Sejak beberapa tahun yang lalu Malang mulai gelar even Malang Tempo Doeloe setiap tahun sekali. Acara ini sengaja diadakan di sepanjang jalan Ijen yang merupakan jalan kebanggaan kota Malang karena masih banyak berdiri rumah-rumah kuno dan mewah disini. Setelah sempat gagal berkalikali, pertengahan bulan Mei lalu aku nekat berangkat ke Malang nonton even ini.
Ternyata yang kulihat tak seperti yang kubayangkan. Aku memimpikan melihat suasana kuno dan jadul. Tapi yang ada hanya bazar makanan jadul yang dikunjungi ribuan orang hingga berdesak desakan. Mau cari jajanan kuno memang ada semua seperti gulali, es gandul, kue moho, arum manis, aneka jajanan pasar dan lain-lain. Makanan khas malang seperti orem-orem, mi pangsit, bakso Malang, rawon, gado-gado jelas juga banyak dijual. Karena aku tak kuat melihat orang berdesak-desakan maka kami tak membeli dan mencoba makan apapun saat nonton MTD. Hanya jalan-jalan sebentar di area tersebut dan langsung pulang daripada kecopetan.
Walaupun begitu aku tetap ingin mencoba makan makanan khas Malang. Akhirnya Indah, sahabatku yang menetap di kota ini membawaku ke warung makan Orem-Orem. Aku sudah lama mendengar nama makanan itu. Dalam benakku seperti arem arem khas Solo yaitu sejenis lontong nasi yang didalamnya berisi cacahan daging,kentang,wortel yang dibumbui.
Kami meluncur menuju jalan Blitar Malang. Sejak dahulu kala di jalan Blitar ini berdiri sebuah warung yang terkenal dengan nama warung Orem-Orem Arema. Kami pun masuk ke warung yang sederhana ini. Penjualnya berdiri di depan gerobak dorongnya dan sibuk melayani pembeli. Aku lihat sekilas ia pasang lontong ketupat,ayam dan panci kuah di gerobaknya. Bukan arem-arem solo tapi sepertinya mirip soto.
Makanya waktu ditanya pakai lauk apa, aku memilih lauk ayam sedangkan Indah memilih telur. Begitu disajikan aku langsung berkomentar, "mirip lontong opor ya. " Memang penyajian orem-orem ini mirip lontong opor. Penjual orem orem menyajikan dalam mangkuk, potongan kupat, dengan sepotong paha ayam yang diguyur kuah kuning yang berisi potongan tempe dan kecambah rebus. Rasanya memang mirip opor atau soto bersantan. Gurih. Enak dimakan dengan menggunakan sambal. Kalau yang suka manis tinggal tambahi kecap. Karena tak suka makanan terlalu manis, aku makan orem-orem ini tanpa kecap. Enak kok.
Kulihat Indah menyantap orem-orem pesanannya.Telurnya dipotong menjadi dua dan dibubuhi kecap. Sepertinya mantap juga buat yang tak suka ayam. Dimakan dengan lauk kerupuk lebih sedap lagi. kriuk kriuk. Harga makanan ini juga masih murah. Menu orem orem ini sepertinya benar- benar khas Malang sebab aku belum pernah melihatnya beredar di Surabaya ataupun Kediri. Yang jelas Orem Orem beda dengan Arem Arem.
Selasa, Juni 14, 2011
Wisata Kuliner di Pecenongan
Jakarta punya banyak tempat yang jadi tujuan untuk berwisata kuliner. Bila di malam hari dan berada di kawasan Jakarta Pusat maka tak ada salahnya Anda meluncur ke jalan Pecenongan. Di jalan Pecenongan ini banyak berjejer warung tenda yang menjual aneka masakan. Mulai ayam goreng, nasi goreng, gingga seafood juga dijual. Tapi buat yang muslim Anda mesti hati-hati memilih. Supaya lebih aman cari yang memasang label halal saja.
