas-panas. Tehnya jelas nasgitel. Panas manis kentel. Yang membedakan tentu gula batunya itu. Tahunya diberi bumbu mendoan. Aneh menurut lidahku. Agak asin. Cocok bumbunya untuk tempe mendoan tapi kalau untuk tahu kok ga cocok di lidahku.
Keluar dari mall, aku berjalan-jalan di sekitar situ. Ketemu warung makan nasi Tegal. Ada soto tegal di menunya. Jadi pingin coba. Selama ini kalau kebetulan aku tugas di Jakarta, aku berusaha menghindari makan di warung Tegal. Lidahku lebih cocok dengan warung Semarang atau Sunda. Kalau gak ya warung nasi padang. Tapi karena di Tegal aku harus coba berbagai makanan khas Tegal seperti soto, sate, nasi lengko. Dan Ternyata memang lidah tak bisa bohong. Beragam makanan itu tak cocok dengan seleraku. Soto yang disajikan dengan tauco itu terasa asing di lidahku. Kayak sayur asem rasanya. Perpaduan suwiran ayam, taoge, suun dan sambel dengan kuah soto benar-benar tak bisa kunikmati. Maaf ya orang Tegal.
Dari situ aku naik becak kembali ke hotel. Jika berangkat dipatok harga 15 ribu, baliknya cuma 7 ribu perak. Walah separonya. Sempat lewat depan jalan Sawo. Menurut info di jalan Sawo ada sate blenggong atau itik yang terkenal itu. Berhubung kenyang aku tak mampir kesana. Sayang sekali ya. Malamnya aku sempat makan sate ayam. Nanti kutulis ceritanya sendiri deh. Lalu sempat jalan sampai ke pasar sore Tegal. Banyak penjual sate di sana. Sepertinya sate kambing yang lebih ngetop di Tegal tapi aku tak berani makan. Bahaya tensi tinggi. Tanpa beli apapun, aku kemudian pilih balik ke hotel untuk tidur pulas.
Paginya sebelum cabut dari Tegal, aku sempat sarapan di hotel. Lagi-lagi tak seberapa cocok. Aku lebih menikmati minum segelas teh dan omelet. Mantap itu.hahaha. Aku nekat jalan-jalan untuk cari oleh-oleh. Meski tak tahu arah aku nekat sampai Pasar Pagi kota Tegal. Naik angkot dan becak. Sempat lewat masjid kota Tegal juga. Rasanya kotanya tenang. Mungkin keramaian hanya di jalanan bis pantura. Kalau dalam kota santai. Aku menikmatinya sampai pasar pagi Tegal.
Di pintu masuk pasar pagi Tegal, aku tanya satpam, dimana tempat toko oleh-oleh. Katanya tak ada di pasar pagi ini tapi di tempat lain. Kalau cuma cari jajan ada di dalam pasar. Aku menerobos masuk dalam pasar tradisional itu. Ada penjual telur bebek khas Brebes. Hm aku tak beli. Aku pikir ada penjual jajanan semacam kue nopia di Purwokerto ternyata kagak ada. Dan tahu apa yang akhirnya kubeli dari pasar pagi Tegal? Tahu Aci. Tahu aci itu tahu goreng yang ada kupingnya. Rasanya gurih. Beli 2000 perak dapat 8 biji. Hm lumayan juga.
Keluar dari pasar, pandanganku tertuju di warung makan depan pasar. Aku pesan nasi gombyang. Yang ini malah cocok. Seperti apa nasi gombyang besuk kuceritakan sendiri. Sempat beli oleh-oleh kecap manis dan asin khas Tegal. Mau beli pochi satu set harganya Rp.37.500,00. Tapi aku takut pecah dalam perjalanan. Ya udah batal. Sempat mampir warung makan satu lagi beli ikan asin. Ya udah cuma itu aja untuk oleh-oleh teman-teman di Jakarta.
