Selasa, Juni 02, 2009

Bothok


Aku tidak tahu sejak kapan aku menyukai makanan yang namanya Bothok. Semenjak aku kecil makanan tersebut sudah biasa dihidangkan di rumah dan entah mengapa aku begitu menyukainya. Dulu saat masih duduk di taman-kanak-kanak, aku ingat punya pembantu rumah tangga yang namanya mbok Yem. Ia sangat mahir masak apapun. Ia pintar pula masak botok dan aku sangat menggemari masakannya itu. Tetapi sayangnya ia hanya sebentar ikut pada keluarga kami. Karena ia ingin kembali kerja di asrama dimana ia bisa mengekspresikan memasak dalam jumlah banyak. Kalau keluargaku setiap hari disuruh memasak dalam jumlah besar bisa tekor dong hehehe.
Untungnya mamaku bisa pula memasak botok yang enak. Hanya saja seiring semakin tua usianya, mama sudah jarang memasak botok. Bisa dimaklumi karena perlu waktu lama dan agak ribet dalam memasak botok itu. Tapi tak perlu khawatir bila pulang ke kediri aku gampang bisa berburu makanan yang berbahan kelapa ini. Hampir setiap penjual masakan rumahan menyediakan menu botok sebagai salah satu andalannya. Tetapi terus terang tidak semua bisa menjual botok sesuai seleraku.
Dari berbagai penjual botok di Kediri aku hanya punya beberapa orang saja yang bisa memasak botok seenak yang kumaksud. Yang pertama tentu Depot Bu Rahmat. Depot Bu Rahmat yang berada di daerah Pocanan Kediri sebenarnya menjual berbagai menu masakan rumah seperti urap, ayam bakar, sayur bening, lele bumbu dan sebagainya. Tetapi ia juga menjual aneka botok seperti botok kemangi, botok tahu/tempe, sembukan dan sebagainya. Rasanya pedas asin, dan uenak. Hanya saja setelah kutelusuri botok yang dijual di depot itu bukan dimasak sendiri mereka tapi merupakan titipan tetangganya. Kapan hari aku membeli botok di warung nasi di kawasan jl.Ronggowarsito kediri. Bentuk dan rasanya persis seperti yang dijual di depot bu Rahmat. Jadi bisa disimpulkan botok itu bikinan warga pocanan yang entah siapa namanya. Pokoke mantap. Harganya kalau dulu masih dibawah 1000 perak. Entah sekarang. Aku suka pula dengan bothok yang dijual pedangan sayur kakilima di depan toko jamu dua putri dewi/jl. Hos Cokroamintoto Kediri. Harganya hanya 750 rupiah tapi rasanya uenak, pedes asinnya pas. Pokoke bikin ketagihan deh. Walaupun begitu sebenarnya pada dasarnya bothok bikinan orang Kediri masih tetap lebih enak dibanding daerah lain (couvinisme banget)hehehe. Mungkin karena menggunakan kelapa muda yang menambah lezat rasa botok ini.
Di Surabaya aku agak kesulitan berburu botok yang enak. Aku sudak mencoba berbagai botok yang dijual di warung-warung nasi di Surabaya tapi rasanya mesti kurang nikmat. Selain kelapa parutnya sedikit, juga selalu tua (biasa disebut kerasah). Ga enak banget. Tapi beberapa waktu yang lalu aku tak sengaja menemukan botok enak di Surabaya. Di warung Mejoyo tempat sarapan favoritku sebenarnya sudah lama menjual botok tapi botok tahu tempe buatannya menurutku kurang makyus.
Tiba-tiba baru-baru ini mereka menjual botok daun sembukan yang merupakan titipan salah satu rekannya. Rasanya uenak banget. Dengan harga 1000 perak saja itu botok sudah bikin kita puas. Asin, pedasnya pas. Jan uenak pol. Baru-baru ini aku menemukan lagi botok enak di penjual gorengan yang biasa mangkal di depan depot Rejeki jl. Karah Agung. Botok onthong buatan penjual ini haujek. Bikin aku ketagihan deh. Aduh jadi pingin buru-buru makan botok lagi deh. Botok biasa dimakan dengan nasi putih saja sudah enak. Tapi lebih lengkap bila ditambah sayur bening. Jadi tambah segar. Sebenarnya jika mau kita bisa memasak botok kemangi sendiri. Bahan dan cara membuatnya sebagai berikut :

Bothok Kemangi

Bahan : Parutan kelapa muda (dari 1 buah kelapa yang besar)
Daun kemangi, Daun pisang (untuk membungkus), bithing
Bumbu, 5 butir bawang putih, 1 iris terasi, 10 biji cabe rawit, 2 cm laos, gula dan garam putih secukupnya.
Cara membuat : - uleg semua bumbu hingga halus.
- campur bumbu dan parutan kelapa muda serta daun kemangi
- bungkus dalam daun pisang dan ditutup dengan biting (kira-kira jadi 10 bungkus)
- kukus dalam dandang hingga masak dan kemudian siap disajikan. (Lebih enak jika dimakan dalam keadaan panas).

Silakan mencoba

2 komentar:

Denny Ardianto mengatakan...

mantab...
datang lagi ya bu ke depot warunge Bu rahmat...sudah coba ayam bakarnya kan yang jadi menu utamanya...


terimakasih
Denny

Yuni Rachmi mengatakan...

@Denny Ardianto : pasti bakal datang lagi. enak-enak menunya. makasih udah berkunjung ke blogku.salam kenal