Sehabis pulang tugas ke Tangerang bulan lalu aku dan temanku, Ari sempat mencoba makan malam di Pecenongan. Kami memilih makan di warung kakilima Seafood 88. Alasannya cuma satu disitu tertulis halal. Kalau yang lain aku agak khawatir. Kami masuk dan memilih menu. Seperti warung kaki lima lainnya, mereka menyediakan beberapa meja dan kursi. Tak terlalu sempit dan sudah ada beberapa orang yang duduk dan makan di situ.
Kebetulan aku lagi ingin makan cumi-cumi. Sedangkan Ari ingin makan sup asparagus. Jadilah kami memesan cumi-cumi masak rica dan sup asparagus serta sepiring nasi putih. Aku membayangkan yang bakal keluar tentu seperti di tempat lain, sepiring kecil cumi dan semangkuk kecil sup. Tapi ternyata salah. Sup asparagusnya disajikan dalam mangkuk besar sekali. Mereka sediakan 2 mangkuk kecil agar kami lebih nyaman memakannya. Wow sup asparagusnya nikmat. Tak terlalu asin. Perpaduan kepiting yang dihaluskan, telur dan daun pre menyatu jadi satu dan bikin lidah bergoyang.
Cumi ricanya juga banyak sekali. Cumi-cuminya digoreng tepung lalu dibumbu rica. Manis dan pedas. Memang lebih cocok dimakan dengan nasi. Yang jelas enak, enak, enak. Tapi sembari makan kami mesti sediakan uang receh karena beberapa pengamen akan datang menghampiri. Tak apalah hitung-hitung berbagi rejeki. Resiko makan di warung kaki lima. Yang penting makanannya maknyus. Harganya masuk akal.
Sehabis pulang tugas ke Tangerang bulan lalu aku dan temanku, Ari sempat mencoba makan malam di Pecenongan. Kami memilih makan di warung kakilima Seafood 88. Alasannya cuma satu disitu tertulis halal. Kalau yang lain aku agak khawatir. Kami masuk dan memilih menu. Seperti warung kaki lima lainnya, mereka menyediakan beberapa meja dan kursi. Tak terlalu sempit dan sudah ada beberapa orang yang duduk dan makan di situ.
Kebetulan aku lagi ingin makan cumi-cumi. Sedangkan Ari ingin makan sup asparagus. Jadilah kami memesan cumi-cumi masak rica dan sup asparagus serta sepiring nasi putih. Aku membayangkan yang bakal keluar tentu seperti di tempat lain, sepiring kecil cumi dan semangkuk kecil sup. Tapi ternyata salah. Sup asparagusnya disajikan dalam mangkuk besar sekali. Mereka sediakan 2 mangkuk kecil agar kami lebih nyaman memakannya. Wow sup asparagusnya nikmat. Tak terlalu asin. Perpaduan kepiting yang dihaluskan, telur dan daun pre menyatu jadi satu dan bikin lidah bergoyang.
Cumi ricanya juga banyak sekali. Cumi-cuminya digoreng tepung lalu dibumbu rica. Manis dan pedas. Memang lebih cocok dimakan dengan nasi. Yang jelas enak, enak, enak. Tapi sembari makan kami mesti sediakan uang receh karena beberapa pengamen akan datang menghampiri. Tak apalah hitung-hitung berbagi rejeki. Resiko makan di warung kaki lima. Yang penting makanannya maknyus. Harganya masuk akal.
Senin, Juni 13, 2011
Sensasi Makan di Fish Market
Bulan Juni memang paling menyenangkan. Kebetulan aku lahir di bulan ini, jadi banyak ucapan selamat dan doa yang dipanjatkan oleh keluarga, sahabat hingga kawan-kawanku. Sebagai gantinya aku juga mesti berbaikhati mengeluarkan budget lebih untuk menyenangkan teman-teman dengan mentraktir beberapa dari mereka makan-makan.