Balik hotel dan aku siap-siap tunggu travel ke Bandung. Dari Tegal ke Bandung ada travel dengan tarif 80 ribu perak. Berangkat jam 9 pagi dan 9 malam dari Tegal. Nama travelnya Fortuna. Tapi jika mau yang lain, bisa pesan Cipaganti. Tapi untuk yang Cipaganti berangkatnya dari Semarang meski juga lewat Tegal. Yang penting bisa berangkat pagi. Kalau mesti ke terminal bis agak jauh. Kalau mau naik KA Harina dari Semarang ke Bandung mesti siap di stasiun Tegal jam 11 malam lagi. Enakan naik travel pagi, sore udah sampai Bandung. Wuissss. Tunggu, cerita soal tempat-tempat makan di kota Tegal di tulisan selanjutnya ya.
Akupun langsung cari informasi bagaimana caranya dari Surabaya ke Tegal. Sebenarnya banyak bis dari Surabaya ke Jakarta/Bandung/Cirebon yang lewat kota Tegal tapi selalu berhenti tengah malam di kota itu. Sedangkan terminal bis menurut kabar terletak di pinggiran kota. Wow mana berani. Lalu kucoba cari info soal kereta api. Meski sebagian besar kereta api jurusan Surabaya Jakarta lewat Tegal tapi ternyata untuk KA eksekutif hanya KA Gumarang yang mau berhenti di stasiun Tegal. Itupun berangkat dari stasiun pasar Turi pukul 07.00 sampai di st. Tegal jam 00.30 menurut jadwalnya. Akhirnya kuputuskan beli tiket KA Gumarang dengan harga Rp. 235.000,00. Pertimbanganku stasiun pasti lebih dekat dengan kota dan lebih mudah cari penginapan.
Beruntung relasiku di Tegal berjanji bakal menjemputku nantinya di stasiun Tegal. Jadi aku agak lega. Tanggal 28/1 aku berangkat ke Tegal naik KA Gumarang. Sepanjang perjalanan aku takut tertidur, khawatir kalau kebablasan kan repot.hehehe. Padahal kan pasti dibangunkan ama kru KA. Ketika KA sudah melewati stasiun Pemalang aku sms relasiku agar dijemput di stasiun. Ternyata saat KA berhenti di stasiun Tegal, yang menjemput masih di rumah. Jadi aku mesti menunggu di depan stasiun.
Sure,agak takut juga berdiri di depan stasiun jam 1 malam. Di luar stasiun memang banyak tukang-tukang becak dan ojek. Mereka sempat menawariku untuk naik becak. Tapi begitu dengar aku telpon dan disuruh menunggu, mereka menyingkir. Aku berdiri di halaman stasiun sambil terus menerus berdoa. Takut juga, di daerah asing, tengah malam lagi. Kudengar obrolan para tukang becak dengan aksen medok bahasa Tegal. Hm masih bisa kumengerti karena tak terlalu beda, logat jawa. Kalau khas banyumasan aku udah bingung.
Setelah sekitar setengah jam menunggu, akhirnya temanku itu datang dan aku membonceng motornya menyusuri jalanan kota Tegal. Sebelumnya aku sudah minta tolong padanya untuk pesankan hotel untukku. Yang seharga sekitar 200 ribuan saja. Tapi ternyata ia malah pesankan hotel Karlita Internasional. Hotel Karlita Internasional adalah hotel bintang 3. Tentu masuk jajaran hotel mahal di kota ini. Ternyata tarifnya semalam ada yang Rp. 329.000,-. Ya udah ga apa-apa. Sebab belakangan aku baru tahu kalau dapat free hotel dari panitia acara. Terimakasih kawan-kawan.
Hotel Karlita International yang berada di Tegal memiliki kamar yang bagus. Lumayan bisa tidur pulas. Dari jendela kamar hotel bisa lihat kolam renang dari kejauhan. Sayangnya aku tak bawa baju renang. Jadi lewatkan kesempatan berenang gratis di tempat yang bagus. Menyesal banget.hiks hiks. Setelah sempat istirahat selama 4 jam. Aku mesti bersiap untuk ke acara. Tapi sebelumnya aku sempatin diri ambil jatah bresk fast di hotel. Menu makanannya beragam. Sayangnya lidahku kurang cocok.
Belum lagi lama duduk di ruang makan, relasiku udah menjemput. Akhirnya aku langsung beranjak dan menuju Pantai Alam Indah dimana acara gathering doglover Tegal berlangsung. Meski masih belum jam 7 pagi ternyata Pantai Alam Indah sudah ramai. Aku tak mengira Tegal punya pantai sebagus ini. Besuk kutulis sendiri soal pantai alam indah ini. Ramai-ramai di Pantai Alam Indah hingga pukul 9 pagi. Aku diajak ke tempat salah satu teman. Di sana aku dijemput lagi untuk diajak makan ramai-ramai di warung khas Tegal, warung Pian. Hidangan makanan khas Tegal dihidangkan. Entar kutulis sendiri soal warung Pian ini.
Usai dari warung Pian, kami sempat memutar kota Tegal. Melewati taman depan stasiun yang ada patung poci. Tegal memang terkenal sebagai kota teh poci. Mereka bilang ngeteh sama dengan moci. Minum teh sepertinya tradisi kota ini. Apalagi beberapa pabrik teh memang berdiri di kota ini seperti teh poci, teh tongji dan sebagainya. Makanya jika bilang berjalan-jalan di kota Tegal sepanjang jalan berjejer baliho teh warna kuning kehijauan itu. Warung-warung makannya pun memasang plang namanya dengan bantuan papan teh pochi atau tongji. Kota Poci atau Tongji ya.hehehe
Setelah kerjaan beres aku balik ke hotel. Karena udah jauh-jauh di Tegal masak aku cuma bengong di kamar. Makanya aku nekat jalan sendiri mutari kota Tegal. Kata teman, mall terbesar disana Pasific Mall. Kata pegawai hotel, jika naik becak dari depan hotel ke pasific pasti dipatok harga paling murah 15 ribu perak. Ternyata benar. Karena tak tahu orientasi maka aku manut saja naik becak ke Pasific Mall dengan harga 15 ribu perak. Ternyata ga terlalu jauh. Sepanjang jalannya sepi. Tapi pas di dalam mallnya jelas ramai.
Di Pasific Mall ada pusat perbelanjaan Sri ratu. Wow jadi ingat Kediri. Tapi jangan harap aku mau belanja disini. Kurang kerjaan, berat-beratin bawaan aja. Aku naik hingga ke lantai atas atau foodcourtnya. Wah kok makanannya tak ada yang khas Tegal. Tempatnya juga kurang menarik, makanya aku balik ke lantai dasar. Banyak stan teh tongji. Aku masuk saja ke stan teh tong dji yang ada di dekat supermarket.
Beli teh tong dji sepoci ama tahu yang dikasih bumbu mendoan. Aku berharap tehnya disajikan pakai pochi tanah liat colat itu ternyata malah ditaruh di pochi warna biru dari keramik. Agak kecewa. Pochi dan 2 cangkir disajikan bersama gula batu. Diminum panas-panas. Tehnya jelas nasgitel. Panas manis kentel. Yang membedakan tentu gula batunya itu. Tahunya diberi bumbu mendoan. Aneh menurut lidahku. Agak asin. Cocok bumbunya untuk tempe mendoan tapi kalau untuk tahu kok ga cocok di lidahku.
Keluar dari mall, aku berjalan-jalan di sekitar situ. Ketemu warung makan nasi Tegal. Ada soto tegal di menunya. Jadi pingin coba. Selama ini kalau kebetulan aku tugas di Jakarta, aku berusaha menghindari makan di warung Tegal. Lidahku lebih cocok dengan warung Semarang atau Sunda. Kalau gak ya warung nasi padang. Tapi karena di Tegal aku harus coba berbagai makanan khas Tegal seperti soto, sate, nasi lengko. Dan Ternyata memang lidah tak bisa bohong. Beragam makanan itu tak cocok dengan seleraku. Soto yang disajikan dengan tauco itu terasa asing di lidahku. Kayak sayur asem rasanya. Perpaduan suwiran ayam, taoge, suun dan sambel dengan kuah soto benar-benar tak bisa kunikmati. Maaf ya orang Tegal.