Seperti saat aku baru turun dari bis bandara di setasiun gambir sabtu yang lalu, salah satu temanku,ira, sudah menungguku dan siap menodongku makan enak. Ia sudah menyiapkan nama sebuah rumah makan yang ingin dikunjunginya. "Ayo kita ke Ever Fresh". Aku sih mengiyakan saja saat kemudian ia menyetop taxi dan meluncur ke arah jalan Penjernihan Jakarta Pusat. Tak ada bayangan di benakku seperti apa rumah makan Ever Fresh yang dimaksudnya. Mungkin rumah makan sejenis All You Can Eat dimana kita bisa makan sepuasnya dengan membayar sejumlah uang. Tapi saat kami tiba di rumah makan yang terletak di samping Polsek Metropolitan Tanah Abang Jakarta itu ternyata beda.
Ever Fresh ini punya nama lengkap Ever Fresh Fish Market. Jadi sebenarnya tempat ini semacam swalayan yang menjual beranekaragam ikan. Mereka menjual beranekaragam ikan baik dalam bentuk hidup maupun sudah mati/ikan segar. Jenisnya macam-macam, ada bandeng, lele, patin, baronang, kerapu, gurami udang,kepiting,cumicumi, kepiting dan masih banyak lagi.Yang pasti sangat menyenangkan. Pembeli bisa memilih ikan yang diinginkan. Ada yang di tempatkan di aquarium juga. Harga perkilonya bervariasi. Jadi mirip pasar ikan cuma tak berbau amis dan jorok seperti pasar ikan tradisional yang ada selama ini.
Tak hanya itu saja, mereka juga menjual aneka saus dan sambel, Pokoknya komplit.
Jika Anda ingin makan disini, Anda tinggal memilih jenis ikan yang Anda inginkan dan meminta mereka memasakkanya sesuai selera. Cara memasak ikannya bisa digoreng, dibakar, asam manis, saus padang, saus lemon dan lain-lain.
Salah satu menu yang paling disukai oleh pembeli disini adalah tom yam. Kemarin kami coba memesan tom yam patin. Wow rasanya uenaaaak. Tom yam patin disini sekilas mirip tom yam ikan pada umumnya. Tapi raanya lebih segar karena dimasak dengan beranekaragam bumbu seperti bawang putih, sere, daun jeruk purut, tomat. Rasanya asin, asam dan pedas. Isinya tak cuma patin yang dipotong menjadi beberapa bagian tapi juga ditambahi jamur. Top deh.
Sayangnya kemarin kami salah order ikan bakar. Sebenarnya aku sangat ingin memesan ikan bakar rica-rica. Hal ini mengingatkanku pada ikan rica-rica di Makassar yang top markotop itu. Tapi karena temanku tak begitu doyan pedas terpaksa kami ikan bakar saja. Ternyata saat keluar modelnya mengingatkanku pada bandeng bakar di Gresik dulu. Kurang terasa manis dan asin alias hambar. Mungkin harus diguyur kecap sendiri. Seharusnya kami pesan ikan bakar madu yang ada rasa manisnya. Tak apa deh sudah terlanjur. Toh ikan bakar itu juga dihabiskan oleh temanku.
Sebagai teman makan ikan bakar dan tom yam, kami pesan nasi putih, ca kangkung dan sambal terasi. Sambal terasinya lumayan enak. tak terlalu pedas tapi pas di lidah manis dan asinnya. Sedangkan ca kangkungnya juga sedap. Karena dimasak tanpa menggunakan kecap manis, jadi aku lebih suka. Usai makan kami minum es kelapa muda yang disajikan dalam batok. Wow segar. Mantap. Kami jadi kekenyangan.
Yang jelas bisa diulang deh kesini lagi lain waktu. Beruntung kemarin sudah lewat jam makan siang jadi tak terlalu penuh ruangannya. Meski mereka menyediakan banyak kursi dan meja, kalau pas jam makan siang dan malam sangat ramai. Para karyawan kantor sering makan siang rame-rame di tempat ini. Jadi tak ada salahnya telepon dulu daripada jauh-jauh kesana dan harus menunggu giliran duduk dan makan. Yang pasti makan di Ever Fresh Market enaaak
Langganan:
Postingan (Atom)