Dari situ aku naik becak kembali ke hotel. Jika berangkat dipatok harga 15 ribu, baliknya cuma 7 ribu perak. Walah separonya. Sempat lewat depan jalan Sawo. Menurut info di jalan Sawo ada sate blenggong atau itik yang terkenal itu. Berhubung kenyang aku tak mampir kesana. Sayang sekali ya. Malamnya aku sempat makan sate ayam. Nanti kutulis ceritanya sendiri deh. Lalu sempat jalan sampai ke pasar sore Tegal. Banyak penjual sate di sana. Sepertinya sate kambing yang lebih ngetop di Tegal tapi aku tak berani makan. Bahaya tensi tinggi. Tanpa beli apapun, aku kemudian pilih balik ke hotel untuk tidur pulas.
Paginya sebelum cabut dari Tegal, aku sempat sarapan di hotel. Lagi-lagi tak seberapa cocok. Aku lebih menikmati minum segelas teh dan omelet. Mantap itu.hahaha. Aku nekat jalan-jalan untuk cari oleh-oleh. Meski tak tahu arah aku nekat sampai Pasar Pagi kota Tegal. Naik angkot dan becak. Sempat lewat masjid kota Tegal juga. Rasanya kotanya tenang. Mungkin keramaian hanya di jalanan bis pantura. Kalau dalam kota santai. Aku menikmatinya sampai pasar pagi Tegal.
Di pintu masuk pasar pagi Tegal, aku tanya satpam, dimana tempat toko oleh-oleh. Katanya tak ada di pasar pagi ini tapi di tempat lain. Kalau cuma cari jajan ada di dalam pasar. Aku menerobos masuk dalam pasar tradisional itu. Ada penjual telur bebek khas Brebes. Hm aku tak beli. Aku pikir ada penjual jajanan semacam kue nopia di Purwokerto ternyata kagak ada. Dan tahu apa yang akhirnya kubeli dari pasar pagi Tegal? Tahu Aci. Tahu aci itu tahu goreng yang ada kupingnya. Rasanya gurih. Beli 2000 perak dapat 8 biji. Hm lumayan juga.
Keluar dari pasar, pandanganku tertuju di warung makan depan pasar. Aku pesan nasi gombyang. Yang ini malah cocok. Seperti apa nasi gombyang besuk kuceritakan sendiri. Sempat beli oleh-oleh kecap manis dan asin khas Tegal. Mau beli pochi satu set harganya Rp.37.500,00. Tapi aku takut pecah dalam perjalanan. Ya udah batal. Sempat mampir warung makan satu lagi beli ikan asin. Ya udah cuma itu aja untuk oleh-oleh teman-teman di Jakarta.
Balik hotel dan aku siap-siap tunggu travel ke Bandung. Dari Tegal ke Bandung ada travel dengan tarif 80 ribu perak. Berangkat jam 9 pagi dan 9 malam dari Tegal. Nama travelnya Fortuna. Tapi jika mau yang lain, bisa pesan Cipaganti. Tapi untuk yang Cipaganti berangkatnya dari Semarang meski juga lewat Tegal. Yang penting bisa berangkat pagi. Kalau mesti ke terminal bis agak jauh. Kalau mau naik KA Harina dari Semarang ke Bandung mesti siap di stasiun Tegal jam 11 malam lagi. Enakan naik travel pagi, sore udah sampai Bandung. Wuissss. Tunggu, cerita soal tempat-tempat makan di kota Tegal di tulisan selanjutnya ya.
Langganan:
Postingan (Atom)